Sabtu, 29 Agustus 2015

REKONSTRUKSI SEJARAH ISA AL-MASIH

REKONSTRUKSI SEJARAH ISA AL-MASIH
SEBUAH PELURUSAN SEJARAH & JAWABAN UNTUK DYNASTI YESUS

--------------------------------------------------------------------------------
ARMANSYAH
--------------------------------------------------------------------------------
Penulis : Armansyah
Penerbit : Restu Agung Jakarta, 2008
XXXIV - 356 hlm. 15 x 23 cm
ISBN: 979-007-048-9

Sambutan disampaikan oleh :
1. Masyhud SM
(Dewan Pakar Forum Anti Gerakan Pemurtadan - FAKTA)

2. Mohammad Singgih Gozali
(Pengasuh Situs Swaramuslim, Media Informasi &
Interaksi untuk Izzatul Islam)

Bahasan : Kristologi dan Sejarah
Cakupan : Menjawab buku James D. Tabor : Dinasti Yesus


In Memoriam
H. Umar Abd Hamid ( 1919-2000 )
Bapak, Guru dan seorang sahabat yang baik

H. Asfanuddin Panjaitan ( Wafat 2005 )
Guru Besar Prana Sakti Indonesia

Kupersembahkan buku ini untuk :
Anak-anakku Sultan Daffa dan Masayu Haura
Istriku Mita Sepdalia serta orang tuaku Bunda Asiah, 

Masrida dan Burlian Hz
Seluruh anggota Milis_Iqra@googlegroups.com dan Umat Islam.


Dan perkataan mereka: "Bahwa kami telah membunuh Isa al~Masih putera Maryam, utusan Allah", padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tiada menyalibnya, tetapi disamarkan untuk mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. -Q.s. 4 An-Nisaa’ 157-158

Dan Kami telah menurunkan kepadamu kitab dengan penuh kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya dan sebagai korektor terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. - Qs. 5 al-Ma'idah 48

 KATA PENGANTAR


Mungkin tidak pernah manusia memperselisihkan seseorang dalam sejarah sehebat perselisihan mereka tentang pribadi Nabi 'Isa al-Masih putra Maryam. Dan mungkin tidak akan pernah pula tersaingi dalam sejarah kapanpun dimana manusia saling bahu membahu dalam pembunuhan sesama mereka sebagaimana serunya usaha kearah itu hanya karena sosok seorang anak manusia yang berasal dari sebuah desa kecil bernama Nazareth itu.

Manusia bahkan tidak sekedar saling berselisih tetapi juga telah saling membunuh dan memutuskan ikatan persaudaraan karenanya. Perselisihan diantara manusia begitu buasnya dan pemutusan hubungan diantara mereka begitu tegas. Sejak sang Mesias dilahirkan secara ajaib, dia telah menimbulkan kontroversi ditengah bangsanya, Israel. Berbagai hujatan, hinaan dan penyiksaan telah dialaminya dalam perjalanan dakwahnya sebagai seorang utusan Tuhan, tragedi paling mengenaskan adalah upaya pembunuhan dirinya diatas kayu salib oleh pemuka-pemuka agama Yahudi yang bekerja sama dengan tentara Romawi selaku pihak penjajah kala itu., Pasca ketiadaannya, ajaran yang pernah disampaikannya kepada umat, begitu derasnya mengalami perubahan maupun penafsiran ditengah masyarakat dan semua itu selalu disandarkan atas namanya, sampai hari ini.

Semakin banyak upaya untuk menemukan siapa sang Yesus Kristus alias 'Isa al~Masih sebenarnya, semakin tampak betapa sedikitnya sejarah beliau yang diketahui. Catatan yang membahas tentang kehidupan dan ajarannya sangat terbatas. Gambaran tentang Yesus atau 'Isa yang diberikan oleh kebanyakan orang hanyalah sebuah polesan yang direkayasa, sekalipun tidak tertutup ada nilai-nilai kebenaran yang terselip didalamnya.

Diantara mereka, ada yang begitu mengagungkan tokoh dari Nazareth ini hingga menjadikannya sama sebagai pribadi ilahiah yang layak untuk dipuja, dihormati dan disembah, ada pula yang memahaminya selaku seorang dewa sebagaimana dongeng dewa-dewi dalam budaya Romawi ataupun Yunani kuno, dan ada pula diantara mereka yang telah mensejajarkan diri putera Maryam ini dengan malaikat bahkan meninggikannya diatas kelas malaikat hingga pada derajat anak dari penguasa alam semesta.

Terlepas dari ini semua, fakta dilapangan mengatakan bahwa tiga golongan terbesar didunia telah mendominasi pemahaman mengenai diri pribadi 'Isa al~Masih putra Maryam, yaitu golongan kaum Yahudi, golongan kaum Kristen serta golongan Islam. Masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda satu dengan yang lain. Dari tiga kelompok besar ini, terpecah lagi kedalam pemahaman-pemahaman yang bersifat sekterian, politis sampai modernis.

Sebagai seorang muslim, penulis berusaha untuk tidak terjebak kedalam pola pikir sekterian yang akhirnya mengarah kepada pembenaran diri sendiri. Kebanyakan dari kita sering bertindak terlalu apatis terhadap kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain, terlebih jika orang tersebut memiliki cara pandang yang berseberangan dengan apa yang kita yakini kebenarannya. Padahal belum tentu semua yang ada dalam pemikiran orang tersebut salah dan sebaliknya belum tentu juga setiap pikir dan tindakan kita bernilai benar; bisa saja kita bersikap konsisten terhadap nilai-nilai yang kita anut sehingga kita menyebutnya sebagai sebuah kebenaran namun bukan tidak mungkin konsistensi kita tadi hanya ilusi dimana pikiran kita sesungguhnya berjalan sesuai pola logika yang bisa bergeser dan menyimpang.

Pikiran kita memang tidak menyimpang kalau kita bandingkan dengan standar kita sendiri. Padahal standar kita dibentuk oleh pikiran yang ada pada diri kita. Jadi, pemahaman kita ternyata hanya tidak menyimpang dari logika kita sendiri. Maka akibatnya di dunia ini bertebaranlah nilai-nilai yang saling konsisten dengan dirinya sendiri, sebagai akibat dari perbedaan diskursus dalam pengolahan informasi yang didapatnya.

Kebenaran memang sering dikaitkan dengan pikiran atau mitos yang menjadi kepercayaannya yang justru seringkali lebih bersifat egoistik, ibarat pendapat kebanyakan orang bahwa matahari itu terbit dari timur dan terbenam disebelah barat, padahal kenyataannya semua yang terjadi tidaklah demikian karena matahari itu tidak pernah terbit dan tidak pernah terbenam; planet bumi ini beredar sesuai garis orbitnya pada matahari itulah faktanya akan tetapi manusia tetap menggambarkannya sesuai dengan persepsi dan konsepsinya sendiri.

Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi ? padahal mereka mempunyai hati yang dengan hati itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar; Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. - Qs. 22 al-Hajj : 46

Itulah sebabnya aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka : karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. - Injil Matius 13:13

Andai kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, pasti hancurlah langit dan bumi ini berikut semua yang ada di dalamnya - Qs. 23 al-Mu’minuun : 71 

Buku ini akan mencoba menelusuri jejak Isa al-Masih dalam pentas sejarah dengan mengawinkan berbagai sudut pemahaman yang ada, dari yang paling ortodok, fenomenal sampai pemahaman modern dengan kajian-kajian kritis terhadapnya berdasarkan al-Qur’an.

Penelusuran ini akan dimulai dari pemahaman bahwa Isa al~Masih merupakan anak haram hasil hubungan Maryam dengan tentara Romawi yang diduga bernama Julius Tiberius Abdes Pantera sebagaimana klaim dari James D. Tabor dalam bukunya Dinasti Yesus, sampai kepada pemahaman bahwa Isa al-Masih anak biologis dari Yusuf situkang kayu dengan Maryam dan penelusuran jejak-jejak pemahaman tentang Isa al~Masih dari peristiwa penyaliban dan kebangkitannya dari kubur hingga beragam informasi yang menceritakan perjalanan dakwahnya keluar dari Yerusalem pasca tragedi tersebut dari mulai informasi pernikahannya dengan Maria Magdalena sampai ke Prancis Selatan, Inggris, Kashmir, Himalaya bahkan sampai di-isukan terbang ke Planet Venus sekaligus mencoba menyingkap isu kedatangannya yang kedua diakhir jaman dari sisi Islam dan Kristen.

Semoga buku ini mampu memberikan khasanah yang baru dalam pemikiran kita semua tentang apa, siapa dan kenapa dari seorang anak manusia yang cerita tentang dirinya selalu menjual untuk diperdebatkan sepanjang masa


Berawal dari Peti Mati


James D. Tabor, seorang Ketua Jurusan Studi Keagamaan di Universitas North Carolina Charlotte, Amerika, pada tahun 2006 telah menuai kontroversi dikalangan agamawan maupun sarjana biblika melalui bukunya berjudul Dinasti Yesus yang memaparkan penemuan peti mati keluarga Yesus (Isa al-Masih) disatu tempat dikawasan Yerusalem yang bernama Talpiot. Dalam buku yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama itu, James D. Tabor tidak hanya bercerita tentang temuan peti-peti mati yang berinkripsi atau bertuliskan nama-nama tokoh utama dalam kitab suci Kristen saja akan tetapi telah mencoba mengupas semua cerita yang ada seputar mereka secara berbeda dan sangat berani.

Dibuku tersebut, James menyampaikan begitu banyak asumsi-asumsi yang disebutnya sebagai sebuah karya sejarah dari hasil investigasi historisnya terhadap Yesus dan keluarganya yang diakuinya sendiri bersifat radikal dan sebuah kisah terakbar yang tidak pernah diceritakan sebelumnya, sehingga karena itu maka akan sangat dipahami bila ada pihak-pihak yang merasa kesal maupun marah atas karyanya itu.


Terbukti kemudian bisa ditemui berbagai tulisan telah dibuat untuk membantah maupun menggugurkan argumentasi-argumentasi yang ditulis oleh James D. Tabor dalam buku maupun situsnya di Internet. Hampir semua kritik ditulis oleh orang-orang Kristiani yang merasa imannya digugat oleh seorang sejarawan Amerika yang mengaku sebagai historian of religions ini, disamping ada juga satu dua orang Kristiani sekuler yang mengesankan posisinya berada pada James D. Tabor dengan berupaya menterjemahkan ulang doktrin-doktrin keimanan Kristianinya berdasarkan apa-apa yang telah disampaikannya tentang kesejarahan dari Yesus Kristus dan dinastinya. Di Indonesia, satu dari sedikit orang Kristiani seperti ini adalah Ioanes Rakhmat, Dosen Kajian Perjanjian Baru di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta yang mengawalinya dengan sebuah tulisan disalah satu Harian Nasional pada tanggal 5 April 2007.


Sayang sekali bahwa dari kalangan Islam sendiri, terutama di Indonesia, bisa disebut hampir belum ada yang mencoba mengkritisi buku Dinasti Yesus karya James D. Tabor ini yang dibanyak lembaran-lembaran halamannya telah menyebarkan berbagai pandangan baru dan terbalik tentang tokoh-tokoh terhormat didalam al-Qur’an dengan dalih pembuktian sejarah. Sebaliknyanya justru seringkali dijumpai dalam banyak halaman perdiskusian maupun blog di Internet yang ditulis oleh umat Muslim dengan mencoba menjadikan karya James D. Tabor ini sebagai argumentatif keimanannya ketika berhadapan dengan lawan debatnya dari Kristiani. Entah apakah yang bersangkutan lebih banyak masa bodoh dengan semua penghinaan yang disampaikan didalam buku itu terhadap status Isa sebagai anak haram yang lahir dari sebuah perzinahan antara Maria (ibunya) dengan seorang tentara Romawi yang didalam al-Qur’an justru mendapat bantahan ataukah juga yang bersangkutan justru belum pernah membaca tuntas buku tersebut dan lebih banyak hanya melakukan kutipan-kutipan atau copy-paste dari tulisan orang lain yang sudah terlebih dahulu membacanya, kita tidak bisa mengetahuinya secara jelas.


Akan tetapi jika Allah saja merasa perlu untuk mencantumkan bantahan-Nya seputar status tercemarnya kesucian dari seorang wanita bernama Maryam dengan kelahiran puteranya yang tanpa bapak didalam wahyu yang diterima oleh Muhammad dan diimani oleh setiap Muslim, maka itu artinya memang bukan perkara yang harusnya bisa dianggap sebagai angin lalu saja.


Buku ini mencoba untuk memberikan tinjauan-tinjauan ulang terhadap semua uraian James D. Tabor melalui bukunya Dinasti Yesus ataupun tulisan-tulisannya yang ada didalam blog pribadinya di Internet dari sudut pandang Islam dan sejumlah literatur kesejarahan berkaitan. Tidak itu saja, buku ini juga akan mengupas beberapa topik permasalahan klasik yang sering menjadi tema-tema utama setiap perdiskusian lintas iman di Internet antara Islam dan Kristen menyangkut "status kesejarahan" dari Isa al-Masih mulai dari masa kecilnya, dakwahnya ditengah Bani Israel sampai misteri penyalibannya dan tidak ketinggalan menyangkut kontroversi ketuhanan yang dilekatkan terhadap dirinya oleh pihak gereja. Dalam menjawab argumen-argumen James D. Tabor, buku ini akan menggunakan beberapa literatur yang sama dengan yang digunakan oleh Tabor misalnya dalam pembahasan seputar masa kecil perawan Maria, hubungan Maria dengan Yusuf yang dinyatakan sebagai suaminya serta fakta tentang saudara-saudara Nabi Isa al-Masih ( Brethren of the Lord ).


Mengenal Naskah Protoevangelium Yakobus

Kita akan memakai sebuah dokumen yang dianggap tertua setelah keempat Injil yang bernama Protoevangelium Yakobus atau dikenal juga dengan nama Gospel of James atau Infancy Gospel of James yang dipadukan dengan cerita-cerita didalam al-Qur’an sebagaimana juga Tabor banyak melakukan hal yang sama terhadap cerita-cerita keempat Injil yang menjadi dasar pijakan kajiannya dalam hal ini. 


Kiranya penulis merasa perlu menjelaskan beberapa hal berkaitan dengan istilah-istilah yang akan sering digunakan didalam buku ini terutama bagi para pembaca yang masih awam sekali dengan naskah-naskah kekristenan resmi atau juga naskah-naskahnya yang tidak resmi atau tidak diakui keabsahannya oleh pihak otoritas gereja sehingga apa yang nantinya disampaikan pada buku ini, sedikit banyaknya bisa dipahami sesuai dengan yang dimaksudkan dalam penerbitannya ditengah umat Islam.


Ensiklopedi Wikipedia[1] mencatat, Protoevangelium Yakobus merupakan dokumen yang dipercaya oleh sejumlah sarjana Biblika atau orang-orang yang mendalami studi tentang kitab suci Kristen, ditulis sekitar tahun 150 atau abad ke-2 Masehi. Dokumen ini ditulis oleh seseorang bernama Yakobus (di Barat orang menyebutnya dengan nama James) yang berdasarkan naskah ini adalah putera Yusuf situkang kayu dari pernikahannya yang pertama sebelum diceritakan menikahi Maryam ibunda Isa al-Masih seperti tertuang dalam penceritaan kitab-kitab suci Kristiani. jadi Yakobus bisa disebut sebagai saudara angkat dari Isa al-Masih. Tetapi karena faktor ini juga salah satunya yang membuat dokumen ini termasuk kedalam kategori " Pseudepigraphical " atau dianggap oleh para sarjana Biblika telah ditulis oleh seseorang tertentu yang mengatasnamakannya kepada orang lain (dalam hal ini mendompleng nama Yakobus). Untuk menjadi catatan saja bahwa semua pola pandang sarjana Biblika tersebut tidak bisa dilepaskan dari acuan utama mereka terhadap otorisasi kitab Perjanjian Baru yang diakui oleh gereja. Tentu akan menjadi berbeda sudut pandangnya bila dilihat dari sisi yang lain (apalagi dari kacamata al-Qur’an yang notabene dipandang sebelah mata oleh mereka). 


Penggunaan kata Protoevangelium sendiri berasal dari bahasa Yunani Protoevangelion yang merujuk kepada naskah-naskah yang terbentuk atau sudah ada sebelum proses kanonisasi atau penetapan ke-4 Injil sebagai kitab suci umat Kristiani ( pre-Gospel ). Cerita-cerita dalam Protoevangelium Yakobus ini sering dikacaukan orang dengan "The History of Joseph the Carpenter" yang berasal dari abad ke-5 dan juga kedalam "The Gospel of Pseudo-Matthew" atau juga dengan beberapa naskah lain yang disebut sebagai Injil masa kecil yang berasal dari Syiria, Arab dan Armenia. Padahal Protoevangelium Yakobus sama sekali terlepas dari naskah-naskah tersebut.


Dewasa ini dokumen Protoevangelium Yakobus dimasukkan oleh dunia Kristen kedalam kategori kitab Apokripa, yaitu sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani dengan arti "sesuatu yang disembunyikan". Dalam tradisi teologi Kristen kitab-kitab Apokripa merujuk kepada seluruh naskah yang berkaitan dengan teologi keimanan mereka tetapi tidak tergabung kedalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang disahkan oleh gereja sehingga kitab-kitab itu tidak layak diterima keabsahannya[2]. Pada abad ke-16 Masehi, istilah Apokripa memiliki konotasi yang negatif dan menjadi sinonim dari kebatilan, sehingga saat disebut kitab Apokripa maka itu artinya sama dengan kitab palsu atau kitab yang batil. Adapun terjemahan bahasa Inggris dari Protoevangelium Yakobus yang kita pergunakan dibuku ini, diambil dari situs http://www.catholic-forum.com/saints/stj20001.htm dan diterjemahkan sendiri kedalam bahasa Indonesia oleh Penulis, beberapa terjemahan Protoevangelium Yakobus berbahasa Inggris yang sempat Penulis temui disejumlah situs lainnya di Internet, redaksinya menyimpang jauh dari naskah yang sebenarnya.


