Selasa, 18 Agustus 2015

Dari Esa Menjadi Trinitas



DARI ESA MENJADI TRINITAS
Sebuah Tinjauan Sejarah Asal Muasal Doktrin Trinitas


Pada dasarnya Kekristenan tidak dapat dipisahkan dalam sejarah dengan perjalanan bangsa Israel (Yahudi). Yesus Kristus sendiri menyatakan :

Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22)

Maka ketika menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat, Yesus Kristus menyatakan konsep keimanan yang sangat monoteis :

Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : dengarlah hai orang Israel, Tuhan (TUHAN, YHWH) Allah kita, Tuhan (TUHAN, YHWH) itu esa” (Markus 12:29)

Inilah konsep keimanan yang diajarkan kepada orang Israel sejak semula dan dituliskan oleh Musa sebagai hukum yang utama : “Shema” (Dengarlah). “Dengarlah hai orang Israel : YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa” (Ulangan 6:4).

Dalam upaya untuk melindungi konsep Allah yang satu dari segala jenis penggandaan (multiplication), penurunan nilai (watering down), atau pencampuran adukan (amalgamation) dengan ibadah-ibadah lain diseluruh dunia, orang Israel memilih bagi dirinya sendiri ayat Kitab Suci (Ulangan 6:4) untuk menjadi pernyataan iman (credo) yang sampai hari ini menjadi bagian liturgi harian di sinagog-sinagog yang juga ditanamkan sebagai kalimat pertama yang harus dihafal oleh anak sekolah berusia lima tahun. Inilah pengakuan yang oleh Yesus dianggap sebagai “yang paling utama dari semua perintah” (Pinchas Lapide, Jewish Monotheism and Christian Trinitarian Doctrine, 1981:27)

Konsep keimanan ini pulalah yang dipahami oleh para rasul, murid-murid Yesus :

Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa … dan satu tu(h)an saja yaitu Yesus Kristus …. (1Korintus 8:6)

Oleh sebab itu pada dasarnya Kekristenan adalah agama monoteis yang sama seperti agama Yahudi, sebab Kekristenan mengakui Bapa, yaitu yang disebut Allah oleh orang Yahudi (Yohanes 8:54).

Yudaisme, lingkungan di dalam mana orang-orang Kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah Kekristenan mewarisi monoteisme (Lohse, 1994:47)

Apa yang disebut sebagai doktrin Trinitas hingga hari ini, merupakan satu doktrin yang peristilahannya tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab. Bahkan perdebatan awal yang sangat panas antara kaum Athanasius dan Arius (Konsili Nicea, 325) tidaklah menyinggung mengenai ketritunggalan melainkan hanya mendebatkan tentang posisi Yesus terhadap Bapa. Doktrin Trinitas sendiri belum menemukan bentuknya yang utuh hingga abad ke-5 setelah disusunnya Kredo Athanasius di Perancis Selatan (bukan disusun oleh Athanasius dari Alexandria, hanya diambil dari nama yang sama).

Tidak ada indikasi dalam Perjanjian Lama tentang pemisahan keAllahan. Ini merupakan salah tempat untuk menemukan doktrin Inkarnasi Allah atau tentang hal-hal Trinitas dalam halaman-halamannya (Encyclopedia of Religion and Ethics, Clark, 1913, jilid 6:254).

Kaum teolog hari ini telah setuju bahwa Kitab-kitab orang Ibrani tidak berisikan doktrin Trinitas (The Encyclopedia of Religion, Eliade, 1987, 15:54).

Doktrin trinitas tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama (New Catholic Encyclopedia, Pub. Guild, 1967:306)

Sejarah teologi dan dogma Kristen mengajar kita untuk menghargai Trinitas sebagai elemen khas dari ide Kekristenan tentang Allah. Tapi di sisi lain, kita harus jujur mengakui bahwa doktrin Trinitas tidak terbentuk sebagai bagian dari orang-orang Kristen mula-mula yang menuliskan Perjanjian Baru. Tidak ada jejak dari ide seperti ini dalam Perjanjian Baru. “Mysterium logicum” (pemikiran yang misterius) ini, bahwa Allah itu tiga tetapi satu, berada sepenuhnya diluar pesan dari Alkitab. Ini adalah misteri yang Gereja letakkan dalam keimanan, tetapi tidak ada hubungan dengan ajaran Yesus dan para Rasul. Tidak ada satupun Rasul yang pernah bermimpi memikirkan bahwa ada tiga pribadi ilahi yang hubungan mutualnya dan kesatuannya menciptakan paradoks (pertentangan) yang di luar pengertian kita (Emil Brunner, Christian Doctrine of God, Dogmatics, 1950:205,226,238)

