JUDUL
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………
BAB I PENGERTIAN ISLAM DAN MUSLIM
Arti Kata “Islam”
Arti Kata “Muslim”
Islam Sudah Hadir Sejak Adam Diciptakan
Rukun Iman dan Rukun Islam
BAB II YESUS TIDAK BERAGAMA KRISTEN
BAB III YESUS MENGAJARKAN TAUHID
Pengertian dan Makna Tauhid
Sahadat Yesus
Umat Kristen Tidak Mengakui Tauhid
BAB IV YESUS MELAKSANAKAN SHOLAT, PUASA, DAN ZAKAT
Yesus Melaksanakan Sholat
Hikmah Gerakan Sholat
Yesus Melaksanakan Puasa
Yesus Melaksanakan Zakat
BAB V YESUS BERCITA-CITA KE MEKKAH
Ibadah Haji Para Nabi Terdahulu
Yesus Ingin Melembagakan Ibadah Haji
BAB VI PENYEBAB MUNCULNYA PERBEDAAN AGAMA
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemalasan Berpikir
Alasan Manusia Diciptakan
Manusia Itu Sebenarnya Beragama Satu
Mengapa Allah Membiarkan Manusia Terpecah Kedalam Berbagai Agama?
BAB VII YESUS MENIKAH .
Isyarat Al Qur’an Tentang Pernikahan Yesus
Pesta Pernikahan Yesus : Mencurahkan Minyak Wangi
Yesus Adalah “Rabbi” yang Harus Menikah
Kisah Lazarus
Kedekatan Maria Pasca Penyaliban ….
Yesus Mencintai Maria Magdalena
Petrus Cemburu Terhadap Maria Magdalena
BAB VIII KRONOLOGIS PERNIKAHAN YESUS
BAB IX GEREJA MENUTUPI INFORMASI PERNIKAHAN YESUS
DAFTAR PUSTAKA
_________________________________________________________________________
BAB I
PENGERTIAN ISLAM DAN MUSLIM
Dalam Al-Qur'an, Islam juga dapat diartikan sebagai kerelaan hati, kepasrahan diri, dan kepatuhan total dari seseorang untuk menjalankan perintah Tuhan dan mengikutinya secara utuh tanpa boleh membantah. Arti Islam ini secara jelas dapat dilihat dalam Firman Allah sebagai berikut :
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah : Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi : Apakah kamu (mau) masuk Islam. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran:20)
Alkitab juga memuat beberapa pengertian kata Islam, antara lain : mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal, dan seluruh kekuatan diri (Ulangan 6:5, Matius 22:37, Markus 12:30 dan Lukas 10:27), dan tunduk, mendekat, mensucikan diri, dan merendah dihadapan Tuhan (Yakobus 4:7-8).
Nama “Islam” tidak dikarang-karang oleh manusia, tapi nama tersebut langsung diberikan oleh Pencipta-Nya sendiri, yakni Allah sebagai nama untuk sebuah agama. Hal ini dapat dilihat pada Firman-Nya sebagai berikut :
“...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (Q.S.Al-Maa’idah 5:3)
Islam juga adalah satu-satunya agama yang direkomendasikan dan disetujui oleh Allah. Hal ini dapat dilihat pada Firman-Nya sebagai berikut :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Q.S. Ali Imran:19)
Kata “Islam” memperoleh arti yang khusus setelah mengenal pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Pesan yang disampaikan pada Muhammad dinamakan Islam, dan mengaku percaya pada pesan-pesannya adalah juga Islam.
Kepasrahan merupakan definisi utama berkenaan dengan etimologi kata Islam, namun ada juga definisi sekunder, yaitu kedamaian, jalan yang lurus, keselamatan, dan salam sejahtera. Jadi, hanya dengan kepasrahan total dan utuh kepada Allahlah seorang muslim benar-benar akan mengalami kedamaian spiritual, mendapatkan petunjuk jalan yang lurus, dan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan lahir dan batin.
Arti Kata “Muslim”
"Muslim" adalah kata keadaan daripada Islam. Maksudnya ialah orang-orang yang bersedia atau rela menjalankan perintah Tuhan dan mengikutinya dengan baik dan benar. Muslim secara harfiah berarti orang yang pasrah atau berserah, seseorang yang sepenuhnya pasrah kepada Allah. Secara khusus Muslim, berarti seorang yang mengikuti pesan-pesan Nabi Muhammad SAW dan percaya akan kebenarannya. Apabila kita telah percaya pada kebenaran Nabi Muhammad SAW dan mengikuti pesan-pesannya, maka kita dituntut untuk memulai kerelaan mematuhi perintah-perintah Tuhan tanpa syarat. Jelasnya, orang yang beriman kepada Allah dan mempraktikkan ajaran Islam disebut dengan muslim.