1. http://en.wikipedia.org/wiki/Gospel_of_James
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Apocrypha



Mengenal Kitab Suci Kristiani

Kitab yang diakui oleh umat Kristiani sebagai kitab suci sendiri terdiri dari dua Kitab yang dikenal dengan nama Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama adalah kitab-kitab yang dipercaya oleh mereka sebagai wahyu-wahyu Tuhan kepada orang-orang Israel sebelum masa kedatangan Isa al-Masih. Semua kitab yang tergabung kedalam Perjanjian Lama berjumlah 27 kitab dan 298 halaman, terdiri dari Kitab Musa (yaitu kitab Kejadian atau Genesis yang menerangkan tentang penciptaan alam semesta, kejadian Adam, peristiwa dijaman Nuh, Abraham dan akhirnya ditutup dengan cerita Nabi Yusuf. Berturut-turut kemudian adalah kitab Keluaran atau Exodus, Kitab Imamat orang Levi atau Leviticus, Kitab Bilangan atau Numbers dan Kitab Ulangan atau Deuteronomy yang menceritakan mengenai lahirnya Nabi Musa sampai dengan wafatnya). Kemudian Kitab yang dinamakan Joshua, Judges, Ruth, Samuel I, Samuel II, Kings I, Kings II, Chronicles I, Chronicles II, Ezra, Nehemiah, Esther, Job. yang semua kitab ini menerangkan kenabian dan kerasulan yang berlaku pada sejarah Bani Israel sesudah wafatnya Musa. Lalu Kitab Psalm berisikan fatwa tentang hubungan manusia dengan Allah, selanjutnya diikuti oleh kitab Amsal Sulaiman dengan nama Proverbs yang berisikan fatwa tentang hubungan manusia sesama manusia, itulah kitab ke-19 dan ke-20 dari Perjanjian Lama. Selanjutnya Kitab yang dinamakan: Ecclesiastes, The Song of Solomon, Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Honah, Micah, Nahum, Habakuk, Zephaniah, Haggai, Zechariah, Malachi yang semua kitab ini juga menerangkan kenabian dan kerasulan yang berlaku sampai pada kelahiran Nabi Yahya dan Isa al~Masih. Kitab-kitab yang termasuk kedalam Kitab Perjanjian Baru adalah Injil Karangan Matius, Injil Karangan Markus, Injil Karangan Lukas dan Injil Karangan Yohanes, 13 surat Paulus, 3 surat Yohanes, 1 surat Yakobus, 1 surat Yudas, 2 surat Petrus, 1 surat kepada orang Ibrani dan "wahyu" atau Revelation kepada Yohanes.


Para penulis keempat Injil sendiri bukanlah murid-murid langsung dari Isa al-Masih. Injil Karangan Matius misalnya, Matius disini bukanlah Matius murid Isa sebagaimana uraiannya bisa dilihat pada buku Tafsiran Injil Matius karya K. Riedel terbitan BPK Jakarta tahun 1952. Kemudian Markus dan Lukas pun bukan salah seorang murid Isa al-Masih. Tidak ada satu kitabpun yang menunjukkan bahwa kedua penulis ini adalah murid Isa. Dua nama ini tidak termasuk dalam 12 murid Yesus Kristus yang tercantum pada Perjanjian Baru. Ada yang mengatakan bahwa Markus dan Lukas adalah nama lain dari Thomas dan Bartolomeus (dua orang murid Isa yang namanya ada dalam kitab Injil), tetapi pendapat ini sama sekali tidak benar karena tidak ada fakta sejarah yang mendukungnya. Lalu pengarang kitab Injil terakhir, yaitu Yohanes, meski dalam daftar nama murid-murid Isa al-Masih dijumpai nama Yohanes (Yahya didalam Islam), tetapi Yohanes penulis Injil ini bukanlah Yohanes Bin Zabdi murid Isa al~Masih. Menurut Ensiklopedi Britanica, Injil Yohanes ditulis pada tahun 100 Masehi dan Kitabnya yang lain bernama wahyu ditulis lebih awal lagi yaitu tahun 96 Masehi oleh seorang ketua Gereja bernama Yohanes atau John the Presbyter yang tinggal di Episus. Jadi jelaslah injil Yohanes bukan karangan Yohanes murid Isa, sebab Yohanes ini dipercaya terbunuh pada tahun 70 Masehi. Ada pula yang beranggapan bahwa Injil Yohanes dikarang oleh seorang mahasiswa dari Perguruan Tinggi Iskandariyah pada abad ke-2 Masehi, kemudian disahkan oleh kongres Nicea pada tahun 325 Masehi dimasa kaisar Konstantin.

Bagaimanapun, fakta yang tidak bisa dihindari adalah bahwa keempat Injil yang diakui sebagai Kitab Suci dalam dunia Kristiani bukanlah wahyu dari Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Isa al-Masih seperti yang dimaksudkan oleh ayat-ayat al-Qur’an, melainkan sekedar kesaksian sejarah yang dicatat tangan manusia biasa yang bernama Markus, Matius, Lukas dan Yohanes.

Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. - Qs. 19 Maryaam : 30

Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, - Injil Lukas pasal 1 ayat 1 s/d 3

Adapun sedikit memperkenalkan kepada pembaca awam, bahwa Empat Injil resmi gereja pada hakekatnya bukanlah 'satu-satunya‛ Injil yang ada dalam dunia Kristen. Diluar keempat Injil resmi tersebut masih ada sejumlah besar Injil-Injil lain yang bercerita tentang Isa al-Masih dan hal-hal terkait lainnya, tetapi kesemua Injil tersebut dimasukkan kedalam kategori Kitab Apokripa. Beberapa dari nama Injil-Injil Apokripa ini adalah Injil Yudas, Injil Maria, Injil Nikodemus, Injil Thomas, Injil Philip, Injil Bartholomeus dan seterusnya. Jika anda merupakan pengguna Internet, anda bisa membuka situs 'Early Christian Writings' dengan alamat http://www.earlychristianwritings.com/ dan 'The Gnosis Archive' dengan alamat http://www.gnosis.org/ maupun ke 'Internet Sacred Text Archive‛ dengan alamat http://www.sacred-texts.com/ sebagai salah satu rujukan terbaik untuk membaca kitab-kitab Apokripa ini.

Untuk menyebut kumpulan kitab-kitab suci resminya, orang-orang Kristiani di Barat menggunakan istilah The Holy Bible, dimana kata Bible berasal dari bahasa Yunani 'Biblos' yang artinya 'Buku‛, beberapa kalangan ada juga yang mempergunakan istilah Bible sebagai singkatan dari kata ‚Basic Information Before Leaving Earth‚ atau terjemahannya kedalam bahasa Indonesia ‚Informasi Dasar Sebelum Meninggalkan Bumi‚ namun pengertian yang terakhir ini bisa disebut sebagai penafsiran yang dikait-kaitkan saja. Dalam bahasa Indonesia sendiri kata Bible atau Biblos diubah menjadi al-Kitab, yaitu merujuk kepada istilah dalam bahasa Arab untuk kata buku (kitab). Di Indonesia istilah Injil mengadopsi dari bahasa Arab yang artinya kabar baik atau berita gembira, di Barat orang menyebut Injil dengan istilah Gospel, berasal dari padanan God-Spell yang berarti kata-kata Tuhan ( lebih tepatnya lagi Firman Tuhan ).

Bila kemudian seorang James D. Tabor yang langkah awalnya beranjak dari penyelidikan arkeologis empiris seputar kehidupan Isa al-Masih dan keluarganya dengan melepaskan semua dogma teologis yang selama ini dianutnya tetapi pada puncaknya kita akan melihat sebuah kenyataan betapa diakhir semua langkah ilmiahnya ini, James D. Tabor harus terikat dengan segala asumsi dan spekulasi yang dibuatnya berdasarkan teks-teks yang ada untuk menjembatani apa yang dia sebut sebagai sebuah fakta. Tidak terlalu mengherankan kenapa James D. Tabor bisa melakukan langkah ekstrim seperti ini karena memang didalam dunia Barat antara agama dan kehidupan realitas dianggap sesuatu yang bisa dipisahkan sehingga agama hanya dianggap sebagai sebuah relasional pribadi antara manusia dengan Tuhannya tanpa terkait dengan aspek-aspek horisontal yang ada diantara keduanya. Berbeda dengan apa yang menjadi konsep didalam dunia Islam sendiri yang tidak memisah-misahkan antara aspek lahir dan aspek batin dalam kehidupan beragama sehingga manakala seorang Muslim berprofesi sebagai pengusaha maka dia akan langsung terikat dengan peraturan-peraturan main bagaimana menjadi pengusaha yang Islami, saat seorang Muslim menjadi sejarawan maka dia akan menjadi sejarawan yang terikat dengan kaidah-kaidah kesejarawanan Islami begitupula ketika seorang Muslim menjadi politikus maka diapun terikat dengan aturan main berpolitik secara Islam. Kedua aspek bersifat saling isi-mengisi dan itulah kenapa umat Islam diwajibkan untuk bersifat Kaffah.

Tetapi, memang mengutip kalimat James D. Tabor sendiri, kebenaran itu seringkali lebih aneh daripada fiksi. Kita akan mencoba merekonstruksi kesejarahan Isa al-Masih dari semua data-data yang sudah tercecar kedalam bagian-bagian terpisah dan tersusupi oleh ambisi pribadi, legenda maupun kebohongan yang diatasnamakan kepadanya menjadi satu kesatuan yang utuh dalam perspektif Islam. Usaha rekonstruksi ini tidaklah mudah dan tidak ada jaminan juga terwujud secara sempurna seperti yang sebenarnya terjadi, sebab rekosntruksi ini menggunakan bahan-bahan yang penuh retakan kepalsuan dan bertumpuk dengan segudang konspirasi, akan tetapi meski demikian, dengan menjadikan kitabullah sebagai batu ujian, sebagai korektor, sebagai filter dan sebagai acuan terhadap material yang berkarat itu setidaknya upaya merekonstruksi kesejarahan Isa al~Masih ini menemukan titik-titik yang menjadi sumbu antar garis sehingga membentuk sebuah gambaran yang utuh dari kacamata sejarah Islam

BAGIAN 1 : SEJARAH AWAL MARIA DAN ISA

Maria sang Ibunda
Berbicara mengenai tokoh Isa al-Masih, kita tidak akan bisa menghindari pembahasan awal sejarah kelahirannya yang melibatkan diri ibundanya, Maryam. Bahkan latar belakang ketokohan Isa al-Masih sepanjang sejarah tiga kelompok besar agama dunia, bertitik tolak dari peranan Maryam yang namanya menjadi salah satu pujaan ditengah masyarakat Kristiani penganut paham Trinitas melalui devosi Maria dan Islam sendiri melalui hadis Nabinya, menyatakan bahwa ia salah satu dari empat wanita termulia yang pernah hidup didunia.

Maryam (Arab) atau dikenal juga sebagai bunda maria (dalam bahasa Aram disebut Miryai[3] dan dalam bahasa Yahudi disebut Miryam atau Miriam) diduga dilahirkan dikota Sepphoris[4] yang terletak disebelah utara kota Palestina. Kota Sepphoris adalah sebuah kota besar dimana bangsa Romawi pernah menjadikan kota itu sebagai pusat administratif bagi seluruh wilayah jajahannya di Palestina[5]. Sepphoris juga merupakan ibu kota Galilea yang terkenal dengan rumah-rumahnya yang indah dan gedung teaternya yang besar.

Kota ini hancur luluh dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih anak-anak sehingga keluarganya pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth[6], sebuah desa kecil yang berpenduduk sekitar 15 ribu hingga 20 ribu orang[7] dan berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari kota Sepphoris. 

Tidak banyak cerita dalam versi yang lebih lengkap mengenai sejarah awal kelahiran Maryam atau Maria, kitab Perjanjian Baru sendiri yang banyak bercerita mengenai Isa al-Masih dimana gerejapun menobatkan Maria ibunya sebagai salah seorang wanita suci (santa) sama sekali tidak menyinggung mengenai masa lalunya.

Namun berdasarkan tradisi kristen yang tergolong kedalam kitab apokripa telah menceritakan bahwa nama orang tua Maria adalah Yoakhim dan Hana seperti yang disebut dalam Protoevangelium Yakobus[8] dari abad kedua yang juga menjadi salah satu rujukan dari James D. Tabor dalam bukunya Dinasti Yesus[9] namun anehnya isi dari Protoevangelium Yakobus tidak pernah menjadi pertimbangan dalam penganalisaannya tentang kesejarahan dari Yesus itu sendiri.

Di Protoevangelium Yakobus disebutkan bahwa Hana dan suaminya Yoakhim merupakan pasangan yang sudah sangat lama menantikan kehadiran anak dari hasil pernikahan mereka, tetapi lama tidak kunjung juga terwujud sampai pada akhirnya Hana bernadzar bahwa bila sampai ia berhasil hamil dan melahirkan baik anaknya itu laki-laki atau perempuan[10], maka anak tersebut akan dipersembahkannya sebagai pelayan Tuhan dirumah ibadah ( Temple of the Lord )[11]. 

Dan terlihatlah seorang malaikat Tuhan datang, berkata kepadanya : Anna, Anna, Tuhan telah mendengar doa mu, dan engkau akan mengandung dan melahirkan, dan keturunanmu akan dibicarakan di seluruh dunia. Lalu Anna berkata : Demi Tuhan Allahku yang Maha Abadi, bila aku melahirkan baik itu laki-laki maupun perempuan, aku akan mempersembahkannya sebagai nazar kepada Tuhanku Allah. Dan ia akan malayani Tuhan seumur hidupnya. – Protoevangelium Yakobus ayat 4

Doa Hana tersebut didengar oleh Allah, Hanapun hamil dan melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Maria. Karena janjinya itu maka sejak usia tiga tahun, pengasuhan Maria diserahkan kepada Zakaria sebagai imam tertinggi dirumah peribadatan[12] sampai usia Maria mencapai dua belas tahun. 

Selama tinggal ditempat peribadatan tersebut, Maria selalu mendapatkan makanannya dari malaikat Tuhan yang selalu datang menemuinya. Ketika usianya telah dua belas tahun, para imam dari rumah peribadatan itu mengadakan pertemuan untuk membicarakan tentang hak pengasuhan atau perawatan Maria berikutnya sebab tidaklah mungkin dibiarkan ada seorang gadis berada dan tinggal didalam rumah peribadahan Tuhan.

Pemindahan hak asuh atau perawatan Maria yang berstatus sebagai seorang gadis juga tidak bisa dilakukan dan dilimpahkan secara sembarangan kepada orang lain, tentu mereka harus benar-benar yakin bahwa Maria akan benar-benar mendapatkan penjagaan dan perawatan sebagaimana seharusnya, bukan malah disia-siakan atau juga mendapat perlakuan yang asusila dari orang yang akan menampungnya.

Karena itu para Imam menunjuk kepada Zakaria selaku Imam tertinggi untuk bermunajat kepada Tuhan guna mendapatkan petunjuk-Nya. Dalam doanya itu, Zakaria ditemui oleh seorang malaikat dan menyuruhnya untuk mengumpulkan masyarakat dan masing-masing dari mereka datang membawa sebatang ranting lalu satu persatu berdoa kedalam tempat ibadah dan keluar, siapa yang mendapatkan tanda tertentu yang akan terjadi kemudiannya maka dialah yang dianggap telah mendapat restu oleh Tuhan untuk mengambil alih hak asuh Maria.

Dan Maria di dalam Bait Allah bagaikan seekor merpati yang dipelihara. Dan dia menerima makanan dari seorang malaikat. Manakala ia berusia 12 tahun, disana ada majelis imam, berkata : Lihatlah Maria berumur 12 tahun dalam Bait Allah. Apa yang harus kita lakukan kepadanya ? Jangan sampai ia mengotori altar Tuhan. Dan mereka berkata pada imam besar : Engkau menghadap altar Tuhan. Masuk dan berdoa mengenainya. Dan apapun yang Tuhan wahyukan padamu akan kami ikuti. Dan imam besar mengambil jubah kebesarannya dengan dua belas lonceng dan masuk ke ruang suci dan berdoa mengenainya. Dan terlihatlah, seorang malaikat turun dan berkata padanya : Zakaria, pergilah dan kumpulkan para duda, dan suruh setiap orang dari mereka membawa sebuah ranting, dan kepada siapa nantinya Tuhan memberi tanda, ialah yang akan memperistrinya. – Protoevangelium Yakobus ayat 8
3. Seperti yang terdapat dalam situs : http://www.answering-christianity.com/name_of_jesus.htm 
4. Sepphoris dikenal juga dengan beberapa nama seperti Autocratoris, Diocaesarea, Eirenopolis Neronias, Le Sephorie, Saffouriya, Safuriyah, Safuriyye, Seffarieh, Sephoris, Sippori, Zippori, lihat http://www.al-kitabplaces.com 
5. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 47
6. secara etimologi berdasarkan referensi beberapa ensiklopedia sebagaimana yang tercantum dalam situs www.answers.com memiliki beberapa arti, diantaranya berarti tunas (shoot) atau keturunan (sprout) yang merupakan turunan dari kata netser, juga bisa berarti kebenaran (Truth) sesuai isi dari kitab Injil Apokripa Philip yang menurunkannya dari kata Nazara serta bisa berarti kemenangan atau kejayaan jika dilihat dari bahasa Arab (Nashara). 
7. http://www.christiananswers.net/dictionary/nazareth.html
8. Protoevangelium Yakobus lihat www.catholic-forum.com/saints/stj20001.htm 
9. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 45 dan hal. 405 catatan pertama untuk bagian satu. 
10. Kata-kata aslinya adalah : if I beget either male or female, I will bring it as a gift to the Lord my God; and it shall minister to Him in holy things all the days of its life”
11. Semacam masjid atau musholla bagi umat Islam yang dianggap juga sebagai rumah Tuhan, dimana didalamnya orang biasa melakukan ibadah ( lebih jelasnya bisa diakses ke www.newadvent.org/cathen/t.htm ) 
12. Perjanjian Baru melalui njil Lukas pasal 1 ayat 5 sampai 7 menyebut Zakaria sebagai Imam dari Bait suci dan masih memiliki garis keturunan dari Harun

Hubungan Yusuf dengan Maria
Dari semuanya, ternyata terpilihlah Yusuf, seorang tukang kayu tua, yang ketika kejadian tersebut berlangsung tiba-tiba diatas kepalanya hinggap seekor burung merpati dan ini dianggap oleh para imam sebagai tanda dari Tuhan. Mulanya Yusuf ragu dan menolak, sebab dia telah memiliki beberapa anak dan usianyapun sudah tidak lagi muda, tapi karena dipaksa oleh para Imam, maka Yusuf akhirnya mau menerima Maria bersamanya.