Menuju ke Doktrin Trinitas
Kekristenan mengalami aniaya yang hebat oleh para penguasa Romawi. Penganiayaan hebat terjadi pada jaman Kaisar Nero sampai Kaisar Diocletian. Tetapi setelah Kaisar Diocletian muncul seorang Kaisar baru yaitu Kaisar Konstantin Agung yang menyadari bahwa Kekristenan telah merasuk masuk ke dalam kerajaannya dan akan sangat berbahaya untuk bermusuhan dengan Kekristenan. Maka pada tahun 314, Kaisar mengeluarkan Dekrit Toleransi Milan yang mengatur tentang agama Kristen sebagai agama resmi negara. Konstantin ingin menggunakan kekuatan agama Kristen untuk secara politis menyatukan Romawi. Pengaruh budaya Yunani (Helenisme) sangat kuat masuk ke dalam dunia Kekristenan.

Maka refleksi dua tiga generasi Kristen pertama atas “fenomena” Yesus dan pengalaman umat sendiri terjadi dalam rangka alam pikir dan tradisi religius Yahudi, yang hanya sedikit terpengaruh oleh alam pikiran Yunani. Tetapi lama-kelamaan pengaruh alam pikiran Yunani bertambah besar. Sarana pemikiran yang mula-mula Yahudi semakin menjadi Yunani. Maka iman kepercayaan Kristen yang mula-mula ditampung dalam gagasan dan istilah Yahudi lama-kelamaan dipindahkan kepada gagasan Yunani. Ada bentrokan antara alam pikiran Yahudi Kristen semula dengan alam pikiran Yunani Kristen kemudian, dan antara iman kepercayaan Kristen dan alam pikiran Yahudi dan Yunani (Groenen, 1987:36-37)

Meski demikian, Kekristenan saat itu masih sangat didominasi oleh kaum Kristen unitarian yang “sampai awal abad ketiga masih merupakan mayoritas yang besar” (Encylopedia Britannica, Edisi 11, Vol 23, Hal 963).
Kaisar Konstantin yang ingin menggunakan Kekristenan sebagai pemersatu politis Romawi merasa resah melihat perdebatan teologis yang telah mencapai rakyat jelata. Perdebatan besar terutama terjadi di gereja-gereja Mesir yang berpusat di kota Alexandria yaitu antara Uskup Agung Alexander dari Alexandria dan penerusnya Uskup Athanasius melawan Uskup Arius dari Alexandria yang didukung oleh Uskup Agung Eusebius dari Nicomedia. Maka Kaisar memutuskan diadakannya satu Konsili besar untuk memutuskan masalah-masalah teologis ini.
Pada saat itu terdapat setidaknya 1800 orang Uskup Kristen, 1000 orang di wilayah Romawi Timur dan 800 orang di wilayah Romawi Barat. Tetapi apa yang dikatakan sebagai Konsili Ekumene Pertama di Nicea tahun 325 itu hanya dihadiri oleh 250 – 318 orang Uskup saja. Eusebius mencatat 250 Uskup, Athanasius mencatat 318 Uskup, dan Eusthatius dari Antiokia mencatat kehadiran 270 Uskup. Artinya jumlah yang sama sekali jauh dari jumlah keseluruhan Uskup yang ada.
Uskup-uskup yang hadir terpecah dalam tiga golongan pemikiran yaitu kelompok homoousian yang menyatakan bahwa Yesus memiliki substansi yang sama (the same substance) dengan Bapa yang dipimpin oleh Uskup Alexander dari Alexandria, kelompok Arian yang menyatakan bahwa Yesus tidak mungkin sama substansinya, sekalipun sangat mulia, tetapi tetap adalah ciptaan Bapa dipimpin oleh Arius, dan kelompok yang ingin mencapai kompromi dengan menyatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah berbeda tetapi mirip (similar) disebut kelompok homoiousians.
Pertemuan yang berlangsung sejak 20 Mei 325 itu baru dapat menghasilkan kesimpulan pada tanggal 19 Juni 325 setelah Kaisar Konstantin sendiri datang pada tanggal 14 Juni 325. Kaisar datang dengan membawa satu cohort (setara brigade) tentara Romawi. Konstantin kemudian menangkap Arius, dan kedua sahabatnya Theonas dan Secundus, para Uskup dari Libya dan mengasingkan mereka. Semua tulisan Arius dikabarkan dibakar, sekalipun tidak ada catatan resmi tentang pembakaran ini. Kesimpulan yang diambil pada tanggal 19 Juni 325 diikuti dengan kutukan (anatema) terhadap Arius dan para pendukungnya.

