Jumat, 21 Agustus 2015

Nasehat untuk Umat Kristen yg awam



Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan 
Dalam Kitab Perjanjian Lama 
Dan Perjanjian Baru?

Dalam Perjanjian Lama?

The Encyclopedia of Religion menuliskan : “Para teolog dewasa ini setuju bahwa Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) tidak memuat doktrin Tritunggal”.

New Chatholic Encyclopedia mengikuti : “Doktrin Tritunggal tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama”.

Imam Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God juga mengakui : “Perjanjian Lama …. Tidak secara tegas ataupun samar-samar memberi tahu kepada kita mengenai Allah Tiga serangkai yang adalah Allah, Anak dan Roh Kudus … Bahkan mencari di dalam “Perjanjian Lama” kesan-kesan atau gambaran di muka atau tanda-tanda terselubung mengenai trinitas dari pribadi-pribadi, berarti melampaui kata-kata dan tujuan dari para penulis tulisan-tulisan suci”


Dalam Perjanjian Baru?

The Encyclopedia Of Religion Mengatakan : “Para teolog setuju bahwa Perjanjian Baru juga tidak memuat doktrin yang jelas mengenal Tritunggal”.

Imam Jesuit Fortman menegaskan : “Para Penulis perjanjian Baru … tidak memberi kita doktrin Tritunggal yang resmi atau dirumuskan, juga tidak ajaran yang jelas bahwa dalam satu Allah terdapat tiga ribadi ilahi secara setara. … Dimana pun kita tidak menemukan doktrin tritunggal dari tiga subyek kehidupan dan kegiatan ilahi yang berbeda dalam Keilahian yang sama”.

The New Encyclopedia Britannica mengatakan : “Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru”.

Bernhard Lohse dalam A Short History of Christian Doctrine menegaskan : sejauh ini menyangkut Perjanjian baru, seseorang tidak menemukan di dalamnya doktrin Tritunggal yang actual”.

The New International Dictionary of New Testamen Theology dan teolog protestan Karl Barth mengatakan : “Perjanjian Baru tidak memuat doktrin Tritunggal yang diperkembangkan.” Alkitab tidak memuat deklarasi yang terus terang bahwa Bapa, ANak dan roh Kudus adalah dari zat yang sama”.

Profesor E. Washburn Hopkins dari Universitas Yale menekankan “Bagi Yesus dan Paulus doktrin tritunggal jelas tidak dikenal; … mereka tidak mengatakan apa-apa mengenai itu” (Origin and evolution of Religion).

Sejarawan Arthur Weigall mengatakan : “Yesus Kristus tidak pernah menyebutkan perwujudan demikian, dan dimanapun dalam Perjanjian Baru tidak terdapat kata Tritunggal. Gagasannya baru diterima oleh Gereja tiga ratus tahun setelah Kematian Tuan Kita”. (The Paganism in Our Christianity).

Perjanjian Lama tegas Monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal (bukan tritunggal)…. Tentang hal ini tidak ada pemisah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ajaran Monoteistik terus berlanjut, dan Yesus lahir sebagai orang Yahudi. Ajarannya memiliki inti Yahudi (Allah Tunggal); Benar dia mengajarkan sebuah Injil baru tetapi bukan sebuah teologi baru (L,L Paine, A Critical History of the Evolution Trinitarianism, Boston, 1902:4).

Jadi, dari ke-39 Kitab Ibrani Perjanjian Lama, maupun ke-27 Kitab Yunani Kristen Perjanjian Baru, seluruh pasal dan ayat-ayat Alkitab sama sekali tidak ada yang memuat ajaran yang jelas mengenai Doktrin Tritunggal/Trinitas!

Apakah Doktrin Tritunggal/Trinitas Diajarkan oleh 
Orang-Orang Kristen Mula-Mula? 