Tetapi Yusuf menolak, sambil berkata: Aku sudah mempunyai anak-anak, dan aku adalah seorang pria tua, sementara dia (Maria) adalah seorang gadis yang muda. Aku adalah khawatir kalau-kalau aku menjadi tertawaan dikalangan bangsa Israel. Lalu Imam itu berkata kepada Yusuf : Takutlah hanya kepada Tuhanmu, dan ingatlah apa yang sudah dilakukan Tuhan kepada Dathan, dan Abiram, serta Korah; bagaimana bumi dibuka, dan mereka ditelan oleh karena keingkaran mereka. Karena itu sekarang takutlah kamu, wahai Yusuf, agar tidak hal yang sama terjadi didalam keluargamu. Dan Yusufpun takut, dan bersedia mengambil dia (Maria) ke dalam pemeliharaan nya. Dan Yusuf berkata kepada Maria: Lihat, aku sudah menerima kamu dari Rumah Tuhan; dan sekarang aku meninggalkan kamu di dalam rumahku, dan pergi menjauh untuk membangun kediamanku (sendiri), dan aku akan datang menjengukmu. Semoga Tuhan akan melindungi kamu. – Protoevangelium Yakobus ayat 9

Yusuf memang membawa Maria kerumahnya, tetapi ia meninggalkan Maria sendirian disana, Yusuf sendiri sebagai seorang tukang kayu (atau mungkin juga seperti yang dikatakan oleh Tabor[13], bahwa kata tekton[14] yang sering dinisbatkan kepada nama Yusuf sebenarnya berarti tukang bangunan dan bukan tukang kayu) pergi untuk membuat sebuah rumah lain yang akan didiaminya terpisah dengan Maria, ia juga menyerahkan Maria langsung kebawah perlindungan Tuhan. Disini kita menemukan sebuah fakta, bahwa sesuai yang pernah dikatakannya sebelum itu tentang statusnya terhadap Maria, pada akhirnya Yusuf memang tidak pernah menjadikan Maria yang masih sangat muda itu sebagai istrinya. Yusuf sangat menghormati Maria yang telah dinazarkan untuk mengabdi kepada Tuhan sejak kecil, ia berusaha menjaga jarak dengan tinggal ditempat yang berbeda agar tidak timbul fitnah atas diri mereka berdua. Dari ayat ke-17 nantinya kita akan mengetahui bahwa sebenarnya Yusuf mengajak serta juga putera-puteranya dari istrinya yang lalu untuk pindah dari tempat mereka tersebut yang akan ditempati oleh Maria sendirian. 

Dirumah lama Yusuf itu, Maria didatangi oleh malaikat Jibril yang menyampaikan berita dari Tuhan mengenai akan lahirnya seorang anak dari rahimnya yang bernama Isa al-Masih sebab dia akan menyalamatkan umatnya dari perbuatan dosa. Maria yang gundah, pergi kerumah keluarganya, Elizabeth yang tidak lain istri dari Imam besar, Zakaria. Disana ia menceritakan hal tersebut kepada Zakaria. Ternyata Zakaria juga membenarkan apa yang disampaikan Maria tersebut. 

Imam itu berkata : "Maria, Tuhan telah membesarkan namamu dan engkau akan diberkati dari semua keturunan yang akan ada didunia ini." – Protoevangelium Yakobus ayat 12

Selanjutnya Maria tinggal tiga bulan lamanya dirumah Zakaria dan istrinya Elizabeth. Cerita yang hampir sama dipaparkan juga oleh salah satu Injil resmi gereja, yaitu Injil Lukas pada pasal 1 ayat 39 dan 40 serta disambung ayat ke-56. 

Hari demi hari, perut Maria semakin membesar, ia sudah hamil sebagaimana halnya perempuan lain yang sudah menikah hamil, dan itu membuatnya takut dan memutuskan untuk kembali kerumah Yusuf, dijalan ia menghindari perjumpaan dengan orang-orang Israel. Waktu itu usia Maria enam belas tahun. Manakala kehamilannya sudah mencapai usia yang keenam bulan, Yusuf datang dari rumahnya yang lain itu dan dia mendapati kenyataan bahwa Maria telah hamil besar dan ini membuat Yusuf merasa bersalah kepada dirinya sendiri.

Yusuf berkata : "Dimana mukaku ini akan kuletakkan dihadapan Tuhanku ? Aku telah menerimanya sebagai seorang perawan dari rumah Tuhan tetapi aku tidak mengawasi perkembangannya. Siapa kiranya orang yang telah melakukan perbuatan setan itu dirumahku dan menodai keperawanannya ?" – Protoevangelium Yakobus ayat 13

Tidak puas dengan itu saja, diayat yang sama diceritakan Yusuf kemudian menanyai Maria, katanya "Engkau sudah diserahkan penjagaannya kepada Tuhan, bagaimana bisa sampai engkau melupakan Tuhanmu ? kenapa engkau merendahkan dirimu yang merupakan turunan orang-orang suci dan mendapatkan kehormatan menerima makanan dari malaikat " ‚ Maria menjawab sambil mengusap air matanya ‚ Aku tidak bersalah, aku tidak mengenal laki-laki manapun, aku tidak tahu kapan tepatnya kandungan ini bermula."

Yusuf lalu berpikir keras, antara merahasiakan kehamilan Maria atau menyingkapkannya sebagai sebuah aib kepada masyarakat Israel. Sampai akhirnya Yusuf memutuskan untuk mengasingkan Maria dari rumahnya secara rahasia, tetapi keputusan itu dibatalkan setelah malamnya Yusuf bermimpi bertemu dengan malaikat dan memberi tahunya bahwa Maria hamil atas kehendak Tuhan dan dia sedang mengandung seorang bayi yang suci yang kelak akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa, dan bayi itu akan dinamakan Isa al-Masih.

Tetapi akhirnya rahasia kehamilan Maria terungkap juga kepublik setelah Yusuf dan Maria didatangi oleh seorang ahli Taurat bernama Annas dan kemudian menyebarkan berita dusta bahwa Yusuflah orang yang telah menodai Maria dan kemudian menikahinya secara diam-diam. Inilah yang tampaknya diketahui oleh Lukas ketika ia menulis Injilnya :

Ketika Yesus memulai pekerjaannya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf. – Injil Lukas pasal 3 ayat 23

Disaat yang bersamaan, Kaisar Augustus[15] memerintahkan sensus penduduk diwilayah kekuasaan Romawi, dan sebagai seorang warga negara yang baik, maka Yusuf bermaksud untuk mengikutkan anak-anak kandungnya kedalam sensus tersebut dan itu artinya ia harus berangkat ke Betlehem, tetapi Yusuf bingung ketika dia harus dihadapkan kepada status Maria yang sedang hamil itu. Bagaimana dia akan menjawab pertanyaan orang-orang Israel yang ditemuinya ? Haruskah Yusuf mengakui sebagai istrinya ? tetapi mengingat perbedaan usia mereka, Yusuf menjadi malu, lalu apakah Yusuf harus mengakui Maria sebagai puterinya ? Lagi-lagi Yusuf membatin bahwa semua orang Israel tahu bahwa Maria bukan salah satu anaknya. Sehingga kemudian, Yusuf akhirnya dengan tekad bulat membawa Maria untuk mengikuti sensus ditanah Betlehem apapun yang terjadi nantinya. 

Dan ada perintah dari Kaisar Augustus, bahwa semua penduduk yang ada di Bethlehem harus didaftarkan. Dan Yusuf berkata: Aku akan mendaftarkan anak-anakku, tetapi apa yang harus aku lakukan atas gadis ini (Maria) ? Haruskah aku pun mendaftarkannya? Sebagai istrikukah ? Jelas aku malu. Apakah sebagai putriku? Tetapi semua orang Israel mengetahui bahwa dia bukanlah putriku. Biarlah Tuhan sendiri yang akan membawanya melewati masalah ini. Lalu ia memasang pelana keledai, dan mendudukkannya (Maria) diata keledai itu; dan menyuruh putranya memimpinnya, sementara Yusuf mengiringinya. – Protoevangelium Yakobus ayat 17.

Demikianlah sejarah Maria atau Maryam berikut hubungannya dengan Yusuf seperti yang terdapat didalam Protoevangelium Yakobus, menarik mengingat cerita ini banyak memiliki perbedaan dengan cerita yang disampaikan oleh Injil Matius dan Injil Lukas sebagai Injil resmi gereja, terutama dalam kaitannya dengan status Yusuf terhadap Maria yang oleh Injil-Injil resmi tersebut disebutkan sebagai sepasang kekasih yang sudah bertunangan dan akan segera menikah tetapi kemudian Yusuf mendapati pasangannya itu sudah hamil dari Roh Kudus Tuhan. 

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. – Perjanjian Baru : Injil Lukas 1:26-27

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibunya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam[16]. – Perjanjian Baru : Injil Matius 1:18-19 

Meski demikian, uniknya cerita tentang Yusuf yang disebut-sebut sebagai tunangan ataupun suami dari Maria ini, seluruh naskah Injil Kanonik[17] dalam cerita-cerita berikutnya seolah menghilang begitu saja dari kehidupan Maria dan puteranya, Isa al-Masih[18]. Al-Kitab kedepannya lebih banyak bercerita tentang ibu, saudara-saudaranya maupun para murid beliau tanpa satupun dikait-kaitkan lagi dengan nama Yusuf. Hal ini kiranya wajar untuk menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi kita, kemanakah Yusuf ? Apakah beliau meninggal tidak lama setelah membawa Isa dan ibunya ke Yerusalem guna menghadiri paskah sebagaimana ditulis dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 42 ? ataukah Yusuf dan Maria kemudiannya bercerai sehingga cerita tentangnya menjadi tidak layak lagi untuk diangkat ? Entahlah, semuanya penuh misteri. Akan tetapi jika kita mengadakan perbandingan antara cerita yang terdapat didalam Protoevangelium Yakobus sebelumnya dengan cerita-cerita seputar hubungan Maria dengan Yusuf yang ada didalam al-kitab, maka harus diakui bahwa cerita versi Protoevangelium Yakobus jauh lebih lengkap dan mendekati kebenaran cerita yang disampaikan oleh al-Qur’an. 

Disana kita mendapat penjelasan mengenai bagaimana sejarah awal pertemuan Yusuf dan Maria hingga diisukan telah terjadinya pertunangan antara mereka berdua, dimana status Maria sebagai seorang gadis muda yang sempat menjadi pelayan Tuhan dan berada dibawah bimbingan seorang Imam yang saleh, dengan Yusuf, seorang tukang kayu tua yang sudah memiliki beberapa anak dari pernikahan sebelumnya. 

Al-kitab ada menyebutkan frase saudara-saudara dari Isa, misalnya : "Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibunya dan saudara-saudaranya berdiri di luar dan berusaha menemui dia" (Injil Matius pasal 12 ayat 46) atau  "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? dan bukankah saudara-saudaranya yang perempuan ada bersama kita?" (Injil Markus pasal 6 ayat 3) dan sejumlah ayat lainnya didalam al-kitab, tetapi lagi-lagi al-kitab juga gagal menjelaskan bagaimana status kesaudaraan Isa dengan orang-orang yang disebut sebagai saudara-saudaranya itu.

Gereja sendiri memiliki beberapa tradisi yang saling tidak sepakat akan hal tersebut, dimana diantaranya ada yang menganggap istilah saudara Isa dalam al-kitab benar-benar merupakan saudara dalam arti yang sesungguhnya (saudara biologis), yaitu anak-anak yang lahir kemudian dari hasil pernikahan Maria dan Yusuf[19], ada pula yang berpendapat bahwa mereka merupakan saudara angkat Isa melalui pernikahan Yusuf sebelumnya adapula pihak yang dalam hal ini seperti gereja Katholik, gereja timur dan gereja ortodoks sendiri berpendapat bahwa frase ‚saudara Isa. bukanlah benar-benar dalam arti adik dan kakak secara biologis, baik itu saudara dari hasil pernikahan Yusuf dengan Maria ataupun dari hasil pernikahan Yusuf dengan wanita lain sebelumnya, pihak yang terakhir ini menyandarkan kata ‚saudara Isa. sebagai kata ganti ‚keponakan Isa. dalam bahasa Aram ataupun Yahudi[20]. 

Kitab suci al-Qur’an sendiri tidak pernah menyinggung tentang keberadaan saudara-saudara Isa al~Masih ataupun juga mengenai diri Yusuf situkang kayu, dan jika kita kembalikan lagi ini kepada cerita yang disampaikan oleh Protoevangelium Yakobus sebelumnya, maka kita bisa menemukan benang merah dibalik polemik tersebut, yaitu yang disebut sebagai saudara Isa tidak lain merupakan anak-anak Yusuf dari pernikahan sebelumnya (Ingat kalimat yang disampaikan Yusuf ketika dia diserahkan amanat untuk menjaga Maria oleh para Imam : "Aku telah memiliki beberapa anak…"). 

Dan karena Yusuf juga sebenarnya bukan merupakan suami ataupun tunangan dari Maria melainkan sekedar orang yang melindungi dan mengambil alih pengayomannya dari rumah peribadatan dibawah pengasuhan Zakaria, maka Allah tampaknya tidak merasa perlu mencantumkan namanya didalam kitab suci al-Qur’an, sama seperti al-Qur’an juga tidak mencatatkan nama maupun cerita tentang Abdul Mutthalib dan anaknya, Abu Thalib yang telah ikut merawat serta mengasuh Muhammad ketika masih kecil. Titik berat penceritaan al-Qur’an mengenai Maria hanyalah seputar kesucian dan keterhindarannya dari dosa dan perbuatan zinah sebagaimana yang berkembang dan bisa dibaca juga didalam kitab-kitab Injil kanonik.

Al-Qur'an menceritakan bahwa Maria (disitu disebut dengan nama Maryam, sesuai lidah Arab dimana Nabi Muhammad SAW diutus) merupakan puteri dari Imran yang merupakan salah satu keluarga yang terhormat dimasyarakatnya, sejak kecilnya Maria berada dibawah pengawasan Zakaria, adapun latar belakang pengambil alihan pengawasan Maria kepada Zakaria tidak lain karena menurut cerita al-Qur’an, ibu Maria pernah bernazar kepada Allah untuk mengabdikan puterinya tersebut terhadap Allah. Dan Zakaria sendiri adalah seorang yang hingga usia tuanya belum juga dikarunia seorang anak, baik itu putera maupun puteri[21]. Selama dalam pengawasan Zakaria itu, maka Maria tinggal dirumah peribadatan[22]. Seluruh cerita yang disampaikan oleh al-Qur’an ini selaras dengan cerita yang ada dalam Protoevangelium Yakobus.

13. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 110 dan 111 
14. Istilah Tekton dalam bahasa Yunani menurut Tabor merujuk kepada seseorang yang membangun bangunan dengan bahan dasar kayu, tetapi dalam konteks Galilea abad I M kata ini lazim digunakan untuk seorang tukang batu 
15. Nama lengkapnya Gaius Julius Caesar Octavianus, kaisar kerajaan Romawi yang berkuasa dari tahun 30 sebelum masehi sampai 14 sesudah masehi 
16. Istilah Yunani yang digunakan pada manuskrip sumbernya adalah mnesteuo yang berarti secara resmi ditunangkan untuk dikawinkan kemudian. Didalam tradisi bangsa Yahudi, pertunangan adalah semacam pernikahan awal. 
17. Injil Kanonik adalah empat kitab Injil yang diakui dan diterima secara sah oleh gereja dan umat Kristen sebagai kitab suci yang harus di-imani, masing-masing dari keempat Injil ini adalah Injil Matius, Injil Lukas, Injil Markus dan Injil Yohanes 
18. Terakhir cerita tentang Yusuf didalam al-kitab ada pada Injil Lukas pasal 2 ayat 41 sampai 52 ketika beliau dan Maria dikisahkan membawa Isa yang sudah berusia dua belas tahun ke Yerusalem untuk menghadiri paskah
19. Misalnya seperti yang bisa dibaca di www.allaboutjesuschrist.org/joseph-the-father-of-jesus-faq.htm 
20. Lihat www.answers.com/topic/blessed-virgin-mary
21. Tetapi akhirnya permintaan Zakaria perihal diberikan keturunan ini dikabulkan Allah dengan memberinya seorang putera dari istrinya dan selanjutnya diberi nama Yahya yang kelak dikemudian hari akan tumbuh besar menjadi salah seorang Nabi bagi Bani Israel. 
22. Lihat al-Qur.an surah Ali Imron ayat 35 sampai 37 .

Perdebatan tentang Hamilnya Maryam
Hamilnya Maria diluar pernikahan dengan laki-laki manapun, oleh al-Qur’an disebut sebagai sebuah ketetapan khusus dari Allah yang akan dijadikan salah satu tanda bagi manusia lainnya menyangkut kemahakuasaan-Nya. Dalam hal ini, al-Qur’an sepakat dengan cerita hamilnya Maria yang ada didalam Protoevangelium Yakobus maupun Injil Lukas bahwa awal dari semuanya ini adalah datangnya Malaikat Jibril kepada Maria dan mengabarkan kabar gembira kepadanya mengenai rencana Allah tersebut. 

Kejadiannya menurut al-Qur’an adalah ketika Maria sedang berada dimihrab, jadi ini kemungkinan besar dimasa-masa Maria masih berada dibawah pengawasan Zakaria, ketika itu malaikat Jibril datang mendekatinya dan menjelma dalam perwujudan laki-laki sempurna sehingga Maryam yang memang sebelumnya tinggal didalam tempat ibadah yang tidak sembarang orang bisa masuk kedalamnya, menjadi terkejut dan merasa takut, khawatir jika laki-laki tersebut akan berbuat sesuatu yang tidak senonoh padanya. 

"Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya sebagai manusia yang sempurna" ; Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari dirimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu orang yang takut terhadap Tuhan ...! Dia (malaikat) menjawab : Aku ini adalah utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci ..! Maryam berkata : Bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh siapapun dan aku juga bukan seorang pelacur ?
Dia (malaikat) menjawab : Seperti itulah kehendak Tuhanmu, Dia berkata : Hal ini mudah untuk-Ku dan agar Kami jadikan peristiwa ini sebagai tanda untuk manusia dan rahmat dari sisi Kami, dan ini semua sudah ditetapkan. Maka Maryampun mengandungnya dan ia menyisihkan dirinya berikut kehamilannya itu ketempat yang jauh. - Qs. 19 maryam 18 s/d 22

Kisah diatas bisa ditemui dengan sedikit perbedaan cerita didalam al-kitab : 
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 

Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud, bapa leluhurnya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaannya tidak akan berkesudahan."

Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah[23]. – Injil Lukas 1 ayat 26 s/d 35

Dari ayat-ayat Al-Qur'an, kita dapati satu keterangan, bahwa sebagaimana juga diceritakan oleh Injil Lukas, seorang perawan bernama Maria telah dikunjungi oleh seorang malaikat untuk mengabarkan kehendak Allah akan kelahiran seorang anak yang suci (kudus) yang diberi nama Isa al-Masih yang akan dimuliakan oleh Allah sebagai seorang Nabi dan Rasul kepada Bani Israel dengan tanda-tanda kenabiannya.

Dalam perbandingan Injil Lukas yang dihadapkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an, kita bisa menemukan bahwa anak yang akan dilahirkan tersebut adalah karena kekuasaan dari Allah, dan anak tersebut lahir dalam keadaan suci (kudus). Penyebutan bahwa Isa al-Masih adalah seorang anak yang kudus tidak bisa langsung berarti bahwa dia merupakan anak biologis Tuhan.