Islam Sudah Hadir Sejak Adam Diciptakan
Agama Islam dalam pandangan Al-Qur'an tidak diciptakan pada masa Nabi Muhammad SAW, tetapi sudah hadir semenjak manusia pertama, Nabi Adam AS.
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (Q.S. Thaahaa:115)
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Q.S. Asy-Syuura:13)
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Nabi Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran: 67-68).
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Seseungguhnya Allah telah memilih agama ini (Islam) bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." (Q.S.Al Baqarah:132)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S. An Nahl:36)
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Q.S. Al Anbiyaa’:25)
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu'jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (Q.S. Al Mu’min:78)
Beberapa ayat Al-Qur'an di atas dengan jelas menegaskan bahwa Islam sudah hadir semenjak zaman Adam. Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa nabi dan rasul itu tidak hanya berjumlah 25 orang saja sebagaimana tersebut namanya di dalam Al-Qur'an, tetapi melebihi jumlah itu (Q.S. Al Mu’min:78), namun Al-Qur'an tidak menjelaskan angka pastinya. Jelasnya, Allah telah mengutus nabi dan rasul kepada tiap-tiap umat di muka bumi ini (Q.S. An Nahl:36) dan senantiasa memerintahkan makhluk-Nya untuk hanya menyembah kepada-Nya, karena tidak ada tuhan selain Allah (Q.S. Al Anbiyaa:25). Inilah inti dari agama Islam.
Rukun Iman dan Rukun Islam
Iman merupakan dasar dari agama, karena tanpa iman tidak akan ada agama. Khusus bagi orang-orang Islam, mereka dituntut dengan 6 (enam) dasar keimanan, yakni : iman kepada Allah, iman kepada adanya malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para nabi dan rasul-rasul Allah, iman kepada hari kiamat, dan iman kepada takdir dan kehendak Allah.
Iman dapat diumpamakan sebagai dasar sebuah bangunan (pondasi), namun belum bisa menjadi sebuah rumah. Nah, untuk itu dibutuhkan tiang/pilar-pilar, semen, pasir, batu-bata, kayu, dan genteng untuk dapat mendirikan sebuah rumah yang megah. Tiang, semen, pasir, dan seterusnya itulah yang disebut dengan rukun Islam. Jumlah rukun Islam ada 5 (lima) yang merupakan ibadah paling utama yang harus dilakukan oleh umat Islam, yakni 1. mengucapkan kalimat sahadat; 2. melakukan sholat lima kali sehari; 3. berpuasa pada bulan Ramadhan; 4. membayar zakat; dan 5. menunaikan haji (sekali seumur hidup) ke Mekkah, jika mampu.
Lalu bagaimana dengan Yesus, apakah beliau juga melaksanakan rukun Islam? Ya, benar! Selama hidupnya Yesus ternyata melakukan ibadah yang sama dengan yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini. Mari kita lihat dan buktikan, bahwa Yesus memang benar-benar seorang muslim.
BAB II
YESUS TIDAK BERAGAMA KRISTEN
Beberapa sejarawan dan pakar Alkitab internasional telah membuktikan bahwa Yesus selama hidupnya tidak pernah berurusan dengan agama yang bernama “Kristen”. Yesus bahkan tidak tahu menahu dengan adanya agama Kristen tersebut.
Button L. Mark dalam bukunya “Who Knows a New Testament” yang dikutip Dr. Sanihu Munir, mengatakan bahwa para murid-murid Yesus tidak pernah menganggap Yesus sebagai Kristus, karena Yesus bukanlah pendiri agama Kristen.
Selanjutnya Dr. Sanihu Munir, mengutip pendapat Michael Bigent, dkk mengatakan bahwa Kristen tidak dapat lagi berkaitan dengan ajaran Yesus, tetapi hanya terkait dengan gambar Yesus saja. Paulus merupakan pendiri dan bapaknya agama Kristen, karena agama Kristen memang dibuat dan diperkenalkan sendiri oleh Paulus.