Kaisar nekad. Rapat itu mesti meredakan ketegangan dan menghentikan pertikaian serta menghasilkan semacam asas tunggal yang harus diterima semua pihak berselisih …. Keputusan Konsili menjadi hukum negara. Arius dan uskup-uskup pembangkang dipecat dan dibuang ke pedalaman. Tulisan-tulisan Arius dibakar dan siapa yang mempunyai tetapi tidak menyerahkan terancam hukuman mati (Groenen, 1992:131)

Kesimpulan konsili dibacakan oleh Hosius dari Cordoba yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah “Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah sebenarnya dari yang sebenarnya”. Bahwa Yesus Kristus bukan diciptakan tetapi sama kekalnya dengan bapa (co-substantial) dan berasal dari substansi yang sama (homoousius). Konsili juga memutuskan untuk mengganti perayaan Paskah dari Passover Yahudi kepada Easter. Motivasinya menurut catatan Theodoret adalah pendapat Kaisar untuk menjauhkan perayaan dari tradisi Paskah Yahudi yang telah menyalibkan Yesus Kristus pada hari raya mereka itu. Hal tentang Roh Kudus sama sekali tidak dibicarakan oleh Konsili.

Konsili diakhiri dengan “pesta” bersama Kaisar Konstantin pada tanggal 25 Agustus 325. Tiga bulan kemudian dua uskup yang menyampaikan ide kompromi dan tidak sepenuh hati mendukung kredo Nicea yaitu Eusebius dari Nicomedia dan Theognius dari Nicea diasingkan juga.
Tetapi Kaisar rupanya menyadari bahwa kaum Athanasian tidak mendapat simpatik penuh. Maka pada tahun 328, Kaisar mengijinkan pulang para uskup Unitarian (Arian dan Eusebian) yang diasingkan. Tahun 336 di kota Konstantinopel diadakan pertemuan Uskup se Romawi Timur yang memutuskan bahwa ajaran Arius benar dan ortodoks. Tahun 337, Kaisar Konstantin yang banyak bermain dalam penentuan keputusan di Konsili Nicea baru dibaptis menjelang ajalnya, bahkan Kaisar dibaptis oleh seorang uskup Unitarian yaitu Eusebius dari Nicomedia. Sungguh ironi.
Athanasius yang menyadari bahwa sekarang dirinya berposisi kalah, melarikan diri dari Alexandria, Mesir ke Roma di kawasan Barat yang cenderung lebih mendukung konsep homoousius pada tahun 339. Tahun 341 di Antiokia disusunlah dokumen kredo Arian untuk menangkal kredo Nicea. Pada pertemuan tahun 343 di Sardica, uskup-uskup gereja di Romawi Timur menghendaki penyingkiran selamanya Athanasius dari kedudukan Uskup Alexandria. Tetapi Athanasius justru berhasil memainkan peran politisnya dan kembali menguasai Keuskupan Alexandria tahun 346. Keadaan belumlah tenang bagi kaum Athanasian ketika dalam pertemuan di Sirmium (357) dihasilkan kesimpulan bahwa Bapa lebih besar daripada Anak, dan dalam pertemuan di Antiokia (361) kesimpulan Arian dianggap benar.
Keadaan baru benar-benar mantap bagi kaum pendukung ide homoousius ketika Kaisar Theodius I naik tahta dan mengadakan Konsili Konstantinopel tahun 381. Di bawah pengaruh Basil dari Kapadokia, Gregory dari Nissa, dan Gregory dari Naziansus maka Konsili memutuskan untuk merevisi kredo Nicea. Mereka memasukkan Roh Kudus sebagai “sang Tuhan, Pemberi Hidup, Yang ada dari Bapa, dan bersama dengan Bapa dan Anak, Dia harus disembah dan dimuliakan”. Kaisar kemudian mengeluarkan dekrit bahwa doktrin Trinitas ini adalah doktrin sah dari agama resmi Kekaisaran dan semua penjelasan harus mengacu daripadanya. Dekrit ini diikuti dengan kutukan terhadap semua penganut Arian dan penentang kepribadian Roh Kudus.
Kenyataannya suku-suku di perbatasan wilayah Romawi masih menganut paham Unitarian. Orang-orang Gothic yang telah mencetak Alkitab mereka tahun 351, bersama dengan suku Heruli, Vandal, Suevi (Swiss) demikian juga dengan suku-suku Teutonic dan Jerman. Inilah yang akan memicu perang penyerbuan suku-suku “barbar” ke wilayah-wilayah Romawi.
Doktrin trinitas belum benar-benar diterima secara luas, hingga akhirnya diadakan Konsili Kalkedon (451) untuk menekankan kembali keimanan kepada Trinitas dan dalam Konsili inilah ditetapkan bahwa Yesus adalah “impersonal human nature”. Yesus adalah Allah yang tinggal dalam tubuh manusia. Maka Trinitas menjadi iman sah agama negara Romawi, yaitu Kekristenan.