Komentar dari para sejarahwan dan teolog :

“Kekristenan yang mula-mula tidak mempunyai doktrin Tritunggal seperti yang setelah itu dirinci dalam kredo-kredo”. The new International Dictionary of New Testament Theology.

“Namun orang-orang Kristen yang pertama pada awal mula tidak pernah mempunyai pikiran untuk menerapkan gagasan (Tritunggal) kepada kepercayaan mereka sendiri. Mereka memberikan pengabdian mereka kepada Allah Bapa dan Kepada Yesus Kristus, Anak Allah, dan mereka mengakui … Roh Kudus, tetapi tidak ada buah fikiran bahwa ketiga pribadi ini adalah suatu Tritunggal, setara dan dipersatukan dalam satu”. The Paganism in Our Christianity.

“Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tiga Serangkai… Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul atau sebelumnya, seperti diperlihatkan dalam Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan Kristen yang awal lainnya.” Encyclopedia of Religion and Ethics.

“Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti belum dibelur sepenuhnya ke dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4 Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak pernah bahkan sedikit pun ada yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu.” New Catholic Encylopedia.

“Kepercayaan tentang Allah yang terdiri dari beberapa pribadi (Tritunggal) keluar dari konsep Allah Yang Esa …”. Chief Rabbi J.H. Herzt, Pentateuch and Haftorahs, London, 1996 : 770.

APA KATA PARA PAKAR ALKITAB DAN 
TEOLOG SOSIAL KEILAHIAN YESUS?
(Ditulis berdasar Seminar 28 April 07 di Semarang)

“Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak,
dan Allah Roh Kudus. Yang benar Bapa itu Allah,
Yesus itu jalan menuju Allah”

“Yesus menegaskan monotheisme.
Rumusan 100% Allah dan 100% manusia tidak tepat!
Ini rumusan Kalkedon, bukan kitab suci

“Rumusan Konsili Nakaia (325) inilah yang menjadikan
Yesus sebagai Allah Anak.
Yesus bukan Allah! Tapi jalan menuju Allah.
Daripada bahasa dogma, saya lebih memilih Bahasa Alkitab!

“Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah.
Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!
Perjanjian Baru Berbicara Yesus sebagai Anak Allah
Dan tidak pernah Allah Anak”

Itulah beberapa kalimat-kalimat tegas dan berani yang telah dikemukakan oleh para teolog dan pakar Alkitab pada acara seminar dan Diskusi Interaktif KEILAHIAN YESUS KRISTUS DARI PERSKEPTIF ALKITAB, yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan Majalan Rohani lintas denominasi Crescendo pada Sabtu, 28 April 2007 Pk. 10.00 – 16.00 di Alam Indah Resto Semarang, dengan mengundang empat orang narasumber yang ahli dalam teologi Alkitab, yaitu : Pdt. Drie S. Barotosudarmo, M.Th. (Dosen Kristiologi UKSW Salatiga), Profesor JB. Banawiratma (Dosen UKDW, Yogya), Romo Tom Jacobs (Guru besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma, Yogyakarta), Hortensius F. Mandaru, SSL (Perwakilan dari Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta). Sebagai Moderator pemimpin acara adalah Hanna Li dari Majalah Rohani Crescendo.

Acara yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai denominasi gereja itu diperuntukkan kepada para aktivis gereja, pendeta, peminat teologi, mahasiswa teologi, dan dosen-dosen teologi. Diadakan untuk mengupas ‘tuntas’ sosok Yesus Kristus berdasarkan Alkitab.

Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa??? Itulah pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Crescendo (seperti tertulis dalam Crescendo edisi 323, 2007), dan pertanyaan controversial itu dijawab oleh para narasumber melalui makalah dan presentasi yang disampaikan di acara ‘langka tersebut. Masing-masing pembicara membawa makalah selama 20 menit dan dilanjutkan dengan diskusi Tanya jawab interaktif dengan para hadirin


Sebagai pembicara pertama, Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th.Dengan Suaranya yang lantang, beliau menyampaikan, “Yesus adalah Anak Allah, bukan Allah Anak, ini saya tegaskan”. Dalam Kesempatan berikutnya pembicara asal Salatiga itu menekankan pula bahwa “Di dalam Yesus kita dapat mengenal Allah”, jelasnya. Tetapi di pertengahan acara, beliau sempat pula berkata bahwa Yesus itu 100% Allah, dan 100% manusia. Sebuah statement yang sangat berbeda dengan ketiga pembicara yang lainnya.

Pembicara kedua, Prof. J.B Binawiratma meyampaikan, “Saya tidak mengatakan Yesus itu Allah”. Professor yang tahun 1980 memperoleh gelar doctoral teologi dari Universitas Insbruck Austria ini menyatakan bahwa dogma Yesus sebagai Allah itu adalah hasil rumusan Konsili Nikaia (325). “Konsili Nikaia inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak” begitulah katanya. Beliau menegaskan pula bahwa konsili-konsili itu tidak Alkitabiah, ungkapnya “Kesalahannya adalah dogma teologi dianggap bisa memberikan kesimpulan (tentang trinitas, pen.) yang terjangkau, padahal tidak, Saya asing (maksudnya: tidak setuju) dengan bahasa dogma, saya lebih memilih yang sederhana yaitu bahasa Alkitab”, lanjutnya, “Yesus bukan Allah tapi Yesus jalan menuju Allah”. Beliau menekankan pula bahwa memang saat ini jemaat-jemaat sudah punya tradisi bahwa Yesus itu adalah Allah. “Gereja sangat sulit mengubah teks liturgis yang bernada dogmatis”, begitu ungkapnya. Beliau sempat mengungkapkan juga bahwa jika andaikata gereja-gereja memang berani sepakat untuk merombak dogma liturgis (mungkin maksudnya soal Trinitas, Pen.) ya silakan saja

Pembicara ke tiga, Romo Tom Jacobs. Guru Besar Ahli dogma lulusan Roma ini telah menyampaikan pendapat-pendapat yang sangat ‘tajam’ dan ‘berani’. Cara berbicara Romo Tom yang khas tenang tetapi tajam berwibawa dan tutur katanya enak didengar, tetapi berkali-kali apa yang disampaikannya tampak mengagetkan para hadirin yang mendengarnya, juga diantara hadirin ada seorang pendeta yang sempat terkesan seperti emosi ketika mendengar penjelasan-penjelasan Romo Tom. Beberapa perkataan Romo Tom yang lembut, tenang, tetapi ‘berani’ diantaranya: “Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, “Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan 100% Allah, 100% manusia itu tidak tepat”. “Rumusan 100% Allah, 100% Manusia ini hasil Kalkedon, bukan kitab suci”(di Alkitab) Yesus tidak pernah disebut sebagai Allah sejati”. Dan ketika ada salah seorang yang menanyakan Yohanes 1:1 (frase: ‘Firman itu adalah Allah’), Romo Tom menegaskan: “Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah”. Pendapat Romo Tom tersebut dikuatkan pula oleh Prof. B.J. Banawiratma dan Hortensius F. Mandaru, SSL. Dari LAI.


Pembicara ke empat, Hortensius Florimond Mandaru, seperti di catat majalah Crescendo, beliau menyelesaikan studi filsafat (S1) di Sekolah TInggi Filsafat “Driyarkara”- Jakarta (1989), S1 Teologi “Wedabhakti” Yogyakarta (1993) dan mendapat gelar Scred Scripture Licenciate (SSL) dari Pontifical Biblical Institute, Rima (1999). Beliau pernah menjadi Dosen Tafsir PB di STF Driyarkara Jakarta (1999-2002), Dosen Kitab Suci di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Unika Atmajaya-Jakarta (2002-2003) dan sejak tahun 2004 menjadi Pembina Penerjemahan di Departemen Penerjemahan LAI-Bogor sampai sekarang. Dalam seminar 28 April 2007 soal keilahian Yesus itu, beliau mengungkapkan pula hal-hal yang senada dengan yang telah disampaikan kedua pembicara yang lain, diantaranya : “Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah”;”Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah”. Hortensius yang sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani itu menegaskan pula : “Harus ditegaskan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan Yesus adalah Allah”.