Disebut sebagai anak yang suci, adalah bahwa sang anak tersebut lahir bukan dari hasil perzinahan sebagaimana yang dituduhkan oleh umat Yahudi masa itu atas diri Maria dan juga bantahan atas dakwahan umat Yahudi yang telah mengubah isi kitab Taurat yang berisikan kecabulan para Nabi dan Rasul Allah yang diantaranya adalah leluhur Isa al-Masih sendiri, seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Sebagaimana yang diceritakan oleh kitab Perjanjian Lama II Samuel pasal 11 ayat 2 sampai 5 bahwa Nabi Daud sudah berzinah dengan istri Uria yang bernama Batsyeba binti Eliam sehingga hamil dan selanjutnya pada kitab yang sama pada ayat ke-14 hingga 17, Nabi Daud mengirimkan surat kepada Yoab agar menempatkan Uria kebarisan depan dalam upaya membunuhnya sehingga istri Uria yang sudah ditiduri oleh Nabi Daud dapat dipersuntingnya sebagai istri resmi. Dalam Injil riwayat Matius dituliskan bahwa Yesus adalah keturunan dari Nabi Sulaiman, sementara pada kitab Raja-raja pertama pasal 11:1-4 diceritakan betapa sang Nabi Sulaiman ini adalah manusia yang rakus wanita dan durhaka kepada Tuhan.

Jadi cukup beralasan sekali bahwa Allah melalui malaikat-Nya, menyebut bayi yang keluar dari perawan Maria adalah bayi yang suci (kudus), bahwa dia itu bersih dari segala fitnahan Bani Israel, baik yang menyangkut tentang perzinahan ibunya maupun fitnahan mengenai perzinahan para leluhurnya.

Inilah awal dari salah satu perdebatan panjang tentang diri Isa al~Masih, tidak hanya pada jaman itu saja tetapi melintasi waktu dan peradaban hingga kejaman kita sekarang ini. Ide ataupun pemikiran yang selanjutnya menerbitkan isu bahwa Maria telah melakukan perzinahan tidak bisa dihindarkan, terutama oleh mereka-mereka yang skeptis terhadap dogma-dogma ketuhanan serta para pengikutnya dari golongan orang yang bodoh.

James D. Tabor, ketua jurusan Studi Keagamaan di Universitas North Carolina di Charlotte Amerika Serikat telah memanfaatkan isu perzinahan Maria ditengah komunitas Yahudi ini untuk lebih meningkatkan nilai penjualan bukunya dipasaran dengan berusaha menerbitkan ulang asumsi-asumsi tentang batalnya klaim kesucian Maria dari sisi sejarah yang berimplikasi kepada status Isa al-Masih sebagai anak hasil hubungan haram. 

Tapi berbeda dengan sebagian orang yang menganggap Maria telah berzinah dengan Yusuf sebelum mereka menikah, Tabor mengangkat isu hubungan gelap antara Maria dengan seorang serdadu Romawi bernama Julius Tiberius Abdes Pantera. 

Nama Julius Tiberius Abdes Pantera, berasal dari sebuah batu nisan disalah satu pekuburan Romawi dari abad kesatu masehi di Bingerbruck, Jerman yang ditemukan oleh seorang sejarawan bernama Adolf Deismann pada tahun 1906 yang kemudian menulis sebuah artikel singkat berjudul ‚ Der Name Panthera ‛ yang menyatakan bahwa nama itu umum digunakan oleh serdadu Romawi masa itu.

Menurut Tabor, kata Pantera adalah merujuk kepada nama keluarga (semacam marga kalau di Indonesia), Tiberius Julius adalah gelar pemberian dari Kaisar Tiberius yang mulai berkuasa di Romawi sekitar tahun 14 masehi untuk mantan budak yang dibebaskan dan bekerja didinas ketentaraan. Sedangkan Abdes adalah panggilannya. Tapi James D. Tabor memanipulasi arti sebuah istilah, ketika pada halaman 85 dari bukunya 'Dinasti Yesus‛ mengatakan bahwa kata Abdes merupakan versi Latin dari nama ebed dalam bahasa Aram yang berarti hamba Allah[24].

Dari kamus Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries[25] kita dapati arti dari kata ebed (dibaca eh’-bed) bukan hamba Allah (atau Abdullah dalam bahasa Arab), tetapi hamba atau pelayan saja (tanpa ada embel-embel Allahnya). Manipulasi kecil ini bisa menjebak kepada pemahaman yang salah, seolah kata Abdes Pantera merujuk kepada orang maupun berasal dari kalangan agamawan yang fanatik, padahal istilah Abdes Pantera sangat bisa jadi justru merujuk kepada bentuk hinaan orang-orang Romawi kepada mantan budaknya (bukankah budak juga berarti hamba yang mengabdi kepada tuannya dan dalam hal ini diperhamba oleh bangsa Romawi selaku bangsa penjajah kala itu ? ).

Seperti yang akan kita buktikan bahwa asumsi Tabor mengenai perzinahan Maria dengan Pantera ini seperti yang dikatakannya sendiri adalah berangkat dari sebuah tradisi yang coba dikait-kaitkan untuk mendapatkan pembenaran klaimnya. Bahkan Tabor rela berangkat ke Jerman untuk menyelidiki sebuah batu nisan dari serdadu Romawi diabad perdana masehi dengan inkripsi nama tersebut diatas.

Saya mulai diyakinkan bahwa kemungkinan asosiasi antara serdadu Romawi ini dengan tradisi terkait tentang ayah Yesus tidak boleh dikesampingkan begitu saja hanya karena gambaran ini terasa menyinggung kesalehan dan keimanan[26]. 

Isu Pantera sebagai orang yang menghamili Maria, berasal dari Eliezer ben Hirkanus, seorang rahib Yahudi terkemuka diakhir abad pertama yang konon mendapatkan ajaran dari Yakub, salah satu pengikut Isa dari Galilea yang pada abad kedua masehi isu itu diangkat lagi oleh Celcus, seorang ahli filosofi Yunani yang kerap menyerang ajaran kristen. Aneh bin ajaibnya, James D. Tabor tidak mengelak ketika mengatakan bahwa sumber-sumber awal yang menyebutkan istilah Pantera itu sama sekali memang tidak mengarah atau memberi penjelasan apapun kepada nama seorang serdadu Romawi. 

Tetapi Tabor tetap memaksakan pendapatnya tentang Pantera sebagai nama seorang serdadu Romawi yang menurutnya telah menzinahi Maria seperti kita kutipkan pernyataannya berikut ini :

Akan tetapi sumber-sumber ini menunjukkan bahwa di Galilea, Yesus dikenal dengan nama ini ( Yesus anak Pantera ) sejak waktu yang cukup awal dan bahwa nama ini dapat digunakan tanpa perlu penjelasan atau kualifikasi apapun[27]. 

Sebuah sikap yang bertentangan dengan apa yang dikemukakannya sendiri pada bagian awal bagian ketiga bukunya :
Para sejarawan berkewajiban untuk memeriksa bukti apapun yang kita miliki[28].

Sekarang bukti-bukti apa yang sudah diperiksa oleh Tabor sehubungan dengan sumber-sumber awal penyebutan istilah Pantera pada diri Yesus sebagaimana yang dia katakan sendiri kecuali sekedar memaksakan asumsinya kepada para pembaca. Dan memang Tabor pun akhirnya mengakui :
Harus saya akui bahwa semuanya terdengar spekulatif dan agak memaksa …[29]

Tetapi seperti yang ditulis oleh Tabor juga didalam blognya itu[30] bahwa kajiannya mengenai ini merupakan spekulasi murni dari pemahaman bahwa Isa memiliki seorang bapak biologis. Tabor menulis "Seorang sejarawan selalu berasumsi bahwa semua manusia memiliki ibu dan ayah secara biologis, dan bahwa Yesuspun tidak terkecuali. Asumsi ini bermuara pada dua kemungkinan : entah Yusuf atau seorang laki-laki tidak dikenal lainnya yang menjadi ayah dari Yesus."[31]

Meskipun juga dibagian bukunya yang lain, ia telah menuliskan kata-kata "kita tidak tahu apa yang terjadi, karena itu kita tidak boleh mengambil keputusan secara langsung"[32] namun dari semua tulisannya baik itu dibanyak bagian pada buku maupun didalam blognya di Internet, Tabor tampaknya lebih bersikap skeptis terhadap pandangan bahwa Isa lahir tanpa adanya bapak secara biologis.

Senada dengan Tabor, seorang sarjana Biblika lainnya, Barbara Thiering, mengungkapkan bahwa hamilnya Maria sama sekali tidak ada unsur mukjizat ataupun dengan kata lain tidak ada intervensi dari Tuhan didalamnya, kehamilan Maria merupakan kehamilan normal yang didahului oleh percampuran antara laki-laki dan wanita. Namun berbeda dengan James D. Tabor, Barbara Thiering berpendapat bahwa laki-laki itu bukan seseorang dengan nama Pantera melainkan Yusuf situkang kayu[33].

Barbara mengatakan bahwa Lukas dan Matius yang masing-masing didalam Injil karangannya[34] telah menuliskan cerita mengenai virgin-birth dari Maria pada hakekatnya hanya hendak melukiskan bentuk ketidak percayaan mereka akan cerita-cerita yang telah beredar dimasyarakat tersebut, hal ini dihubungkan oleh Barbara dengan pernyataan keduanya dalam bagian lain Injil mereka yang menyatakan silsilah Isa kepada Nabi Daud melalui garis keturunan Yusuf[35] serta kesaksian dari Paulus mengenai status kedagingan Isa[36]. 

Masih menurut Barbara, yang disebut dengan Roh Kudus tidak lain adalah Yusuf sendiri yang sebelum bertunangan dengan Maria sempat memilih untuk hidup selibat, dalam masa pertunangannya itulah yang menurut tradisi Yahudi masa pertunangan itu adalah merupakan pernikahan awal, Yusuf menggauli Maria hingga hamil. Dalam tradisi Yahudi, dalam masa enam bulan pernikahan awal, seorang wanita dilarang untuk hamil sampai terjadi resepsi yang sebenarnya atau anaknya akan disebut sebagai anak haram. Tradisi yang kemudiannya dibatalkan oleh Paulus sebagaimana yang tercatat dalam salah satu kitab Perjanjian Baru : 

Kalau seseorang merasa tidak menjalankan yang sepatutnya terhadap tunangannya, kalau ia tidak dapat menahan nafsunya, dan ia merasa perlu kawin dengan gadis itu, biarlah ia melakukan apa yang dirasanya baik. Ia tidak berdosa, kalau mereka kawin. – 1 Korintus pasal 7 ayat 36 

Istilah kawin dalam ayat diatas diartikan oleh Barbara sebagai hubungan seksual antara seorang laki-laki dan wanita yang sebelumnya sudah menjalani proses pertunangan atau pernikahan awal sebagaimana terjadi pada kasus Maria dan Yusuf. Akan tetapi bagaimanapun juga secara tidak langsung, terlepas dari pembatalan Paulus yang baru terjadi jauh sesudah masa-masa tersebut, Barbara ingin menyampaikan memang telah terjadi perzinahan antara Maria dengan Yusuf sehingga hamil dan melahirkan Isa al-Masih. 

Sebuah manuskrip lain yang berasal dari abad keenam tetapi diduga kuat sebagai hasil salinan dari manuskrip dimasa lebih awal lagi dengan judul Toledoth Yeshu telah memberikan gambaran yang semakin menguatkan pandangan kita betapa hebatnya celaan maupun hinaan orang-orang Yahudi terhadap pribadi ibundanya Isa al-Masih dengan dakwaan telah melakukan perbuatan perzinahan. Manuskrip itu bercerita :

Pada tahun 3671 pada masa raja Jannaeus, kemalangan besar menimpa bangsa Israel ketika muncul seorang pria bermartabat rendah dari suku Yehudah bernama Yusuf Pandera. Ia tinggal di Betlehem, di Yudea. Di dekat rumahnya tinggallah seorang janda dan putrinya yang cantik dan masih perawan bernama Miriam. Miriam ini telah bertunangan dengan Yochanan, dari keturunan raja Daud, seorang yang takut akan Tuhan dan taat terhadap Torah. Suatu ketika menjelang hari Sabat, Yusuf Pandera, gagah bak seorang pahlawan dalam penampilannya memandang Miriam dengan penuh nafsu, mengetuk pintu kamar Miriam dan menipunya dengan berpura-pura menjadi tunangannya, Yochanan. Meskipun begitu, Miriam menjadi terkejut atas tingkah-laku yang tidak layak ini dan terpaksa menyerah di luar keinginannya. 

Setelah itu, ketika Yochanan datang menemuinya, Miriam menunjukkan keheranannya atas tingkah-laku Yochanan yang berbeda. Saat itulah mereka berdua sadar akan kejahatan yang telah dilakukan Yusuf Pandera dan kekeliruan besar yang telah dilakukan Miriam. Kemudian Yochanan datang menemui Rabbi Shimeon bin Shetah dan mengadukan masalah percabulan ini. Namun karena tidak adanya saksi mata untuk menghukum Yusuf Pandera dan Miriam yang hamil, Yochanan pergi menyingkir ke Babylonia.

Miriam melahirkan anak itu dan menamainya Yehoshua[37], mengikuti nama saudara lelakinya. Nama ini kemudian dipelesetkan menjadi Yeshu. Pada hari kedelapan ia disunat. Ketika ia sudah cukup besar, anak laki-laki itu dibawa Miriam ke sebuah sekolah agama untuk belajar adat-istiadat Yahudi.[38]

Kembali kepada James D. Tabor, ada hal yang menarik didalam blognya di Internet, dimana kita dapati salah satu isi dari tulisan seorang pembaca dari Jerman seputar pengertian dari istilah Pantera[39], yang menurutnya memiliki padanan dari bahasa Latin "Lupa" yang berarti pelacur, dan bila dikaitan dengan penggunaan istilah  "Jesus son of Pantera" maka itu artinya sama dengan mengatakan sebuah ejekan : Isa anak pelacur.

Gambaran ini sebenarnya lebih tepat untuk kita terima sebagai penjelas dari sumber-sumber awal Tabor mengenainya ketimbang kita mengaitkan istilah Pantera dengan nama seorang serdadu Romawi yang diduganya telah menghamili Maria. Sebutan Isa anak pelacur lebih ditujukan orang-orang terhadap Yusuf yang menurut mereka secara diam-diam telah melakukan perbuatan perzinahan dengan Maria dirumahnya sejak pasca serah terima dari para imam beberapa bulan sebelumnya.

Namun selaku Muslim yang cerdas dan mengakui kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah, kita juga harus bisa berpikiran positip, bahwa sebagai keturunan orang baik-baik dan berada dibawah asuhan seorang Nabi yang kesalehan maupun ketaatannya terhadap Tuhan sangat tinggi, Maria tentunya akan senantiasa menjaga kehormatan dirinya dan juga kehormatan keluarga besarnya. Dalam hal ini al-Qur’an berkata :
Dan Maryam puteri Imran yang menjaga kehormatannya ... - Qs. 66 at-Tahrim :12

Apa yang dilakukan oleh Tabor dan juga beberapa penulis serta pengkritik kristen lainnya, yaitu hanya mencoba mengupas perikehidupan Isa al~Masih dari sisi kesejarahannya sebagai manusia yang dianggap mereka telah banyak dimanipulasi dan difabrikasi demi melanggengkan kekuasaan gereja ataupun kelompok-kelompok tertentu untuk memanfaatkan isu tersebut demi tujuan tertentu. Penelitian yang hanya mengandalkan sisi kesejarahan seperti ini akhirnya akan menghilangkan ide-ide ketuhanan yang ikut terlibat dibalik ekosistem kehidupan secara global dan membuat orang-orang tersebut sebagai atheis (tidak meyakini akan keberadaan Tuhan).

Kiranya bagi umat Islam, benarlah firman Allah berikut ini :
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali dugaan saja. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. -Qs. 10 Yuunus :36

Padahal apa yang ada dan terjadi dalam kehidupan diatas dunia ini tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja (yaitu dalam kaitan ini adalah sisi kesejarahan), kita juga dituntut harus arif dalam memandangnya dari sisi-sisi lain yang juga memiliki sudut pandangnya sendiri.


Al-Qur’an juga berkata :
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (subyektif). Berlaku adillah (obyektiflah), karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. -Qs. al-Ma'idah 5:8

Kata adil itu memiliki makna yang luas, adil dalam berpikir, adil dalam bersikap, adil dalam berbuat dan sebagainya yang mengarah pada kejujuran ataupun keobyektifitasan, dan sesuatu yang obyektif maka dia berarti sama sekali tidak melihat segala sesuatunya itu sendiri dengan satu kacamata saja, ada keseimbangan yang teratur dalam keobyektifitasan tersebut. 

Sudah lumrah bahwa umumnya semua dari kita sering bertindak terlalu apatis terhadap kebenaran yang diungkapkan oleh orang lain, terlebih jika orang tersebut memiliki cara pandang yang berseberangan dengan apa yang kita yakini kebenarannya. Padahal belum tentu semua yang ada dalam pemikiran orang tersebut salah dan sebaliknya belum tentu juga setiap pikir dan tindakan kita bernilai benar; bisa saja kita bersikap konsisten terhadap nilai-nilai yang kita anut sehingga kita menyebutnya sebagai sebuah kebenaran namun bukan tidak mungkin konsistensi kita tadi hanya ilusi dimana pikiran kita sesungguhnya berjalan sesuai pola logika yang bisa bergeser dan menyimpang. Artinya pikiran ataupun asumsi kita memang tidak menyimpang kalau kita bandingkan dengan standar kita sendiri. Padahal standar kita dibentuk oleh pikiran kita. Jadi, pikiran kita ternyata hanya tidak menyimpang dari pikiran kita sendiri. 

Inilah yang kita lihat telah terjadi pada diri seorang James D. Tabor dan para pengkritik kesejarahan lainnya yang bisa jadi awalnya beranjak dari berbagai kebingungan mereka terhadap dogma-dogma gereja mengenai pribadi Isa al-Masih yang bertentangan dengan akal mereka sebagai seorang ilmuwan dan rasionalis ditambah adanya berbagai penemuan arkeologis yang menurutnya merupakan benang-benang merah pembenaran argumentasi mereka sehingga seperti kasus Tabor yang bersikukuh melihat kebenarannya dari sudut kesejarahan semata.