Mencari Kembali Akar Iman Kita
Dengan melihat bahwa untuk menjadikan Yesus, Allah yang setara dengan Bapa dibutuhkan waktu hingga tahun 325 di bawah kekuatan cohort Romawi yang dipimpin Kaisar Konstantin; dan bahwa untuk menjadikan Roh Kudus, Allah ketiga yang setara dengan Bapa dan Anak dibutuhkan waktu hingga tahun 381 di bawah ancaman Dekrit Kaisar Theodius I; dan bahkan untuk memantapkan Trinitas diperlukan waktu hingga tahun 451, yang itupun masih disertai dengan gempuran suku-suku barbar Unitarian yang memberontak terhadap Romawi; Maka kita perlu sungguh melacak akar iman Kekristenan kita yang sesungguhnya.

Ketika pikiran Yunani dan Romawi, bukannya alam pikir Yahudi, yang mendominasi Gereja, maka terjadilah bencana yang oleh karenanya Gereja tidak pernah pulih baik dalam pengajaran maupun praktek-prakteknya (H.L. Goudge, Judaism and Christianity)

Seorang penulis yang lain Macculay menyatakan : “Di abad kelima masehi, Kekristenan telah menaklukkan kekafiran, dan kekafiran meracuni (menginfeksi) Kekristenan”.

Sungguh merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi kita untuk menemukan kembali apa yang Yesus maksudkan dengan menyatakan : “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Ini adalah pernyataan iman yang murni dari Sang Mesias, dan bukan pernyataan iman yang dituliskan oleh para Teolog ratusan tahun setelah Yesus, yang sebenarnya mereka tidak pernah melihat Allah (Yohanes 1:18).

Satu hal yang harus kita pahami adalah bahwa tidak ada sumber lain yang dapat membantu kita untuk memahami pemahaman yang benar akan Allah dan akan Yesus Kristus selain daripada Alkitab sendiri. “… FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17) adalah ajaran yang datang dari Sang Guru Agung, Yesus Kristus. Alkitab ini bukanlah buku misterius yang hanya dapat dipahami oleh para Teolog, tetapi merupakan kebenaran sederhana yang Yesus Kristus sendiri katakan : “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Matius 11:25).
Selamat mencari akar iman kita yang sebenarnya.

2 komentar:

  1. The new additional concept of Trinity now complete and clear in English
    Dear esquire Brother and sister which beloved in Jesus Christ.
    My name: Ir Johanes Sudarsiman
    one day I get illumination from Holy Spirit regarding Trinity, later then I wrote in Indonesian version, because limitation in my English hence marginally I try to translate in English, if there are not clearly to understanding please back to original in Indonesia version. I pray to Lord Yesus to give illuminate to all reader.
    I would like to share my testimony personally regarding the Truth of Trinity. I wrote in website, more detail please download in top internet type : kebenaran-trinitas.com
    or in google type: kebenaran-trinitas.com in this web there is explaination by picture to easy understanding about Trinity. Google website : kebenaran-trinitas.com

    I often hear in dialogue and debate all that is not Christian certainly inquire about the Trinity, even a Christian would want to abolish the concept of the Trinity, based on these conditions I would like to share knowledge about the Trinity that I can from the illumination of the Holy Spirit, so I tried to translate the book from titled "Digging the truth of the Trinity, sow love, reap salvation" (Menggali kebenaran Trinitas, menabur kasih, menuai keselamatan") which only relate to the Trinity alone to assist in evangelism.