Ketika ada peserta yang menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan teori dogma Trinitas bahwa Allah itu tiga pribadi tapi satu/esa, apakah kata Esa atau Echad di dalam Alkitab berarti ‘satu-tunggal’ secara numeric atau bisa diartikan ‘kesatuan/himpunan’? Hortensius dan Romo Tom bergantian menjawab dengan jawaban tegas yang senada : “Esa Echad itu betul-betul satu-tunggal, satu dalam numeric bukan kesatuan!”. Argumen tersebut sesuai juga dengan ayat 1 Timotius 2:5 dan Yosua 12 :9-24, yang berbicara tentang ke-Esa-an dalam arti numeric.

Diujung acara seminar tersebut, salah satu hal yang sangat mengesankan (Mungkin mengagetkan bagi beberapa orang) adalah ketika ada seorang yang bertanya pada Romo Tom tentang bagaimana pengalamannya selama menjadi pengikut Yesus! Demikianlah Romo Tom menjawab dan menceritakan : “Itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bagus” jawab beliau sebelum kemudian melanjutkan, “Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik, dan saat itu sebelum 1974, saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, … tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tapi saya berdoa kepada Allah, bersama-sama Yesus dengan dorongan Roh Kudus…… saya lebih Kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada sebelumnya (dulu ketika masih percaya Yesus Allah)…..” itulah ungkapan pengalaman hidup yang sempat disampaikan Romo Tom Jacobs.

Kesimpulan dan jawaban dari pertanyaan ‘Siapakah Yesus menurut Alkitab, apakah dia Allah Sejati atau bukan?’,Tiga hari empat narasumber (Prof. Banawiratma, Romo Tom dan Hortensius dari LAI) tampak sekali sepakat : Yesus itu bukan Allah sejati, Allah adalah Bapa dan Yesus itu utusan Allah yang menjadi jalan bagi manusia untuk menuju pada Allah. Titik.

Arus utama Kekristenan yang mengimani rumusan konsili-konsili gereja menyatakan Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus). Mungkin banyak orang mengira bahwa dogma Trinitas (yang mengatakan Yesus adalah Allah Sejati) tentu saja diimani oleh setiap teolog dan pakar-pakar Alkitab, namun ternyata perkiraan itu tidak tepat karena kini terbukti ada beberapa pakar Alkitab dan teolog banyak yang tegas menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Allah sejati. Apakah ini artinya bahwa dogma Trinitas yang ‘lahir; dari hasil rumusan konsili-konsili gereja yang sarat intrik politik demi perebutan takhta kekuasaan ribuan tahun yang lalu itu kini sudah waktunya untuk betul-betul ditinjau ulang, atau dirombak, atau bahkan ditinggalkan sama sekali?

KESAKSIAN ALKITAB 
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman’ Firman ituBersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”

KLAIM TRINARITIAN: pada Frase terakhir ayat ini menyatakan bahwa Firman (yang mengacu pada Yesus) itu adalah Allah. Bukanlah itu berarti Yesus sama dengan Allah?

JAWAB: Istilah kata “Allah/allah” dalam Alkitab merupakan padanan pada Elohiym (Ibrani), Theos (Yunani), God (Inggris). Sebagai catatan : dalam bahasa Ibrani [teks asli Alkitab, Perjanjian Lama] tidak ada pembedaan huruf besar-kecil. Jadi Allah dan allah sama saja, tidak ada bedanya. Istilah “allah” [elohiym/theos] dalam Alkitab bisa berarti dua macam makna.