Didalam blognya di Internet itu, Tabor bahkan seperti tidak mengacuhkan adanya ‘the parthenos-pun-theory’ yaitu sebuah proses kehamilan pada wanita tanpa melalui hubungan badan[40], Tabor bersikeras bahwa dia lebih bisa menerima ide tentang Isa anak haram Pantera dan Maria sebagaimana dilontarkan oleh Celcus.
--------------------------------------------------------------------------------

23. Istilah “ Anak Allah “ ini akan kita bicarakan dibagian khusus dari buku ini 
24. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 84 dan 85 

25. Bisa didownload di www.e-sword.net, terintegrasi dengan aplikasi al-kitab buatan Rick Meyers, dengan nomor H5650
26. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 84 dan seterusnya 

27. Idem hal. 80 

28. Idem hal. 73
29. Idem 83 

30. http://jesusdynasty.com/blog/2006/07/26/an-unnamed-father-of-jesus/ 

31. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 73 

32. Idem hal.88 

33. http://www.pesherofchrist.infinitesoulutions.com/The_Virgin_Birth 

34. Lihat Injil Lukas pasal 1 ayat 30 sampai 35 dan Injil Matius pasal 1 ayat 18
35. Lihat Injil Lukas pasal 3 ayat 23 sampai 38 dan Injil Matius pasal 1 ayat 1 sampai 17 

36. Lihat Roma pasal 1 ayat 3
37. Nama Isa dalam bahasa Yahudi 

38. http://ccat.sas.upenn.edu/~humm/Topics/JewishJesus/toledoth.html 

39. http://jesusdynasty.com/blog/category/panthera/

40. http://jesusdynasty.com/blog/2006/08/06/more-from-a-reader-on-pantera


Parthenogenesis


Ilmu kedokteran modern sendiri sudah berhasil menjelaskan proses Parthenogenesis, yaitu kehamilan tanpa proses pembuahan oleh sperma laki-laki. Istilah Parthenogenesis sendiri berasal dari bahasa Yunani (greek) :



Partheno-genesis παρθενος, "perawan", γενεσις, "kelahiran/lahir". Proses ini kurang lebih memiliki persamaan dengan model asexual reproduction[41].



Dari sisi kajian rasionalitas keislaman, tampaknya ide Parthenogenesis ini lebih bisa diterima untuk menjembatani alam pikiran kita dengan mukjizat yang diterima oleh Maryam seputar kehamilannya itu sebagaimana juga ide ini dilontarkan sejak lama oleh Nazwar Syamsu, seorang penulis Islam diawal-awal tahun 1980-an lalu dalam bukunya yang berjudul Al-Qur’an tentang al-Insaan[42].


Memang proses Parthenogenesis ini lebih banyak terjadi dalam dunia hewan akan tetapi beberapa kali juga pernah terjadi pada manusia sebagaimana dilansir oleh majalah Kartini no. 5 tahun 1975 halaman 32[43] : 



"Pada tanggal 30 September tahun lalu, lahirlah anak perempuan saya melalui pembedahan Keizersnee, seorang bayi cantik gemuk dengan mata biru seperti mata saya, dengan rambut sawo matang seperti rambut saya dan halus seperti kulit saya juga. 



Dokter spesialis mengatakan bahwa dia segera akan melakukan penyelidikan medis terhadap saya dan anak saya itu. Dan pada akhir Desember, dokter memberitahukan sesuatu yang penting kepada saya : "Nona Young," katanya: "Anda ini dapat dikatakan sebagai suatu keajaiban medis. Anda merupakan kejadian yang ketiga kalinya dalam sejarah ilmu pengobatan dimana dengan pasti dapat ditentukan tentang terjadinya suatu parthenogenese." ; Suatu PARTHENOGENESE ialah suatu kelahiran perawan. Seorang wanita menjadi hamil tanpa ada hubungan seks dengan seorang pria. Itu pernah terdapat di Jerman pada tahun 1945 dan sebelum itu juga di Brazilia."


The World's No.1 Science & Technology News Service[44] dalam artikel 'Virgin birth' method promises ethical stem cells mengatakan bahwa hal ini sebagai sesuatu yang bisa terjadi pada makhluk yang menyusui dan telah dibuktikan pula dalam beberapa kali percobaan ilmiah terhadap tikus dan monyet[45], sebuah tim yang dipimpin oleh ahli spesialis pembuahan bernama David Wininger di Biotech Stemron Maryland memastikan telah berhasil melakukan percobaan ini untuk menumbuhkan embrio manusia secara parthenogenesis dan sudah sampai kepada tahap blastocyst.


Kent Vrana dari Wake Forest University, sebuah sekolah kedokteran di North Carolina yang sekaligus menjadi pelopor dalam proyek ilmiah parthenogenesis terhadap monyet mengakui ini adalah pertama kali ia ketahui bahwa proyek itu juga bisa dilakukan terhadap manusia. Suatu kejadian parthenogenesis parsial pada manusia telah dilaporkan juga di New Scientist edisi 7 oktober 1995 dengan judul, "The boy whose blood has no father".[46]


Menurut laporan tersebut, secara ilmu biologi, sel seorang pria harus memiliki seluruh kromosom Y, tetapi seorang anak laki-laki berusia 3 tahun sebagaimana yang menjadi obyek penelitian ini, sel-sel darah putihnya ternyata hanya mengandung kromosom XX saja. Para ahli juga memaparkan bahwa terkadang kromosom-kromosom pada wanita membawa satu kromosom X yang termasuk gen pria, dan dengan menggunakan teknologi DNA yang sangat mutakhir, mereka tidak berhasil mendeteksi materi kromosom Y satupun dalam sel-sel darah putih anak itu. Akan tetapi, kulit anak itu didapati berbeda secara genetika dari darahnya, yakni memiliki kromosom X dan Y keduanya. Suatu analisa yang lebih rinci terhadap kromosom-kromosom X pada kulit anak itu, menunjukan bahwa seluruh kromosom X identik dan berasal sepenuhnya dari Ibunya. Demikian juga anggota-anggota pada masing-masing pasangan dua Kromosom lain dalam darahnya sangat identik, seluruhnya berasal dari sang ibu[47]. 



Detil dari cara kerja dan proses kehamilan secara parthenogenesis lebih jauh, kiranya bukan pada tempatnya untuk dijabarkan panjang lebar disini, butir terpenting yang akan kita ambil adalah sebagai manusia yang percaya akan adanya Tuhan, maka fakta bahwa karya besar Tuhan itu sendiri pada dasarnya tidak lepas dari unsur ilmiah dan kausalita sebagaimana juga misalnya Dia menciptakan alam semesta yang menurut firman-Nya jauh lebih rumit proses pembuatannya yang menggunakan proses dan waktu secara alamiah. 



Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. - Qs. 40 al-Mu’min :57 



Dr. Scott Peck[48] sehubungan dengan penyikapan manusia terhadap berbagai fenomena ganjil yang sering terjadi disekitarnya, mengatakan "Dalam berpikir tentang keajaiban, biasanya manusia selalu membayangkan hal-hal yang terlalu dramatis. Ibarat kita mencari semak yang terbakar, terbelahnya lautan dan suara-suara dari syurga. Padahal kita dapat melihat kejadian sehari-hari didalam hidup kita sebagai bukti adanya keajaiban tersebut, sekaligus mempertahankan orientasi ilmiah kita", begitupun misalnya dengan Choa Kok Sui seorang ahli Prana dari Philipina yang memberikan komentarnya mengenai mukjizat yang banyak ditemui dalam berbagai kitab suci "Mukjizat adalah kejadian fantastis yang mendayagunakan hukum alam tersembunyi yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Dan mukjizat sama sekali tidak melanggar hukum alam, ia sesungguhnya berlandaskan hukum alam"[49] 



Jika memang ada suatu hal yang belum bisa terpecahkan saat ini, itu pasti hanya menunggu waktu saja, Allah akan membuka rahasia-rahasia tersebut melalui perjalanan tahapan ilmu pengetahuan dan cara berpikir manusianya. Ini juga kiranya kenapa Allah menurunkan wahyu dalam dua model, yaitu muhkamat dan mutasyabihat atau wahyu yang jelas dan tegas serta wahyu yang memerlukan penafsiran lebih luas dan membutuhkan ilmu pengetahuan serta teknologi dalam menganalisanya. 



Dia-lah yang menurunkan Kitab kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (perselisihan) dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya. Katakanlah: "Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan. - Qs. 3 ali Imran :7


Olehnya maka pandangan rasionalis dari Tabor dan rekan-rekannya yang lain mengenai penolakannya tentang mukjizat kelahiran perawan yang sebenarnya telah diterima oleh kalangan ilmuwan sebagai hal yang ilmiah dengan lebih memilih teori perselingkuhan Maria dengan laki-laki tertentu sehingga membuatnya hamil dan melahirkan Isa al-Masih menjadikan mereka hanya menunjukkan keegoisan sikapnya.

--------------------------------------------------------------------------------

41. http://en.wikipedia.org/wiki/Parthenogenesis 

42. Buku ini hanya salah satu dari sejumlah karya-karya besar Nazwar Syamsu yang mengambil tema “Tauhid dan Logika”, selain buku, Nazwar Syamsu juga pernah memproduksi versi kasetnya yang kemudian menyulut kontroversi ditengah masyarakat Indonesia, tidak kurang mulai dari Majelis Ulama DKI Jakarta, Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga ke Jaksa Agung dan Menko Polkam mengeluarkan kecaman dan larangan keras atas penyebaran kaset dakwah karya Nazwar Syamsu yang diproduksi oleh penerbit Ghalia Indonesia. Jaksa Agung dalam keputusan pelarangan peredaran kaset tersebut menyebutkan bahwa kaset-kaset itu mengandung ajaran Ingkarsunnah yang pernah dilarang pemerintah sedangkan MUI DKI Jakarta menyebutkannya sebagai pengingkaran hadis. 

43. Nazwar Symasu, AlQuran tentang al Insaan, Penerbit Ghalia Indonesia, 1983, hal. 185 dan 186 

44. http://www.newscientist.com/article.ns?id=dn3654 

45. New Scientist print edition, 26 October 2001
46. http://www.newscientist.com/article/mg14819982.300-the-boy-whose-blood-has-no-father.html 
47. Idem

48. Dr. Scott Peck, The Road Less Travelled, dikutip dari Lillian Too, dalam Explore The Frontiers Of Your Mind, Elex Media Komputindo, 1997, hal. 40 

49. Choa Kok Sui Penyembuhan Dengan Tenaga Prana Tingkat Lanjut Elex Media Komputindo 1993 hal ix 
--------------------------------------------------------------------------------

Pengabaian Literatur Kesejarahan Terbesar
Mereka juga sama sekali tidak pernah menjadikan kitab al-Quran sebagai salah satu rujukan untuk menyelidiki keberadaan Isa al-Masih secara historis. Padahal, meskipun mereka mungkin berasumsi al-Quran hanya sebagai sebuah kitab yang ajaran-ajarannya banyak mengadopsi agama Yahudi saja, tetapi banyak hal yang menjadi ketidak sepakatan dari ajaran yang tertuang didalam kitab al-Qur’an dengan doktrin-doktrin penuhanan al-Masih seperti yang diklaim oleh pihak gereja harusnya membuat pihak-pihak peneliti tersebut tidak mengacuhkan peran al-Qur’an sama sekali. Bagaimanapun secara historis, usia al-Qur’an dan Muhammad, hanya berjarak lebih kurang 500 tahunan dari masa kehidupan Isa al~Masih sendiri, apalagi bila kita ukur dari jarak keberadaan al-Qur’an dengan konsili Nicea yang menghasilkan kanonisasi keempat Injil, lebih kurang hanya 200 tahunan.

Islam sebagai satu dari tiga agama terbesar dunia saat ini setidaknya menjadi salah satu parameter yang literaturnya tidak bisa diabaikan, ditambah dengan fakta lain betapa banyaknya penemuan-penemuan ilmiah modern diberbagai bidang yang secara teoritis ternyata ada didalam kitab al-Qur’an. Islam sama sekali tidak memiliki kepentingan teologis apapun dengan pihak gereja yang menuhankan al-Masih, kecurigaan sejumlah orang bahwa Muhammad telah menjalankan politiknya untuk merangkul dukungan dari orang-orang Kristen didalam ambisinya menguasai dunia dengan mengadopsi cerita kelahiran Isa dari seorang perawan sama sekali harus menjadi pertanyaan ulang buat mereka sendiri, sebab bagaimanapun al-Qur’an justru tidak memberi tempat untuk penuhanan terhadap Isa dan menyebut mereka yang melakukannya sebagai kaum yang kafir. Adalah sebuah tindakan bodoh bagi Muhammad yang mengharapkan dukungan dari pihak Kristen sementara disisi teologis dia juga mengecam konsep ketuhanan mereka.

Sungguh, telah kafirlah orang-orang yang berkata : " Allah itu adalah Al-Masih putera Maryam". Tanyakanlah : "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan siapa saja diatas bumi semuanya ?" Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya; Ia menciptakan apa yang Ia kendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Qs. 5 al-Ma'idah 17

Dan Kami telah menurunkan kepadamu kitab dengan penuh kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang pernah diturunkan sebelumnya dan sebagai korektor terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. - Qs.5 al-Ma'idah 48

Kita bisa jadi tidak hendak menolak semua klaim kebenaran yang hendak disampaikan oleh agama-agama lain dengan kitab-kitab sucinya yang juga disandarkan sebagai wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul Tuhan sebelumnya akan tetapi sebagai seorang muslim, kita harus yakin bahwa al-Qur'an memberikan peringatan bahwa hendaklah terhadapnya benar-benar diterapkan filter ataupun penyaringan yang jujur, yaitu berdasarkan wahyu yang terakhir diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir, yaitu Muhammad Saw dengan al-Qur'annya.

Hal ini penting mengingat semua ajaran Tuhan sebelum ini, seiring dengan berjalannya sang waktu telah banyak mengalami distorsi ataupun perubahan-perubahan dari sejak awal turunnya. Saat Allah dalam an-Nisaa' ayat 164 yang diperkuat oleh surah Yuunus ayat 47 bercerita bahwa Dia sudah mengirimkan banyak sekali utusan-utusan disetiap umat disepanjang sejarah manusia sebelum periode kenabian Muhammad, maka kita bisa mengasumsikan bahwa nun jauh disatu masa, di Palembang, di Betawi, di Aceh, di Bengkulu, di Kalimantan, di Jambi, di Padang dan sebagainya yang mana daerah-daerah itu memiliki komunitas manusia Bani Adam maka pasti juga pernah diturunkan seorang Nabi maupun Rasul kepadanya.

Hanya sekarang pertanyaannya adalah mana ajaran-ajaran asli mereka itu ? Jawabnya adalah tidak ada lagi atau katakanlah hampir tidak ada lagi, semuanya sudah mengalami distorsi atau pengubahan disana-sini sehingga ajaran-ajaran ilahiah kepada mereka malah berbalik menjadi ajaran-ajaran yang penuh kemusryikan atau paganisme.

Sebagai salah satu bukti, almarhum Ahmad Deedat pernah menuliskan pengalaman pengembaraan beliau ke Afrika Selatan ditengah masyarakat Zulu, disana ia menemukan kaum yang menyebut Tuhan mereka dengan nama uMVELINQANGI, lalu di India menurut beliau ada juga yang menyembah Tuhan bernama PRAMATMA, Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan semua Tuhan-tuhan tersebut berdasarkan penyelidikan Ahmad Deedat tidak mencerminkan sistem polytheisme, artinya itu adalah konsep Tauhid atau monotheismenya masing-masing kaum[50]. 

Kembali kepada cerita kehamilan perawan Maria, maka kitab suci al-Quran dengan fungsi sebagai korektor dari wahyu-wahyu sebelumnya yang telah terdistorsi oleh tangan-tangan jahat manusia, sudah membuat klarifikasi atas status kesucian diri Maria dari semua tuduhan dan fitnahan yang bisa memojokkannya seolah Maryam adalah seorang wanita murahan.  

Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar. - Qs. 5 al-Maaidah : 75 

Kehamilan perawan Maria secara parthenogenesis tanpa melalui pernikahan ataupun persentuhan dengan kaum lelaki, sudah menjadi kehendak Allah yang Maha berkehendak, Allah tidak berlaku zalim kepadanya dengan semua kejadian tersebut tetapi justru ini yang membuat derajat Maryam lebih tinggi dihadapan Tuhannya. 

Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memlih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia - Qs. 3 ali Imran : 42

Tabor dan siapapun orangnya dari para pengkritik boleh saja menutup mata mereka dengan mencurigai kehamilan Maria sebagai hasil dari hubungan gelap dengan seseorang, entah itu dengan seorang serdadu Romawi atau juga dengan Yusuf si tukang kayu, tetapi harus tetap menjadi catatan penting disini bahwa mereka-mereka itu baru melihatnya dari satu sudut pandang saja, yaitu sudut pandang kesejarahan rasional namun dalam hal ini mereka telah mengabaikan sudut pandang lain yang mampu memberikan deskripsi berbeda tentang kejadian tersebut secara rasional, yaitu sudut pandang ilmu kedokteran, dan karena itu maka hasil penelitian yang mereka keluarkan masih sangat subyektif sifatnya.

Penelitian dari sudut kesejarahan atau historis dari Maria dan Isa al-Masih serta orang-orang yang terlibat didalam cerita-cerita tentang mereka lebih banyak bersifat pembuktian tentang adanya figur-figur tersebut di masa lalu dan tidak mungkin lebih dari itu, sejarah tidak akan menerima pernyataan tentang berbagai peristiwa adikodrati yang terjadi sebab memang sejarah tidak akan bisa menemukan bukti-bukti secara fisik tentang fenomena-fenomena yang telah terjadi dimasa lalu, sehingga akhirnya jikapun ditemukan cerita tentang berbagai kejadian-kejadian ajaib diluar konteks rasionalitas kesejarahan, maka hal itu hanya dianggap sebagai sebuah anekdot pengantar tidur bagi anak-anak[51]. Tabor juga berkata "Para sejarawan biasanya tidak menganggap serius legenda-legenda seperti ini[52]". Dengan asumsi ini maka Tabor dan kelompoknya akhirnya memang sudah melompat dari tatanan ideologis ketuhanan dan beralih kepada tatanan ideologis anti ketuhanan. 

Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar diantaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? - Qs. 36 Yaasin :62

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. - Qs. al-Ma'idah 5:78
--------------------------------------------------------------------------------

50. Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28 

51. James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 106 

52. Idem hal. 107
--------------------------------------------------------------------------------

Kemungkinan Isa adalah putera biologis Yusuf
Dalam salah satu perdiskusian melalui milis di Internet, penulis pernah mendapatkan satu pemahaman yang mengatakan bahwa Isa al-Masih, terlepas dari cerita-cerita yang ada dalam Perjanjian Baru seputar kelahiran perawan, adalah benar secara biologis merupakan putera dari Yusuf, artinya, Isa al-Masih itu terlahir dari pernikahan yang terjadi antara Maryam dan Yusuf situkang kayu. Menurut pemahaman ini, untuk bisa memperoleh penjelasan mengenai hamilnya Maryam dan status biologis dari bapak Isa al-Masih, maka kita perlu mengerti dahulu tentang istilah ar-Ruh, Ruh, Ruhul Qudus dan Jibril yang ada didalam al-Qur’an.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh ( Jibril ) dengan izin Rabnya untuk mengatur segala urusan. – Qs. 97 al-Qadr : 4

Dan Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalamnya sebagian dari Ruh Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. – Qs. 66 at-Tahrim : 12

Maka apabila Aku telah menyempurnakannya, dan telah meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya (Adam) dengan bersujud. – Qs. 15 al-Hijr : 29

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam dinmu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: " trinitas", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah ilaahan wahidan, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. – Qs. 4 An-Nisaa’ : 171

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya Ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. - Qs. 32 as-Sajdah : 9

Beberapa kata Ruh diayat-ayat tersebut diatas adalah sama, jadi menurut pemahaman tersebut, untuk bisa membuktikan apa yang ditiupkan kepada Maryam, Adam dan kepada manusia seluruhnya adalah sebagai berikut :

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu ( Ruuhan ) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. – Qs. 42 Asyu-Syuura : 52 

Dia menurunkan para malaikat dengan wahyu ( al-Ruuhi ) dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada ilah melainkan Aku, maka bertakwalah!." – Qs. 16 an-Nahl : 2

Al-Ruh dan Ruh itu pengertiannya sama, hanya bedanya 'Alif dan lam', kalau memakai 'Al' hakikatnya adalah Al-Ruh yang makrifat lawan dari Ruh yang naqirah, intinya disini adalah lebih ditekankan sebagai wahyu yang khusus. Seperti al-Qur’an dari kata Qara’a yang artinya bacaan, karena menggunakan 'Al' maka al-Qur’an itu menjadi bacaan yang khusus yang mengandung ilmu Allah didalamnya. Olehnya itu al-Qur’an dikatakan sebagai bayan dan Muhaymin (korektor) dari kitab-kitab Taurat dan Injil. Jika diartikan Ruh yang ditiupkan kedalam Rahim Maryam adalah bahasa alegoris, kalau di perut wanita ada namanya rahim untuk tempat berprosesnya penciptaan manusia. Kalau rahim dalam kepala adalah Sudur tempat menyimpannya wahyu Allah. Jadi kalau ada yang memahami bahwa ditiupkan ke dalam rahim Maryam maksudnya ditiupkan kedalam Sudurnya. Sehingga yang dimaksud Isa menjelma menjadi manusia sempurna[53] adalah tatkala wahyu yang diajarkan kepadanya sudah sempurna dalam arti telah memahami apa yang diwahyukan kepadanya. Sehingga Isa bisa melakukan tablighnya ditengah masyarakat. 

Allah hanya memberikan, mengajarkan dan menurunkan sebahagian wahyunya kedalam diri Maryam, Allah hanya meniupkan Ruh-Nya kepada Maryam, Allah mengajarkan wahyu-Nya kepada Maryam, bukan berarti wahyu itu berubah wujud menjadi si anak, sehingga apa yang diajarkan Allah ada pada diri Maryam, maka Maryam akan bertindak sesuai keinginan Allah, dengan kata lain Allah ingin menciptakan seorang anak manusia, maka Allah meniupkan Ruh (yaitu mengajarkan wahyu-Nya) kepada Maryam tentang bagaimana caranya Allah menciptakan manusia. Sehingga kemauan Allah dimiliki juga oleh Maryam, maka Maryam akan berbuat sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah. Bagaimana Maryam bisa mewujudkan keinginan Allah? Maka Maryam harus melakukan sebuah pernikahan yang resmi, dan melakukan persetubuhan dengan suaminya, sehingga pada saatnya nanti, lahirlah si anak (yaitu Isa al~Masih) dan kemudian wahyu yang tadi dimiliki Maryam diajarkan juga kepada anaknya, sehingga anaknya menjadi bukti atau pertanda dari Allah dimuka bumi.

Demikian akhir dari pemahaman ini yang pernah disampaikan kepada penulis dengan kesimpulan bahwa Isa al-Masih bisa dibenarkan merupakan putera biologis dari Yusuf dan Maryam.

Disini kita akan mengajukan beberapa keberatan kita dari sisi al-Qur’an juga sehingga tidak menjadi bias dengan argumentatif yang sudah diberikan tersebut. Bila kita buka ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara mengenai Isa al-Masih, kita akan menemukan kenyataan bahwa nama beliau senantiasa dikaitkan dengan nama ibundanya, Maryam, sehingga menjadilah ia disebut Isa putera Maryam. Jika benar Isa al-Masih memiliki bapak biologis dari manusia, siapapun dia adanya, maka kenapa al-Qur’an tidak mencantumkan namanya dibelakang nama Isa ? Bukankah al-Qur’an telah mewajibkan umatnya untuk senantiasa memanggil seseorang dengan menyertakan nama bapaknya, seperti Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abu Thalib, Hamzah bin Abdul Mutthalib dan seterusnya.

Panggillah mereka dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. - Qs. 33 al-Ahzaab :5

Mungkinkah Allah melanggar sendiri hukum yang sudah ditentukannya kepada umat-Nya ? Ataukah hal ini maksudnya Allah itu tidak tahu siapa nama bapak biologis dari Isa al-Masih yang sesungguhnya sehingga akhirnya memanggil Isa dengan mengikutkan nama ibunya ? Kedua pertanyaan ini seyogyanya adalah menghasilkan jawaban penolakan dari seorang muslim, sebab tidak mungkin Allah melanggar hukum yang Dia buat dengan alasan karena Allah itu adalah Tuhan maka bisa berbuat bebas suka-sukaNya saja.

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum kamu, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan perubahan dari sunnah Allah itu – Qs. 33 al-Ahzaab 62

Tidak mungkin pula Allah tidak tahu siapa bapak Isa jika benar Isa memiliki bapak seorang manusia, andaipun benar Isa itu merupakan anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan Maryam dengan seseorang lain yang karena sesuatu hal maka Allah tidak merasa perlu menceritakannya kepada kita, maka tentu Allah akan menggunakan istilah seperti ‚ Isa anak angkat Yusuf ‚ sebagaimana dimaksud oleh surah al-Ahzaab ayat 5 : jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Jika sekarang, Allah ternyata merasa perlu untuk menggandengkan nama Isa dengan nama ibundanya secara nasab maka tidak bisa tidak ini menjadi sebuah pemikiran kuat bagi kita bahwa memang Isa sama sekali tidak memiliki bapak secara biologis.

Apalagi kitab-kitab Injil resmi gereja disatu sisi, pun tidak mengakui bahwa Isa al-Masih memiliki bapak seorang manusia termasuk Yusuf yang menurutnya adalah suami dari Maryam.

Ketika Yesus memulai pekerjaannya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, ia adalah anak Yusuf – Injil Lukas pasal 3 ayat 23

Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibunya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. – Injil Matius pasal 1 ayat 18 dan 19
--------------------------------------------------------------------------------
53. Lihat surah 19 Maryam ayat 17 
--------------------------------------------------------------------------------

Kelahiran Isa al-Masih
Maka karena merasa sakit dikala akan melahirkan anaknya, memaksa ia menuju kepangkal pohon korma, seraya berkata : "Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati saja sebelum melahirkan ini sehingga aku akan menjadi sesuatu yang tidak berarti dan akan dilupakan..!" - Qs. 19 Maryam : 23

Ayat ini menjelaskan kepada kita mengenai penderitaan Maryam saat itu, dia seorang diri menjelang proses kelahiran anaknya, rasa sakit yang ia tanggung telah membangkitkan rintihan menyayat hati dan belas kasihan siapapun yang mampu merasakannya. Dua kali istri penulis melahirkan anak, dan dua kali itu juga penulis telah menyaksikan betapa sakitnya detik-detik menjelang proses persalinan tiba, inilah kenapa kita harus sangat mengasihi wanita, mencintai mereka dengan sepenuh hati, tidak membentak atau mengasari kaum wanita, penderitaan kita sebagai laki-laki yang mencari nafkah belum sebanding dengan apa yang mereka rasakan untuk melahirkan kita kedunia.

Belum lagi sakit bulanannya yang selalu mendatangi, penat mengurus rumah tangga, bangun diwaktu malam untuk memberi susu pada anaknya, melayani suaminya bahkan sampai ada pula yang ikut mencari rezeki membantu sang suami menafkahi keluarga. Sungguh bila ada laki-laki yang zalim terhadap wanita, menyakiti hati mereka, mengasari tubuhnya maka ia tidak layak disebut sebagai manusia beragama bahkan mungkin dia justru tidak layak disebut sebagai manusia. Tidak salah bila Nabi bersabda syurga itu ada ditelapak kaki ibu.

Ayat al-Qur’an diatas dengan nyata telah mengindikasikan bantahan al-Qur’an terhadap cerita-cerita yang ada dalam komunitas kristen bahwa saat-saat menjelang persalinan itu, Maria didampingi oleh seorang laki-laki yang menjadi suaminya (Yusuf) dan kelahiran itu sendiri terjadi disebuah kandang hewan didaerah Betlehem pada suatu malam[54]. 

Al-Qur’an menggambarkan proses kelahiran bayi Maria tersebut terjadi diwaktu siang, dibawah salah satu pohon korma dan sendirian, bahwa Maryam memang pantas dijadikan teladan bagi wanita manapun, setelah dia mengeluh atas rasa sakitnya sebagaimana akhir ayat 23 diatas, Maryam sadar bahwa semuanya terjadi atas keinginan Allah, dan manakala dia melihat kesekitar tempatnya berada dia membatin. 

Maka ia diseru dari arah yang lebih rendah : "Jangan engkau berduka cita, Allah sudah menyiapkan bagimu sebuah mata air dan beristirahatlah dibawah pohon korma itu, disana akan berguguran buah-buahnya yang masak, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah engkau.; Jika engkau bertemu dengan seseorang maka jawablah bahwa aku sementara ini bernazar kepada Yang Maha Pengasih untuk diam, karenanya aku tidak akan berbicara dengan siapapun." - Qs. 19 Maryam : 24 s/d 26

Ayat ini pada konteks aslinya menggunakan kata Tahti yang memiliki arti Dibawah, dan pada ayat ke-24 diatas maksudnya panggilan suara itu datangnya dari alam bawah sadarnya, seolah ia mendapat ilham ilahi yang menggerakkan dirinya untuk tidak terus larut dalam kesedihan. Memang ada sebagian mufassir memahaminya sebagai seruan malaikat kepadanya, namun ayat tersebut sama sekali tidak menunjukkan akan kehadiran malaikat menjelang proses persalinan itu. Sedangkan istilah Huzzi Ilaiki sebagian penterjemah al-Quran memahaminya dengan menggoyang pohon korma namun kita pun bisa memahami kata tersebut dengan arti bersandar atau beristirahat sebab kata Huzzi disambung dengan kata Ilaa.

Dari ayat ini bisa pula dipahami bahwa Isa al-Masih lahir pada awal musim gugur karena buah dan daun korma yang menjadi tempat sandaran Maryam berjatuhan saat itu, jadi sekitar tanggal 21 September hingga 21 Desember, sebab diakhir musim gugur didaerah Palestina dan sekitarnya tanggal 21 Desember buah-buahan dan daun-daunan tidak lagi rontok sebab sudah habis dan harus menunggu mulai musim dingin yaitu kurang lebih tanggal 21 Desember hingga 21 maret. Dengan demikian Isa al~Masih lahir antara bulan September atau Nopember, tidak sebagaimana cerita yang ada ditengah umat Kristen bahwa kelahirannya pada tanggal 25 Desember dan diperingati sebagai hari Natal.

Injil Lukas pasal 2 ayat 1 sampai 8 dan Injil Matius pasal 2 ayat 1 sampai 11 memberikan gambaran yang secara ringkasnya demikian : Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh kekuasaan Romawi. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing dikotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan. Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

Sesudah proses kelahiran di Betlehem pada zaman Herodes itu, datanglah orang-orang Majusi dari Timur ke Yerusalem berdasarkan pengetahuan mereka tentang ilmu perbintangan yang pada malam itu melihat sebuah bintang timur yang bergerak dan berhenti diatas Betlehem dan masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat Maria dan anaknya. Dengan demikian, penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin.

Perayaan atau peringatan hari kelahiran Isa al-Masih sendiri pertama kali diyakini diadakan pada tahun 336 M oleh kaisar Roma bernama Konstantin untuk menggantikan perayaan hari kelahiran Matahari yang sebelumnya merupakan kepercayaan negara. Dahulu, menurut salah satu pendapat, pada tahun AD[55] 274 di Roma tanggal 25 Desember dimulai perayaan kelahiran matahari karena diakhir musim salju tanggal itu matahari mulai kembali bersinar dengan cerah, karena itu bagi orang Romawi, hari itu dirayakan sebagai hari Matahari, pendapat lainnya adalah dihubungkan dengan teologis orang-orang Romawi, Yunani dan Mesir kuno menyangkut kelahiran dewa-dewa mataharinya seperti Osiris, Horus dan Apollo. 

Tradisi keberadaan pohon cemara dalam perayaan Natal Isa al-Masih, kesejarahannya juga simpang siur satu dengan yang lainnya, tetapi yang pasti tradisi ini bukan berasal dari masa-masa Isa al-Masih dan bahkan tidak juga dari masa orang-orang Kristen awal. Ada cerita yang menggambarkan tradisi ini mengadopsi dari kebiasaan masyarakat Romawi mendekorasi rumah mereka dengan cabang pohon evergreen selama tahun baru sebagai simbol kuno bagi kehidupan di tengah musim dingin dan menanamnya di dalam rumah. Ada pula teori bahwa tradisi pohon Natal baru muncul diabad ke-16 yang berhubungan dengan sebuah permainan drama di Abad Pertengahan. Drama tersebut mulai menjadi bagian dari liturgi gereja. 

Untuk itu maka didalam Islam tidak ada yang namanya hari Natal, itu adalah perbuatan yang sama sekali tidak berdasarkan sejarah dan fakta, karenanya pula mengucapkan selamat Natal pada orang Kristen praktis tidak dapat dibenarkan dalam aspek apapun. Toleransi bisa diterima jika itu sesuai dengan fakta dan sejalan dengan nilai-nilai Tauhid Islam namun kasus Natal adalah kasus dimana orang Kristen Trinitas menganggapnya sebagai hari lahir Tuhan si juru selamat, dan jelas ini bertentangan dengan prinsip Qiyamuhu Binafsihi atau Lam Yalid Walam Yulad-nya Allah. 

Untuk kesekian kalinya kita katakan bahwa Islam tidak memberikan tempat bagi penuhanan Yesus Kristus alias Isa al-Masih, Islam tidak memberikan ruang bagi penuhanan bunda Maria dan sebagainya, memberikan ucapan Selamat Natal atau Merry Chrismast bagi seorang muslim hanyalah sebuah perbuatan yang melanggar konstitusi agama serta memperbodoh dirinya saja, memperbudak akal dengan dalih toleransi dan membangkitkan amarah Allah terhadap bentuk penyekutuan terselubung.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan mengenainya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. - Qs. 17 al-Israa : 36


Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. - Qs. 3 Ali Imran 90

Toleransi tidak harus dengan saling mengirim ucapan selamat atas sebuah ritual keagamaan tertentu, al-Quran memberikan contoh bentuk toleransi yang lebih kompleks, lebih dari sekedar ucapan selamat antar teman, antar atasan atau antar tetangga, al-Qur’an menitik beratkan pada perbuatan dan tingkah laku sebagai wujud nyata dalam hubungan antar sesama manusia :

Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. - Qs. 29 al-Ankabut :8

Katakanlah: "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan alasan yang jelas, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik" ! - Qs. 12 Yusuf :108

Mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. - Qs. 2 al-Baqarah: 145
--------------------------------------------------------------------------------
54. Lihat juga http://www.sabda.org/artikel/?q=book/export/html/244
55. Singkatan dari Anno Domini atau Masehi, yaitu merujuk kepada tahun-tahun sebelum masa kelahiran Isa al-Masih, arti sebenarnya adalah Tahunnya Tuhan
--------------------------------------------------------------------------------

Maryam adalah saudara Harun
Setelah persalinan usai, al-Qur’an menceritakan dengan jelas bagaimana Maryam kemudian dengan tertatih-tatih menggendong bayinya untuk kembali kekediamannya dan sesuai nazar sebelumnya bahwa dia tidak akan bercakap-cakap kepada siapapun apabila bertemu baik mengenai dirinya maupun status anaknya itu. Ini bisa kita maklumi, betapa berat beban yang harus ia terima atas sikap kaumnya saat mereka mengetahui dirinya melahirkan tanpa melalui pernikahan sebagaimana itu sudah terjadi sebelumnya dan setelah kelahiran bayinya itu mereka pasti akan menuduhnya dengan lebih kejam lagi, melayani perkataan mereka hanya akan menimbulkan keributan yang menyakitkan hatinya.

Maryam menggendong bayinya menuju kepada keluarganya, ' Hei Maryam! Engkau sudah melakukan hal yang keji. Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu bukan orang yang jahat dan ibumu pun bukan seorang pelacur ! - Qs. 19 Maryam : 27 s/d 28

Ayat inilah yang sering dijadikan salah satu serangan dari para misionaris Kristen terhadap umat Islam, yaitu mengenai kata-kata : Yaa Ukhti Harun atau Wahai saudara perempuan Harun.; Menurut mereka, al-Qur'an sudah salah dalam memberikan informasi atau sekurang-kurangnya para penulis ayat ini tidak mengerti kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru antara tentang adanya jarak antara Maryam bundanya Isa al~Masih dengan Harun as sehingga memposisikan seolah Maryam dan Harun merupakan saudara satu dengan lainnya.

Ayat pertama dari surah ke-19 Maryam ayat 28 ini sebenarnya tidak merujuk pada makna saudara perempuan satu ayah dan satu ibu sebagaimana yang dirujuk oleh orang-orang non Muslim dalam mencari-cari kesalahan al-Qur'an. ; Sebab sebagaimana bisa kita rujuk dalam kitab Perjanjian Baru, Injil Lukas pasal 1 ayat 5 dan pasal 1 ayat 36 bahwa Maryam ibundanya Isa al-Masih adalah keluarga dari Imron yang merupakan bapak dari Harun, dibuktikan dari adanya hubungan kekeluargaan antara Maryam dan Elizabeth, isteri Imam Zakaria.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imron diatas semua manusia - Qs. 3 Ali Imron : 33

Ayat ini jelas menyebutkan bahwa Allah telah memilih Adam sebagai manusia modern pertama, homo sapiens, bapak manusia modern, juga telah memilih Nuh yang dijamannya terjadi banjir besar dan dengannya Allah menghilangkan manusia-manusia pra sejarah dan sekaligus memperbaiki stelsel bumi, setelah itu Allah menyebutkan Dia memilih keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.