    Based on the illumination of the Holy Spirit and dialogue with many people, the authors can conclude a few questions:
    1. What was first created by God Yahweh?
    2. Why humans can think and cultured while animals can not think and do not have a culture.
    3. Who was the first to use the concept of the Trinity?
    4. For what the concept of the Trinity was there?
    5. Jesus spoke in John: 10:30 "I and the Father are one." but Jesus did not recognize the Day of Judgment? in Matthew: 24:36
    6. Yesus also God but Jesus did not know doomsday Matthew: 24:36
    7. why Jesus is called Messiah and why Jesus is called God?
    8. Jesus God why should fast
    9. Jesus is God why would die when he spoke in Matthew 27:46 "... That is to say, My God, my God, why hast thou forsaken me?

    The questions 5 and 6 is a beautiful philosophy once magnificent, yet there is no a philosophy in the world as beautiful as this question the first the Holy Spirit illuminate me about the Trinity and enjoin to me write this book, if you can answer this question I am sure You have illuminated by Lord Jesus, If you still have no answer, please read this book, you will fully understanding about Trinity. You will shock the answer no.1 is Proverbs: 8 22-32, why did God Yahweh sent Proverbs: 8 22-32?

    Best Regard
    Johanes Sudarsiman

    BalasHapus
  2. Saudara saudari yang terkasi dalam Tuhan Yesus
    Nama saya: Ir Johanes Sudarsiman
    Saya ingin membagi kesaksian saya secara pribadi ketika saya diterangi oleh Roh Kudus mengenai Trinitas, dan saya tulis di dalam website di google: kebenaran-trinitas.com atau click disebelah kiri.
    , jika bapa ibu saudara dan saudari ingi lebih mengerti secara mendetai silahkan download di Google website: kebenaran-trinitas.com
    Sekarang ada edisi baru dengan tambahan mengenai konsep Trinitas dan gambaran pola pikir manusia supaya memudahkan pembaca dalam memahami mengenai Trinitas danmembuka cakrawala berfikir dan mengembangkan sendiri dalam memahami pemikiran yang mengikuti alur Alkitab Google website: kebenaran-trinitas.com
    Salam damai sejaterah
    Saya sering mendengar dalam dialog maupun perdebatan semua yang bukan beragama Kristen pasti menanyakan mengenai Trinitas, bahkan yang beragama Kristen pun ingin meniadakan konsep Trinitas, berdasarkan kondisi ini saya ingin membagikan pengetahuan mengenai Trinitas yang saya dapat dari penerangan dari Roh Kudus
    Berdasarkan pada penerangan oleh Roh Kudus dan dialog dengan banyak orang, penulis dapat menyimpulkan beberapa pertanyaan penting yang berhubungan dengan Trinitas dan sering ditanyakan dalam debat, dialog maupun diskusi dan pertanyaan pertanyaan ini yang membawa penulis bisa lebih luas memahami hal-hal yang tidak terpikirkan, pertanyaan itu antara lain:
    1. Apakah yang pertama kali yang diciptakan oleh Tuhan YAHWEH?
    2. Mengapa manusia bisa berfikir dan berbudaya sedangkan hewan tidak bisa berfikir dan tidak mempunyai budaya
    3. Siapa yang pertama menggunakan konsep Trinitas?
    4. Untuk apa konsep Trinitas itu ada?
    5. Yesus berbicara dalam Yohanes: 10:30 " Aku dan Bapa adalah satu. " tetapi Yesus tidak mengenal hari kiamat? in Matius: 24:36
    6. Yesus juga Tuhan tapi Yesus tidak tahu hari kiamat Matius: 24:36
    7. mengapa Yesus disebut Mesias dan mengapa Yesus disebut Tuhan?
    8. Yesus Tuhan mengapa harus berpuasa
    9. Yesus Tuhan mengapa ketika mau mati dia berbicara dalam Matius 27:46 ". . . that is to say, My God, my God, why hast thou forsaken me?

    Pertanyaa No. 5 dan 6 ini pertamakali penulis diterangi oleh Roh Kudus dan pertanyaan ini mengandung philosofi yang luar biasa indahnya, belum ada didunia ini seindah philosofi ini pertanyaan ini pertama Roh Kudus menerangi saya tentang Trinitas dan menyuruh saya menulis buku ini.
    Jika saudara saudari , ibu bapak yang terkasih dalam Tuhan Yesus sudah menemukan jawaban-nya saya yakin itu merupakan penerangan dari Roh Kudus, kalau belum menemukan jawaban-nya silakan baca buku ini, saya percaya dengan bantuan Roh Kudus anda akan memahami segala sesuatu yang tersembubyi dari Tuhan. Yang diciptakan dahulu baca Amsal 8:22-32
    Tuhan Yesus Memberkati
    Johanes Sudarsiman

    BalasHapus