Pertama, “allah” menunjuk pada ‘allah sejati’ [the True God] yaitu Bapa/Yahweh, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3).

Kedua, “allah” yang tertulis dalam Alkitab juga bisa berarti ‘makhluk-makhluk ilahi/sorgawi’ atau divinity (bukan menunjuk pada Allah sejati). Seperti halnya kata theos di Yohanes 1:1 yang oleh LAI diterjemahkan sebagai “allah” (Firman itu adalah Allah) tidak dengan sendirinya menunjuk kepada Allah sejati, karena kata “allah” (elohiym/theos) di Alkitab digunakan secara umum dalam pengertian makhluk ilahi/sorgawi, atau bahkan nabi dan raja yang secara fungsional menjadi utusan Allah sejati juga bisa disebut sebagai “Allah”, sebagaimana tertulis dalam :

Keluaran 7:1. Musa, sebagai nabi/juru bicara/utusan dari Allah Sejati, dia juga disebut ‘allah” [elohiym].

Mazmur 82:6. Makhluk-makhluk sorgawi juga disebut sebagai “allah”[elohiym].


Ibrani 1:8 yang MENGUNTIP Mazmur 45:7-8 yang berbicara tentang pernikahan raja (“….. Tahtamu ya Allah …..”) dalam Perjanjian Lama, raja juga disebut “allah/elohiym” (dalam arti ‘hakim’ atau orang yang diagungkan/sangat dihormati).

Yesaya 9:5, “Seorang anak telah lahir… namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, ….” Ayat ini berbicara mengenai anak raja Ahaz dan juga bisa ditafsirkan sebagai nubuatan yang mengacu kepada Yesus. Anak Ahaz disebut orang sebagai Allah yang Perkasa (karena di dalam anak itu Allah-Yahweh menyatakan kehadiran dan pertolongan-Nya).


Yohanes 10:35 menegaskan bahwa ‘penerima dan pembawa’ Firman [kepada siapa Firman itu disampaikan] bisa disebut sebagai “allah” juga.

Nah, dengan demikian kita bisa memahami bahwa DI DALAM ALKITAB : Musa disebut Allah, para malaikat disebut para allah, raja juga disebut allah, anak raja Ahaz juga disebut allah, Penerima dan Pembawa Firman juga disebut allah. Maka tidak masalah jika Yesus (sebagai Penerima dan Pembawa Firman, yang bergelar ho logos, sang Firman adalah Allah).
Dan bisa dipahami, bahwa sekalipun Musa, makhluk-makhluk sorgawi, raja, anak raja, dan penerima-pembawa Firman [termasuk Yesus], mereka semua bisa disebut sebagai “allah”, tetapi mereka semua tentu bukanlah Allah sejati. Musa, makhluk surgawi dan Yesus, mereka semua disebut ‘allah” tetapi bukan Allah yang benar, karena, “Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa/Yahweh” (Yohanes 17:3); Yahweh adalah Allah yang benar (Yeremia 10:10).


Dalam Yohanes 1:1 terjemahan Indonesia (LAI) kita jumpai adalah dua kata “allah”, di Frase kedua dan ketiga. Tanpa meneliti bahasa Yunaninya, maka pembacanya sering menangkap “allah” pada frase kedua dan ketiga dianggap sama. Namun, kalau kita meneliti bahasa aslinya, tampak jelas sekali bahwa “allah” pada frase “Firman itu bersama dengan Allah” mengandung perbedaan makna dengan “allah” pada Frase “Firman itu Allah”. Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya, Yunani :

a) “en arkhe en ho logos” (pada mulanya ada sang firman)
b) “Kai ho logos en pros ton theos” (Sang firman itu bersama-sama dengan allah/the god)
c) “kai theos en ho logos” (allah adalah sang firman)

Di bahasa Yunaninya, untuk “allah” pada frase b) dan frase c) tertulis berbeda : ‘ton theos’ dan ‘theos’. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak. Dengan kata sandang dan tanpa kata sandang tentu keduanya memiliki kandungan makna yang bisa berbeda.
Tampaknya bahasa Yunani “theos” bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata sifat. Ton adalah kata sandang. Jadi ton theos (di Yohanes 1:1b) berarti The God atau Sang Allah, mengacu pada Allah sejati. Akan tetapi, tanpa kata sandang ton maka theos (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu allah atau keilahian atau sifat ilahi (a god/divine).


Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti si manis tidak sama artinya dengan manis. Tambahan kata sandang “si” membuat si manis bermakna sebagai kata benda, tetapi tanpa si maka manis mengacu pada kata sifat.

Dengan pemahaman yang lazim, “theos” dalam penggalan Yohanes 1:1c (firman itu adalah allah : kai theos en ho logos) memiliki arti yang berbeda dengan “ton theos” dalam penggalan kedua (Firman itu bersama-sama dengan allah, kai ho logos en pros ton theos). Penggalan yohanes 1:1c terjemahan Indonesia yang saat ini terbaca “Firman itu adalah Allah”, tampaknya lebih tepat dipahami sebagai : “Firman itu adalah suatu allah” atau “firman itu bersifat ilahi” atau “allah/ilahi adalah sang firman”

Dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris, Yohanes 1:1c menjadi sangat jelas bahwa Firman itu adalah suatu allah (a god, bersifat ilahi) The word was a god. Namun, sayangnya sering kaum Trinitarian mengklaim bahwa yang menterjemahkan frase terakhir Yohanes 1:1 The Word was a god” itu hanyalah ALkitab New World translation milik sekte Saksi Yehuwa [yang dianggap sesat], sementara Alkitab lainnya menerjemahkan sebagai The word was God (sang firman adalah Allah sejati). Tetapi argumentasi serta penyangkalan tersebut ternyata tidaklah benar, karena ternyata Yohanes 1:1c di dalam banyak fersi Alkitab justru semakin jelas mencatat bahwa “sang firman itu adalah suatu allah/bersifat ilahi [a god/divine]”, sama sekali bukan “sang firman itu adalah Allah sejati [the god]”. Bukti-bukti akurat tersebut diantaranya tercatat dalam banyak sekali terjemahan berbagai versi Alkitab berikut ini:

1. An the word was a god I (Newcome, 1808)
2. The word was God’s (Crellius, as quoted in The New Testamen in an Improved Version)
3. And the Word was a divine being (La Bible du Centenaire, L’Evangile selon Jean, By Maurice Goguel, 1928)
4. The logos was a god (John Samuel Thompson, The Montessoran; nor The Gospel History According to the Four Evangelists, Baltimore; Published but the translator, 1829)
5. The Word was divine (Goodspeed’s An American Translation, 1939).
6. The word was a god (Revised Version-Improved and Corrected)
7. And godl-ly/-like] was the Word.(Prof. Felix Just, S.J. Loyola Marymount University).
8. The lagos was divine (Moffatt’s The Bible, 1972)
9. “the Word Was God”[ftn. Or Deity, Divine, Which is a better translation, because the Gree definite article is not present before this Greek word](International English Bible-Extreme New Testament, 2001).
10. And the Word was a god.(Reijnier Rooleeuw, M.D The New Tastment of Our Lord Jesys Christ, Translated from the Greek, 1964).
11. [A]s a god the Command was (Hermann Heinfetter, A Literal Translation of the New Testament, 1863).
12. The Word was a God (Abner Kneeland The New Testament in Greek and English, 1822)
13. [A]nd a Gpd (i.e.a Divine Being) was The Word (Robert Young, LL.D (Concise Commentaru on the Holy Bible (Grand Rapids: Baker, n.d.) 54)1885).
14. The Word was a god (Belsham N.T 1809)
15. And the logos was a god “ (Leicester Ambrose, The Final Theology, Volume 1, New York, New York; M.B Sawyer and Company, 1879).
16. The Word Was Deistic” [= The Word was Godly] (Charles A.L. Tottenm The Fospel of History, 1900).
17. ‘[A]nd was a god”(J.N Jannaris, Zeitschrift fur die Newtestameutlich Wissencraft, (German Periodical) 1901, International Bible Translators N.T. 1981)
18. “[A’] Divine Person” (Sauel Clarke, M.A., D.D., rector of ST. Jamees, Wstminster, A. Paraphrase in the Gospel of John, London)
19. “a God”(Joseph Priestley, LL.D F,R,S, [Philadelphia; Thomas Dobson, 1794]37]].
20. “a God”(Lant Carpenter, LL.D (In Unitarianism in the Gospels [London : C. Stower, 1809], 156))
21. “a God” (Andews Norton, D.D [Cambridge : Brown, Shattuck, and Company, 1833],74)
22. “a god” (paul Wernle, (In The Beginnings of Christianity, Vol. 1, The Rise of Religion [1903], 16)).
23. “and the [Marshal][Word] was a god”(21st Century Liberal)
24. “[A]nd (a) God Was the word” (George William Horner, The Coptic Version of the New Testament, 1911).
25. “[A]nd the Word was of divine nature” (ernest Findlay Scott, The Literature of the New Testament, New York Columbia University Press, 1932).
26. “[T]he Word was a God” (james L. Tomanec, The New Testament of our Lord and Savior Jesus Anointed, 1958)
27. “The Word had the same nature as God”(Philip Harner, JBL, Vol. 92, 1974)
28. “And a god(or, of a divine kind) was the Word” (Siegfried Schulz, Das Evangelium nach Johannes, 1975).
29. “and godlike sort was the logos” (Johannes Schneider, Das Evangelium Nach Johannes, 1978).
30. “the Word was a divine Being” (Scholar’s Versionb- The Five Gospels, 1993).
31. “The Divine word and wisdom was there with God, and it was what God was” (J.Madsen, New Testament A Rending, 1994).
32. “a God/god was the Logos/logos”(Jurgen Becker, Das Evangelium Nach Johannes, 1979).
33. “The Word/word was itself a divine Being/being” (Curt Stage, The New Testament, 1907).
34. “The Word was of divine kind” (Lyder Brn (Norw. Professor of NT theology), 1945).
35. “was of divine Kind/kind” (Fredrich Pfaefflin, The New Testament, 1949).
36. “godlike Being/being had the Word/word” (Albrecht, 1957)
37. “the word of the world was a divine being” (Smit, 1960)
38. “God(=godlike Being/being) was the Word/word”(mange, 1961)
39. “divine (of the category divinity) was the Logos” (Haenchen (tr. By R. Funk), 1984).
40. “And the Word was divine”(William Temple, Archbioshop of York, Readings in St. John’s Gospel, London, Macmillan dan Co., 1933)
41. “The Word of speech was a God” (John Crellius, latin form of German, The 2 Books of John Crellius Francus, Touching One God the Gather, 1631).
42. “The Word was with Alah [God] and the word was a god” (Greek Orthodox/Arabic Valendar, incorporating portions of the 4 Gospels, Greek Orthodox Patriarchy or Beirut, May, 1983.
43. “And the Word was Divine” (Ervin Edward String ellow (Prof. of NT Language and Literature/Drake University, 1943).
44. “and the Logos was divine (a divine being)”(Robert Harvey, D.D., Professor of New Testament Language and Literature, Wesminster College, Cambridge, in The Hostoric Jesus in the New Testament, London, Student Movement Christian Press 1931).
45. “The word was a devide being” (Jesuit John L, McKenzie, 1965, wrote in this Dictionary of the Bible : “Jn. 1:1 Should rigorously be translated …’ the word was a divine being”
46. “In a beginning was the Word, and the Word was with the God, and a god was the Word” (Interlineary Word for Word English Translation-Emphatic Diaglott)