Kita tahu dari keluarga Ibrahim 'alaihissalam banyak tumbuh Nabi-nabi besar, katakanlah mulai dari Ibrahim 'alaihissalam sendiri, lalu putera tertuanya Ismail yang menurunkan Muhammad Rasulullah Saw selaku Rasul bagi seluruh manusia yang membawa wahyu terakhir, juga dari benih Ibrahim yang kedua lahir Ishaq yang menurunkan Ya'qub alias Israel yang kemudian darinya timbul Daud, Sulaiman, Musa, Yahya dan lain-lain lagi yang mana semua itu diutus ketengah Bani Israel pada masanya masing-masing. 

Adapun penyebutan Keluarga Imran yang dibedakan dengan Keluarga Ibrahim  (yang notabene dari garis keturunan sebenarnya masih merupakan keluarganya Israel dari suku Lewi) adalah untuk memberi penekanan cerita kepada kita tentang kemuliaan nasab dari Maryam bundanya Isa al-Masih sebagaimana bisa kita baca juga dalam kitab-kitab Perjanjian Lama bahwa dari Suku Lewi ini dipilih Imam-imam besar Bani Israel (Keluaran 6 : 17) yang merupakan orang-orang alim dan terhormat ditengah bangsa Israel, sehingga penisbahan fitnah terhadap diri Maryam oleh sebagian orang-orang Israel dijamannya telah melakukan perbuatan zinah karena hamil diluar nikah menjadi terbantahkan. 

Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. – Injil Lukas pasal 1 ayat 5 dan 6

Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu[56] itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. – Injil Lukas pasal 1 ayat 36

Kita tahu bahwa Imran adalah bapak Musa dan Harun, mereka adalah suku Lewi, dan karena seperti yang disebutkan oleh ayat-ayat al-kitab diatas, antara Maryam dan Elizabeth adalah keluarga, maka berarti dinasti Maryampun adalah dinasti Imron, praktis pula penyebutan saudara perempuan Harun menjadi bisa dibenarkan.; Kita harus ingat bahwa penggunaan atau penyebutan nama keluarga menjadi lazim pada bangsa-bangsa didunia, termasuk bangsa Semit.; Di Indonesia sendiri kita mengenal sampai hari ini penyebutan nama dinasti, nama marga atau nama keturunan pada beberapa daerah tertentu, misalnya Panjaitan, Simumorang, Nasution dan sebagainya.; Adapun untuk Bangsa Semit misalnya dalam Keluaran pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa : 

And there went a man of the house of Levi, and took to wife a daughter of Levi 

Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi 

Penyebutan a daughter of Levi (anak perempuan Lewi) pada ayat diatas bukanlah benar-benar anak kandung dari Lewi, namun lebih kepada keturunannya, sama juga dalam Perjanjian Baru, Injil Matius pasal 1 ayat 20 disebut Yusuf anak Daud, ini bukan berarti Yusuf benar-benar putera dari Daud 'alaihissalam, namun sebagai nasab kehormatannya. Karena itulah sekali lagi, penyebutan dari kata Yaa Ukhti Harun atau Wahai saudara perempuan Harun yang ada didalam al-Qur'an sebenarnya tidak perlu diperselisihkan karena memang seharusnya kita bisa langsung mengerti dengan apa yang dimaksudkan.
--------------------------------------------------------------------------------
56. Kata “mu” disini adalah ditujukan bagi Maria yang menjadi obyek cerita pada ayat di Injil Lukas tersebut 
-------------------------------------------------------------------------------

Isa berbicara ketika masih dalam buaian
 Sepanjang sejarah kenabian, ada beberapa orang yang sudah diutus oleh Allah untuk menjadi Nabi sejak kecil atau saat mereka masih berada dalam asuhan orang tuanya. Misalnya Nabi Yahya (dalam dunia Kristen namanya dikenal sebagai Yohanes), putera dari Zakaria, keluarga dekat Maria dan Isa al-Masih sendiri. 

Hai Yahya, ambillah kitab itu dengan sungguh-sungguh dan Kami berikan hikmah kepadanya semenjak kecil - Qs. 19 Maryam : 12

Dalam terjemahan al-Quran versi Departemen Agama RI pada catatan kaki no 899 dan 900[57] dituliskan sebagai penjelas ayat ini : 'Pelajarilah Taurat itu dan amalkanlah isinya dan sampaikanlah kepada umat.' ; Artinya Nabi Yahya sudah diutus menjadi Rasul sejak masih anak-anak hingga wafatnya.

Kata Mahd dan Kahl oleh sebagian mufasirin diterjemahkan sebagai keadaan bayi merah yang baru lahir, akan tetapi jika kita lihat bahwa kata ini dirangkai dengan kata Yukallimu yang memiliki arti "berkata-kata dihadapan manusia" tentunya ini maksudnya adalah menyampaikan risalah, bertabligh atau berdakwah. Kata serupa juga bisa ditemui dalam kasus Nabi Zakaria. 

Allah berfirman kepada Zakaria : Adapun yang menjadi tanda untukmu adalah engkau tidak akan berkata-kata dihadapan manusia (berdakwah) selama tiga malam berturut-turut.' - Qs. 19 Maryam : 10

Ayat diatas menggunakan kata Yukallimunnasa artinya Zakaria selama tiga hari tiga malam tidak bertabligh dihadapan umum sebagai pertanda bahwa dirinya akan mendapatkan karunia seorang putera sebagaimana doanya kepada Allah, bukan tidak bisa berbicara karena dibisukan oleh Allah. Bila Isa al-Masih disebutkan telah berkata-kata saat masih berupa bayi merah 0 hari, maka ini akan menentang hukum kausalita Tuhan, padahal dari persamaan kasus Zakaria diatas kita bisa menyimpulkan bahwa Isa al~Masih mulai melakukan dakwah dihadapan manusia sejak ia masih anak-anak, bukan saat ia masih berbentuk orok.; Jikapun Isa al-Masih berkata-kata dalam kondisi bayi merah, maka kalimat pada ayat tersebut akan berbunyi Yatakallmu atau Tatakallamu.

Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar III/307 menjelaskan : Kata Kahl adalah seorang lelaki yang gagah perkasa, tidak terbatas pada umur tertentu, sedang kata Mahd ditujukan kepada orang yang sudah bisa berkata-kata, yaitu yang sudah berumur setahun keatas. Sedangkan orang yang usianya dibawah satu tahun tidak termasuk dalam pengertian Mahd ini. Apalagi diayat tersebut kata Mahd dilanjutkan dengan kata Annaas (manusia), sehingga mengandung pengertian yang diucapkan Isa al-Masih adalah perkataan yang bisa dimengerti oleh manusia, sebab perkataan bayi merah tidak mungkin bisa dipahami.

Adapun ucapan orang-orang terhadap Maryam saat ia menunjuk bayinya : 'Bagaimana mungkin kami bisa bertanya kepada seorang bayi yang masih dalam buaian ?'. kata buaian dalam teks tersebut adalah Shabiyya bukan Mahd, sedangkan arti Shabiyya adalah bayi, dan ini tidak sinonim dengan Mahd (berada dalam asuhan).

Untuk memperkuat argumen ini, maka mari kita lihat juga ucapan Isa al-Masih diayat berikutnya dalam surah yang sama :
Tetapi Maryam hanya menunjuk kepada anaknya. Maka mereka bertanya kembali : 'Bagaimana mungkin kami bisa bertanya kepada seorang bayi yang masih dalam buaian ? ; Ia berkata : aku ini adalah hamba Allah, diberi kitab dan dijadikan seorang Nabi, aku diberkati dimanapun berada serta diperintahkan untuk Sholat dan mengeluarkan zakat sepanjang hidupku, berbakti kepada ibuku dan aku juga tidak diperintahkan menjadi orang yang durhaka dan sombong. Kesejahteraan semoga dilimpahkan atas diriku, saat aku lahir, mati dan saat aku dibangkitkan kembali (dihari kiamat).' ; Itulah Isa putera Maryam, yaitu ucapan yang haq - Qs. 19 Maryam 29 s/d 34

Sekarang, dari perkataan Isa diatas tersebut :
1. Tidak mungkin seorang bayi bisa melakukan sholat dan mengeluarkan zakat
2. Tidak mungkin seorang bayi berlaku sombong dan durhaka kepada ibunya

Kedua pertanyaan kritis diatas tidak bisa ditujukan kepada seorang bayi yang baru lahir, namun lebih tepat dinisbahkan kepada seorang yang sudah lebih dewasa, paling tidak usianya tidak dibawah 1 tahun apalagi 0 hari. Dan bila kita meninjau lagi kedalam alkitab, akan kita dapati informasi bahwa Isa al-Masih memang pernah menyampaikan risalah Tuhan sejak ia masih anak-anak :

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padanya. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tuanya.

Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar dia sangat heran akan kecerdasannya dan segala jawab yang diberikannya - Injil Lukas pasal 2 ayat 39 s/d 47

Menarik jika kita melihat dalam salah satu kitab Injil Apokripa yang berasal dari Arab namun keabsahannya tidak diakui oleh pihak gereja, bernama Injil masa kecil Yesus atau Gospel of Infancy[58] menceritakan bahwa Isa al-Masih dikisahkan dapat berbicara pada waktu bayi dalam gendongan ibunya, adapun perkataannya itu adalah : Ana Huwa Yasu’a Ibn Allah, alladzi walidati kamma basyiruki Jibril al-Malak wa atta arsalni lil khalash al-'alam ( akulah Isa, anak Allah yang dilahirkan sebagai berita gembira dari malaikat Jibril kepadamu dan aku diutus untuk keselamatan dunia), sekilas memiliki kemiripan dengan cerita al-Qur’an, namun untuk dijadikan bahan pemikiran kritis, Injil ini diduga kuat baru ditulis pada abad ke-7 Masehi, jadi artinya penulisannya baru dilakukan setelah al-Qur’an lebih dahulu selesai diwahyukan kepada Nabi Muhammad di Arab yang memuat surah Maryam ayat 29 sampai 34 diatas, sehingga kita bisa berasumsi bahwa cerita di Injil itu merupakan pengadopsian cerita dari al-Qur’an yang sengaja dibuat seolah-olah menjadi pembenar dari klaim Kristen bahwa Isa al-Masih memang merupakan anak Tuhan (bernasab kepada-Nya). Padahal setelah kita buktikan diatas, ayat-ayat al-Qur’an yang berkesan bercerita mengenai kisah Isa berbicara dalam gendongan Maryam, bukanlah seperti demikian kenyataannya, tetapi karena sipenulis Injil tersebut memahaminya secara harfiah yang bisa jadi juga dipengaruhi oleh berbagai mukjizat Isa didalam al-kitab, akhirnya mencoba membuat cerita yang sama dalam versi berbeda.
--------------------------------------------------------------------------------
57. Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia Jakarta, Penerbit Gema Risalah Press Bandung, Edisi Refisi 1989, hal. 463 
58. Gospel of the Infancy of Jesus Christ, lihat : http://www.pseudepigrapha.com/LostBooks/infancyall.htm
--------------------------------------------------------------------------------

Arti dari nama Isa al-Masih
Ketika Malaikat berkata: " Hai Maryam, sesungguhnya Allah mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripada-Nya, namanya Al-masih, 'Isa putra Maryam, yang mulia didunia dan akhirat dan seorang dari mereka yang dihampiri. -Qs. 3 Ali Imron :45

Dalam bahasa Yahudi, nama Isa () adalah Yaohúshua () diucapkan 'yao-hóo-shua' - tekanan pada suku kata kedua, dengan pengucapan huruf hidup pada suku kata pertama seperti pada pengucapan kata 'how' dalam bahasa Inggris. Arti dari Yaohushua ini adalah kuasa Yaohu menyelamatkan. Yaohu sendiri berasal dari kata Yáohu UL, yaitu sebutan untuk Allah dalam bahasa Yahudi. Istilah 'yáohu' diucapkan: 'yao-hoo' - tekanan pada suku kata pertama, huruf hidup pada suku pertama disuarakan seperti kalau menyebutkan kata 'how' dalam bahasa Inggris, persis seperti pengucapan nama Yaohushua.

Bila sekarang kita ada mendengar istilah Kesaksian Jehovah, salah satu nama dari sekte atau aliran didalam Kristen yang berarti kesaksian Allah, maka istilah Jehovah itu diambil dari kata Yaohu, dan karena bahasa Yahudi tidak ada huruf 'J', maka penamaan Jehovah untuk menyebut nama Tuhan dalam bahasa Yahudi menjadi tidak berdasar.

Kalau ada Jehovah, maka nama Isa dalam bahasa Yahudi purba bukan Yaohushua tetapi Jehoshua (dengan huruf J bukan Y). Kata 'Jehovah' adalah satu rekaan kata atau satu ciptaan kata yang muncul dahulu kala dengan cara menyelipkan huruf hidup yang terdapat dalam 'adonai' diantara huruf mati tetragram 'YHWH'. Didalam adat-istiadat masyarakat Phoenician Babylonia kuno, Adonis adalah nama dewa yang paling populer bagi mereka, dan kata 'adonai' itu juga berasal dari nama berhala 'Adonis'. Dalam tulisan Ibrani, huruf hidup dalam kata 'Adonai' dipindahkan kedalam tetragram (YHWH) dan menghasilkan 'Jehovah.' Ini berarti merupakan satu pemalsuan, satu penambahan. Kata 'Jehovah' sebenarnya tak berarti apa-apa dan sama sekali bukan merupakan nama dari Tuhan.

Lalu bagaimana ceritanya bisa menjadi Jehovah? Kemungkinan paling besar adalah karena dengan beginilah cara orang Yahudi masa lalu untuk menghindari dari penyebutan nama Tuhan secara sembarangan atau sia-sia sebagaimana larangan itu sendiri tercantum dalam kitab Keluaran pasal 20 ayat 7 :

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Sebaliknya, penggunaan nama Yahweh yang juga kerap digunakan dikalangan Kristen, adalah sebuah kesalahan lainnya karena bila benar nama Yahweh adalah nama Tuhan, maka seharusnya suku Yahudi (aslinya : Yaohu-di yang artinya umat Tuhan) dari Israel disebut Yahwehdim bukan Yahudi.

Terlepas dari hal diatas, secara etimologi, kata Isa dalam bahasa Arab, tidak sepenuhnya mirip dengan kata Yaohushua dalam bahasa Yahudi, sebab bahasa Yahudi sendiri bukan bahasa ibu (Native tongue) dari Isa al~Masih yang sudah lazim diketahui berbahasa Aram (Aramaic) dan dalam bahasa Aram maka kata Isa disebut Eesho (bukan Esau seperti yang banyak disalah tafsirkan orang). Bahasa Aram sendiri adalah bahasa ibu dari masyarakat semit kuno yang tinggal didaerah timur, digunakan oleh bangsa Asiria, Khaldea, Yahudi dan Syiria.

Adapun istilah Jesus adalah hasil terjemahan kedalam bahasa Yunani (Gerika) dari bahasa aslinya yang diterapkan oleh para penerjemah agar lebih mudah diterima dan diucapkan oleh masyarakat yang berbahasa Yunani pada abad pertama dan kedua, disamping itu, masyarakat Gerika pada saat itu gemar sekali pada mitologi, kepercayaan, penyembahan berhala kepada dewa 'Zeus' dan juga 'Dionysius' sehingga nama tersebut diterjemahkan dalam bentuk yang sudah dikenal dan mudah bagi lidah masyarakat mereka, yaitu 'Iesous,' kemudian dari bentuk inilah diperoleh sebutan 'Jesus' dalam bahasa Inggris atau 'Yesus' dalam bahasa Indonesia.

Karena itulah menjadi sebuah kritik sendiri terhadap penggunaan istilah Yesus atau Jesus dalam khasanah masyarakat modern dewasa ini yang seharusnya tidak lagi mengadopsi istilah yang ada dari kebudayaan Yunani yang bersifat paganisme. Kita juga menghimbau agar umat Islam tidak lagi menyebut nama Isa al-Masih dengan nama Yesus Kristus apalagi sampai menambahkan doa Alaihissalam (as) maupun Peace Be Upon Him (PBUH) dibelakang nama itu karena nyata bahwa Isa al-Masih memang bukan Yesus Kristus yang tidak lain adalah nama dari dewa Yunani Kuno dan bukan nama dari Nabi Allah, putera Maryam.

Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. - Qs. 2 al-Baqarah :120

Oleh itulah juga mengapa dalam buku ini kita menggunakan nama Isa al~Masih dan bukan nama Yesus Kristus kecuali yang sifatnya kutipan dari literatur diluar Islam untuk menjaga keaslian sumbernya.

Kata Al-Masih sendiri identik dengan kata Messiah atau Messias dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Yahudi istilah ini disebut dengan mashiah yang artinya kurang lebih orang yang diurapi. Tetapi membatasi arti dari kata al-Masih ini sebatas orang yang diurapi saja mungkin akan membingungkan bagi para pembaca yang awam, dalam kepercayaan Yahudi dari jaman kejaman, ada pengharapan besar tentang akan munculnya seorang raja dari keturunan Nabi Daud yang akan membebaskan bangsa Israel dari semua tekanan musuh-musuhnya sekaligus mengembalikan kejayaan bangsa tersebut kemasa periode keemasannya dimasa lampau. Orang tersebut biasanya akan mendapatkan pengurapan atau pengusapan dengan minyak kudus untuk menyucikannya. Dalam penafsiran yang lebih bebas, kata al-Masih berartikan orang yang sudah dipilih Allah dan diberkahi-Nya untuk memberikan keselamatan atau membawa kepada kemaslahatan seperti yang bisa dilihat dalam kitab Perjanjian Lama berikut :

lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan – 1 Samuel pasal 24 ayat 6


Isa al-Masih dalam Qur’an gelar atau nama pribadi


Sejumlah kalangan ada juga yang mencoba mempertanyakan seputar penyebutan kata Isa al-Masih didalam al-Qur’an apakah itu menyangkut gelar dari Tuhan yang diberikan kepada putera Maryam (artinya dibalik gelar itu ada nama lain darinya yang tidak disebutkan al-Qur’an) ataukah memang berupa nama pribadi yang bisa jadi sekalgus gelar dari tokoh Nazareth tersebut.


Jika kita lihat didalam al-Qur’an secara terperinci semua ayat-ayat yang berkaitan dengan pencantuman kata Isa al~Masih, maka kita akan mendapati bahwa kata tersebut memang lebih condong kepada nama pribadi dan bukan sekedar gelar, berikut kita berikan analisa pembanding.

Ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan dapat satu kalimah dari-Nya, namanya Almasih, 'Isa putra Maryam, yang mulia didunia dan akhirat dan salah seorang dari mereka yang dihampiri – Qs. 3 Ali Imran 45

Dan ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira tentang datangnya seorang Rasul sesudah aku, bernama Ahmad". Tapi setelah ia datang kepada mereka membawa bukti-bukti yang nyata, Mereka berkata, "Ini adalah sihir yang nyata !". – Qs. 61 ash-Shaaf : 6

Ayat yang pertama (Ali Imron ayat 45) menjelaskan kepada kita dengan merujuk kepada kata-kata ‚… Asmuhul Masiihu 'Isa ... (namanya al-Masih Isa)‚, sedangkan pada ayat kedua (Ash-Shaaf ayat 6) menggunakan redaksi : Ismuhu Ahmad (disini bukan menggunakan nama Muhammad). Dalam al-Qur'an, hanya satu ayat ini yang menyebut nama Ahmad yang merujuk kepada pribadi Nabi Muhammad, tetapi diluarnya, al-Qur'an selalu menyebut nama " Muhammad " bukan lagi " Ahmad ", dan kita bisa memposisikan "Ahmad" sebagai kata sifat atau nama sifat dari Muhammad.

Jika Isa al-Masih memang adalah sekedar gelar, kenapa dibanyak ayat al-Qur'an, Allah tetap menggunakan istilah Isa dan bukan yang lain sebagaimana Allah misalnya telah mencantumkan nama Ahmad disatu ayat tetapi mencantumkan nama Muhammad dibanyak ayat yang lain ?

Kemudian, pada waktu kita disuruh beriman kepada semua Nabi (contoh disurah al-Baqarah ayat 136 dan surah Ali Imron ayat 84), Allah tetap menggunakan istilah Isa dengan penyandingannya kepada nama-nama seperti Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan Musa., Dan kita tahu nama-nama tersebut adalah nama pribadi dari individu yang bersangkutan. Karena itu, kita bisa memastikan bahwa Isa al-Masih bukan sekedar gelar yang dibalik gelar itu ia memiliki nama lainnya.

Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". - Qs. 2 al-Baqarah: 136

Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, 'Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri". – Qs. 3 Ali Imron : 84


BAGIAN 2 : Masa Kecil Isa al-Masih sampai Penyalibannya

Mengenal Komunitas Bangsa Israel didunia
 Adalah hal yang penting sekali bagi kita untuk membicarakan secara seklias tentang asal-usul dan keberadaan komunitas bangsa Israel dari awalnya, sebab seperti yang kita ketahui bersama bahwa komunitas Israel ini merupakan komunitas yang unik sepanjang sejarah peradaban dunia, nama mereka telah mewarnai sebagian isi kitab-kitab suci agama manusia termasuk al-Qur’anul Karim, tidak itu saja tetapi nama bangsa ini juga telah menorehkan catatan hitamnya dalam sejarah sebagai bangsa penjajah.

Tindak tanduk bangsa ini yang penuh dengan kekejaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang diwarnai dengan pembantaian jiwa-jiwa tak berdosa dinegeri Palestina kiranya sudah lebih dari cukup untuk membuat bangsa-bangsa dibumi ini menghancurkan mereka, tetapi anehnya semua negara justru seolah menutup mata terhadap perlakuan Israel tersebut. Ada apa dengan bangsa Israel sebenarnya ? Apa juga hubungan antara kenabian Isa al-Masih yang sedang kita bahas ini dengan komunitas yang penuh anarkis itu ?

Dari catatan-catatan dikitab Perjanjian Lama diketahui bahwa istilah Israel sendiri merupakan gelar dari Nabi Ya’kub yang didapatnya dari seseorang yang telah memberikan berkat kepadanya setelah berkelahi dengannya seperti yang akan kita kutipkan berikut ini :

Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel. – Kitab Perjanjian Lama : Kejadian pasal 32 ayat 24 s/d 28

Kepada Yakub ini telah datang firman Tuhan : "Engkau akan bernama Israel." – Kitab Perjanjian Lama : I Raja Raja: 18

Istilah Isra sendiri secara etimologi berartikan berjalan diwaktu malam, sementara akhiran el merujuk kepada penamaan Tuhan dalam bahasa Yahudi seperti yang tercantum dalam kamus Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries[59] dengan nomor H5941, G2241, G2242, H410 serta kaitannya dengan penggunaan istilah Eloi yang juga merujuk kepada Tuhan pada nomor G1682. Dengan demikian maka Israel bisa juga diartikan sebagai orang yang berjalan diwaktu malam dengan (bimbingan) Tuhan. Tepat seperti cerita yang dituturkan oleh Perjanjian Lama tentang perjalanan malam Nabi Ya’kub sebelum ia bertemu dengan seseorang pada ayat-ayat yang sudah kita kutip diatas. 

Kemudian berkatalah Yakub: "Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu-- 

sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan. 

Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya. Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung." 

Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. – Kitab Perjanjian Lama : Kejadian pasal 32 ayat 9 s/d 12

Selanjutnya seluruh keturunan dari Ya’qub akan disebut sebagai Bani Israel atau anak-anak Israel. Ya’qub sendiri memiliki dua belas anak laki-laki dari empat orang istrinya, masing-masing adalah Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Ishakhar dan Zebulon dari istrinya bernama Lea[60], kemudian Dan serta Naftali dari istrinya bernama Bilha[61], selanjutnya Gad dan Asyer dari istrinya bernama Zilpa[62], lalu Benyamin dan yang bungsu bernama Yusuf dari istrinya bernama Rahel[63] yang didalam literatur Islam dikenal sebagai salah seorang Nabi Allah yang pada masa kecilnya dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri atas kecemburuan mereka melihat kasih sayang ayah mereka (Ya’kub) terhadap Yusuf yang dinilai berlebihan. Setelah Yusuf berhasil menjadi kepala perbendaharaan Mesir, semua keturunan Ya’qub berikutnya yang selanjutnya kita sebut Bani Israel berdomisili di Mesir sampai tiba era Fir’aun yang banyak melakukan penindasan terhadap mereka. 

Nabi Musa dan saudaranya Harun kemudian membawa Bani Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke Palestina dan membagi Bani Israel menjadi dua belas kelompok masyarakat berdasarkan keturunan atau suku mereka. Pembagian itu mengikuti garis keturunan masing-masing yang berasal dari 12 orang anak laki-laki Nabi Ya‘qub (Israel). 

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin. Qs. 5 al-Maidah: 12 

Dan ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. -Qs. 2 al-Baqarah: 60 

- Kediaman dua belas suku Israel -
Karena Isa al-Masih lahir dan hidup dalam lingkungan bangsa Yahudi di Palestina yang meliputi wilayah Yudea bagian selatan dan Galilea bagian utara, maka amat penting untuk mengenal kehidupan Isa al-Masih dan masyarakat Yahudi dimasanya. Dia lahir dan hidup disaat Palestina dalam keadaan tidak tenteram. Dari masa kemasa bangsa Israel harus bertikai dengan bangsa lain. Setelah 40 tahun tinggal dipadang Tiah disemenanjung Sinai -setelah Nabi Musa wafat sekitar abad ke-11 SM- Yoshua berhasil merebut wilayah Palestina dari suku Edom, Kanaan dan Filistin. Tetapi setelah Nabi Sulaiman putra Nabi Daud wafat (973 - 933 SM), bangsa Israel ditaklukkan oleh raja Sargon I dari kerajaan Asiyria pada tahun 722 SM.

Kemudian Nebukadnezar dari Babilonia datang menaklukkan dan menguasai Yerusalem pada tahun 586 SM. Bait Allah[64] yang dibangun dimasa pemerintahan Nabi Sulaiman dibiarkan utuh, tetapi harta wakaf yang tersimpan di Bait Allah dan harta kekayaan istananya dirampas. Bangsa Israel melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Babilonia itu. Dan didalam melancarkan serangan balasannya, tentara Nebukadnezar telah menghancurkan Bait Allah berikut seluruh isi kota Yerusalem semua simbol-simbol kebesaran mereka dimasa lalu dihancurkan, tidak itu saja merekapun dikeluarkan dari tanah Palestina dan dibuang keberbagai tempat sebagai budak-budak didaerah-daerah jajahan kedua kerajaan tadi tanpa pernah boleh kembali kekampung halamannya. 

Pada tahun 538 SM roda nasib bangsa Israel berputar, Babilonia ditaklukkan oleh kerajaan Persi, dan raja Cyrus alias Koresi (550 - 530 SM) mengizinkan orang-orang Israel pulang ke Yudea untuk membangun kembali Bait Allah dan kota Yerusalem serta mengembalikan harta kekayaan yang dirampas oleh Nebukadnezar. Orang-orang Israel yang pulang kembali ke Yudea berjumlah ± 42.360 jiwa. Disamping membawa budak dan wanita sebanyak 7.337 jiwa. Didalamnya termasuk 200 laki-laki dan gadsi penyanyi. Kafilah besar itu membawa 736 ekor kuda, 245 ekor bagal, 435 ekor unta dan 6.720 ekor keledai sebagaimana yang bisa dilihat dalam Kitab Perjanjian Lama Ezra pasal 2 ayat 64 sampai 69. 

Namun perlu dicatat juga bahwa tidak semua suku Bani Israel kembali ketanah airnya, mereka sudah tersebar dimana-mana di banyak bagian belahan dunia ini, akan tetapi mereka tetap dikenal dengan sebutan anak-anak Israel (The Children of Israel).

Yang kembali ke Palestina hanyalah suku Yehuda[65] dan Benyamin sementara kesepuluh suku lainnya dari Bani Israel tetap hidup diberbagai negeri diluar Palestina seperti Abyssina, India, Cina, Italia, Inggris, Jepang, Irlandia, Amerika, Afrika dan lain sebagainya dan tiga diantaranya akan kita ketengahkan pada tulisan ini merujuk kepada bagian dari sasaran dakwah Isa al~Masih selain suku-suku Israel yang ada di Palestina sesuai data-data yang berhasil kita kumpulkan. 

Sayangnya bangsa Isael di Palestina yang terdiri dari dua suku tadi ( Yehuda dan Benyamin ) tidak lama menikmati kekuasaan berdaulat dari pihak Persi yang raja-rajanya kala itu menganut agama Zarahustra, sebab beberapa dekade kedepannya kerajaan Persi ditaklukkan oleh Alexander (337-323 SM) dari Makedonia pada tahun 322 SM yang menjadi raja Yunani tahun 323 SM dan Bangsa Israel kembali berada dibawah penjajahan serta perbudakan dibawah kekuasaan Yunani itu sampai tahun 168 SM dimana pecah pemberontakan total bangsa Israel dibawah pimpinan Makkabe bersaudara. 

Pada masa itu terbentuklah kerajaan Yahudi kembali dibawah dinasti Makkabe (168 - 63 SM), namun tidak berusia lama, karena pada tahun 63 SM, wilayah Palestina, Syiria dan Asia kecil ditaklukkan oleh kerajaan Romawi. Sejak dibawah kekuasaan Romawi itulah sejarah bangsa Yahudi di Palestina diliputi kekacauan dan pemberontakan, disebabkan beban pajak yang teramat berat beserta penghinaan-penghinaan terhadap agama Tauhid bangsa Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa dalam upayanya mengganti dengan kepercayaan Romawi terhadap dewa-dewa  (Polytheisme). 

Disebabkan penindasan bangsa penakluk selama berabad-abad dan silih berganti, maka Bani Israel khususnya kaum Yehuda menyimpan dendam yang selalu membara dihatinya. Namun dalam kondisi yang sehitam-hitamnya, diantara mereka ada golongan yang mengharapkan datangnya seorang Musa baru beserta pendampingnya (seperti Harun), yang akan menghantam bangsa penjajah dan menghidupkan kembali ajaran-ajaran Allah. Dan Musa baru inilah yang disebut sebagai Mesias atau al-Masih. 

Impian dan keyakinan bangsa Yahudi dari hari kehari dalam menantikan seorang al-Masih baru terus berkembang dan mereka siap mengelu-elukan kedatangan Musa baru yang mampu membebaskan bangsa Yahudi dari cengkraman kekaisaran Romawi, dan mengembalikan kemegahan serta kejayaan nenek moyang mereka dimasa lalu, terutama dimasa-masa pemerintahan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Sebagian besar harapan dan keyakinan akan datangnya al-Masih untuk mengembalikan kemegahan Nabi Daud telah menyebabkan mereka berpendapat bahwa sang Mesias itu haruslah juga dari bibit dan benih Nabi Daud itu sendiri yang memiliki aliran darah pejuang dan bangsawan besar. Nabi Daud dan Nabi Sulaiman telah terbukti mampu mengungguli seluruh kerajaan dunia dalam hal kekuatan dan kekayaannya. Ketika seluruh kerajaan dunia takluk dan tunduk dibawah pemerintahan keduanya, ketika seluruh bangsa bertekuk lutut dibawah telapak kaki bangsa Yahudi.

Namun bangsa Yahudi tidak pernah tahu bahwa sebelum Nabi Sulaiman wafat, dimasa awal pemerintahannya, beliau sudah bermunajat kepada Allah agar dilimpahkan kerajaan yang tidak akan pernah terulang lagi pada masa kapanpun itu, baik oleh orang-orang Yahudi maupun bukan.

Ia berkata: "Ya Tuhanku ! berilah perlindungan kepadaku dan karuniailah untukku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun sesudahku, karena Engkau sungguh Yang Maha pemberi" - Qs. 38 Shaad : 35

Begitupun misalnya didalam Mazmur ada disebutkan :
Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, membatalkan perjanjian dengan hamba-Mu, menajiskan mahkotanya laksana debu – Kitab Perjanjian Lama : Mazmur pasal 89 ayat 39 s/d 40

Impian kaum Yahudi bahwa al-Masih yang berupa perwujudan dari Musa yang akan mengantarkan bangsa Yahudi kembali menjadi bangsa besar dan pilihan itu tampaknya memang tidak akan pernah terwujudkan dalam sejarah peradaban dunia. Tuhan sendiri sudah membatalkan perjanjian-Nya dengan mereka.

Kisah kelahiran Isa al-Masih secara ajaib telah menaruh satu prasangka tersendiri dalam kalangan umat Yahudi, sebagian dari mereka mencoba menghubung-hubungkan silsilah Maryam maupun Yusuf situkang kayu (bapak angkat Isa al-Masih menurut versi al-kitab) kedalam garis keturunan Nabi Daud.

Karena ulah sebagian kaum Yahudi tersebut, maka kacaulah sudah nasab 'Isa al~Masih. Hal ini bisa kita lihat adanya pertentangan antara Riwayat Injil Lukas dengan Riwayat Injil Matius didalam menjabarkan silsilah sang putera Maria ini, dimana dalam Injil Matius pasal 1 ayat 6 sampai ayat 16 telah menghubungkan nasab Isa al~Masih dalam 26 generasi dari Nabi Daud dan menyandarkan Nabi Ya'kub sebagai ayah dari Yusuf situkang kayu serta menyilangkan nasabnya kepada Nabi Sulaiman, sementara Injil Lukas dalam pasal 3 ayat 23 sampai 31 telah menghubungkan nasab Isa al-Masih dalam 41 generasi sebelum Nabi Daud dengan menasabkan Eli sebagai ayah dari Yusuf situkang kayu dan menyandarkan benih silsilah dari Natan, saudara Nabi Sulaiman. 

Tentu saja hal ini telah menghancurkan sejarah suci sang Mesias Isrel itu sendiri, sebab bagaimanapun juga, seperti yang sudah kita bahas dibagian awal buku ini, Isa al~Masih, bukanlah anak kandung yang terlahir dari darah dan daging Yusuf bersama Maria, sebab Maria sudah hamil terlebih dahulu karena kuasa Allah secara Parthenogenesis. 

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. - Qs. al-Ma'idah 78
--------------------------------------------------------------------------------
59. Bisa didownload di www.e-sword.net, terintegrasi dengan aplikasi al-kitab buatan Rick Meyers 

60. Lihat Kitab Perjanjian Lama, Kejadian pasal 29 ayat 31 s/d 35 dan pasal 30 ayat 18 s/d 21 

61. Lihat Kitab Perjanjian Lama, Kejadian pasal 30 ayat 4 s/d 8 
62. Lihat Kitab Perjanjian Lama, Kejadian pasal 30 ayat 9 s/d 13 

63. Lihat Kitab Perjanjian Lama, Kejadian pasal 30 ayat 22 s/d 25
64. Bait Allah
65. Lihat Kitab Perjanjian Lama, Ezra pasal 2 ayat 1 dan seterusnya
--------------------------------------------------------------------------------






BERSAMBUNG

1 komentar:

  1. Assalamualaikum wr.wb,
    Allah berfirman :Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Q.S. Ali ‘Imran : 59)

    dari tanah bumi menjadi mani melalui proces penciptaan.
    kita lihat bagaimana nabi isa a.s diciptkan oleh Allah menurut firman Allah yg berikutnya.
    Allah berfirman surat At Tahrim ayat 12
    Qs 66:12 “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya , dan dia adalah termasuk orang-orang yang ta’at.”

    arti ayat ini inshaAllah sbb,

    Ditiupkan kedalam rahimnya (maryam) SEBAGIAN(sengaja saya hurup besarkan) dari ruh (ciptaan) kami.
    kita menyadari bahwa ruh tidak dapat terbagi (dua) yaitu dari Allah dan maryam.
    kata ruh dari ayat ini adalah sesuatu yg bercampur dari Allah dan dari maryam sehingga menjadi sesuatu yg hidup.
    kita juga menyadari bahwa segala sesuatu yg dijadikan oleh Allah melalui proses dan proses ini juga terjadi pada diri maryam.
    kata (sebagian) dari ruh ciptaan kami adalah (mani) yg telah dibawa oleh malaikat jibril kepada (sebagian) dari diri maryam(cel telur).

    kita lihat lagi firman Allah soal penciptaan isa a.s yg mirip dengan ayat di atas tetapi yg artinya berbeda.
    surat Al Anbiya ayat 91: Qs 21:91 “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.”

    dalam ayat diatas ini, isa a.s sudah sempurna atas kejadiannya lalu ditiupkan ruh ke dalamnya sama seperti kejadian adam a.s, firman Allah :
    Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29),

    pendapat saya mengenai: ruh
    1.pendapat saya mengenai surat at-Tahrim ayat 12.
    kata ruh dalam ayat ini adalah sesuatu yg hidup melalui proses yaitu mani.
    sebagian dari Allah dan sebagiannya lagi sudah tentu dari maryam.

    2.pendapat saya mengenai surat al-Anbiya ayat 91.
    kata ruh adalah sesuatu yg hidup setelah sempurnanya kejadian.setelah isa sempurna dalam tubuh ibunya ditiupkanlah ruh padanya seperti penciptaan Adam.

    InshaAllah dengan pendapat saya ini dengan tuntunan alquran telah menjelaskan sedikit atas ketidakfahaman soal penciptaan manusia.

    wassalamualaikum wr.wb,
    sayyid

    BalasHapus