Kesimpulan: Frase “Firman itu adalah Allah” di dalam Yohanes 1:1c tidak bermakna bahwa Yesus itu adalah Allah sejati. Yohanes 1:1 tidak tepat untuk dijadikan dasar ayat guna membuktikan seolah-olah Yesus itu adalah Allah sejati (The true God) seperti klaim kaum Trintiarian. Yohanes 1:1 sama sekali tidak menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah sejati/The true God. “Firman itu Allah” (kai theos en ho logos) hanya akan tepat dipahami sebagai “sang firman itu adalah suatu allah/makhluk yang bersifat ilahi”.


Jika Yoh 1:1 (sebagai awal Injil Yohanes) ‘dipaksakan’ digunakan untuk seolah-olah membuktikan Yesus sebagai Allah Sejati, maka hal itu akan bertentangan dengan isi dan akhir dari Injil Yohanes itu sendiri, karena :
Pertama, tulis Injil Yohanes memahami kesaksian Yesus tentang dirinya sendiri sangatlah terang benderang berkali-kali mengatakan bahwa Yesus adalah UTUSAN ALLAH (bukan Allah itu sendiri). Hal itu tertulis di antaranya :

Yohanes 5:23, “… Bapa yang mengutus dia(Yesus)”
Yohanes 5:24 . “… Dia (Bapa) yang mengutus aku”.
Yohanes 5:30, “… AKu tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku”.
Yohanes 5:36, “… Bapa mengutus aku”
Yohanes 5:37, “Bapa yang mengutus aku …”
Yohanes 5:38, “Dia (Yesus) yang diutus-Nya”.
Yohanes 6:29, “Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang diutus Allah”.
Yohanes 6:38, “AKu telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus aku”
Yohanes 6:44, “….Bapa yang mengutus aku”
Yohanes 6:57. “Bapa yang hidup mengutus aku…”
Yohanes 7:16, “Ajaranku tidak dari diriku sendiri, tetapi dari Dia yang mengutus aku”
Yohanes 7:28, “… Aku datang bukan atas kehendakku sendiri, tetapi aku diutus oleh Dia yang benar yang kamu kenal”.
Yohanes 7:29, “Aku kenal Dia sebab aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus aku”.
Yohanes 7:33, “… aku akan pergi kepada Dia yang mengutus aku”
Yohanes 17:3, kunci hidup kekal : “Mengenal satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus utusan Allah”

Dan ayat-ayat lainnya yang banyak menyebut Yesus sebagai UTUSAN! 

Kedua, berdasar bagian akhir Injil Yohanes, menurut kesaksian Penulisnya (di Yohanes 20:31), secara terus terang menegaskan bahwa : SEMUA Hal yang dicatat dalam Injil Yohanes adalah bukan supaya orang percaya bahwa Yesus itu Allah sejati atau Allah itu Tritunggal, tidak!, melainkan supaya orang percaya bahwa Yesus adalah MESIAS, Anak Allah! Injil Yohanes tegas tidak mengatakan : Yesus sebagai Allah Anak/Allah sejati sebagaimana klaim Trinitarian, melainkan Yesus adalah Mesias [yang diurapi oleh Allah/utusan Allah]. Satu-satunya Allah yang benar hanya Bapa saja (Yohanes 17:3). Maka secara keseluruhan dari sejak awal isi sampai akhir Injil Yohanes secara utuh menjelaskan bahwa Yesus adalah MESIAS/UTUSAN YANG DIURAPI OLEH ALLAH.



1 komentar:

  1. Masyya Allah, terimaksaih atas informasi faktualnya. Barakhallahu fik.
    Salam mualaf cerdas indonesia

    BalasHapus