Dalam naskah laut mati dikatakan bahwa Yesus, Yohanes Pembaptis, dan murid-muridnya bergabung dalam sebuah kelompok yang disebut dengan ”jalan yang lurus”. Jalan lurus artinya jalannya orang-orang yang hanya tunduk dan patuh kepada perintah Allah semata, dan bukan jalannya orang-orang yang sesat. Yesus berkata dalam Alkitab :
”Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14 : 6)
Dalam konteks sejarah dan ajaran Yahudi, yang dimaksud dengan perkataan Yesus tentang ”jalan kebenaran” itu adalah nama suatu agama, yang kemudian diadopsi oleh kelompok dan para pengikut Yesus. Mereka menamakan kelompoknya sebagai ”jalan yang lurus”. Kelompok itu terdiri dari orang-orang Yahudi-Nasara yang menyembah Allah (bukan orang-orang Yunani).
Dalam Al-Quran, kata-kata “Jalan yang lurus” itu terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-Fatihah ayat 6, yang berbunyi : “Ihdinas shiroothal mustaqiim” yang artinya “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Jalan yang lurus artinya memberi petunjuk kepada kebenaran, dan bukan merupakan jalan yang sesat. Jalan yang lurus adalah jalan yang benar, dan jalan yang benar adalah Islam. Yesus dan murid-muridnya dapat dikatakan adalah orang-orang yang mengikuti jalan Islam.
Pakar Alkitab dan Sejarawan Kristen bernama A.N. Wilson dalam bukunya ”Jesus of Live” halaman 7 yang dikutip oleh Dr. Sanihu Munir, mengatakan bahwa para pengikut Paulus dan orang-orang gereja romawi yang hidup dan berkembang sesudah wafatnya Yesus, tidak pernah bisa memahami ajaran jalan yang lurus yang diajarkan Yesus. Mereka tidak mengerti sejarah bahwa Yesus itu adalah orang Yahudi yang hidup dalam alam Yahudi, dan bukan alam Yunani yang penuh dengan ajaran berhala.
Sejak awal untuk bisa bergabung dengan kelompok jalan yang lurus, seseorang disyaratkan untuk bersunat.
“Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku." (Kejadian 17:11-14)
“Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.” (Kejadian 21:4)
“Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lukas 2:21)
Harap dicatat, Paulus sebagai pendiri agama Kristen justru mengharamkan sunat (Galatia 5:6 dan 1 Korintus 7:1-19), artinya ia memang terang-terangan menentang ajaran Yesus sebagai ajaran jalan yang lurus. Aneh!? Umat Kristen yang suka membangga-banggakan Yesus, justru menolak ajaran sunat yang merupakan syarat mutlak untuk dapat diterima sebagai pengikut Yesus. Sebaliknya umat Islam justru mengikuti ajaran sunat yang dipersyaratkan oleh Yesus. Bahkan umat Islam sendiri menjadikan sunat sebagai syarat sah bagi seseorang untuk bisa melakukan sholat. Tanpa sunat, tidak bisa sholat. Tanpa sholat, maka ia bukan Islam.
Dr. Sanihu Munir mengutip pernyataan Hendry Cadwick dalam bukunya “The Early Christian”, mengatakan bahwa orang Yahudi biasanya menyebut pengikut Yesus sebagai orang-orang Nasara (Nasrani) atau Muslim.
Jadi mustahil Yesus beragama Kristen. Sebab kata “Kristen” sendiri berasal dari kata “Kristus”, yang artinya orang yang menyembah Yesus Kristus atau menjadikan Yesus sebagai Tuhan atau orang-orang yang menyembah Tuhan dalam nama Yesus. Suatu hal yang aneh dan tidak masuk akal, jika Yesus mengajarkan ajaran yang harus menyembah dirinya sendiri, karena selama hidupnya Yesus mengatakan hanya Tuhan yang baik dan patut disembah.Coba perhatikan perkataan Yesus berikut ini
"Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Matius 4:10 dan Lukas 4:8)
“Jawab Yesus : Mengapa engkau memanggil-Ku Guru yang baik, hanya satu yang baik, yaitu Tuhan. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah-Nya. (Matius 19:17 ~ Alkitab KJV Douay-Rheims Bible)
Dapat dipastikan Yesus adalah seorang muslim, sebab ia tidak pernah sekalipun berani mengatakan dirinya adalah Tuhan. Muslim yang baik adalah orang-orang yang takut menyekutukan Tuhan. Seorang Muslim tidak berani menyatakan Tuhan itu ada tiga atau lebih. Seorang Muslim hanya mau mengatakan Tuhan itu Esa. Dalam Al-Qur’an, Allah sendiri menegaskan bahwa Yesus tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah-sembah. Firman Allah :
“Dan tatkala Isa (Yesus) datang membawa keterangan dia berkata : Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).” (Q.S. Az-Zukhruf:63-65)
BAB III
YESUS MENGAJARKAN TAUHID
Pengertian dan Makna TauhidPerkataan tauhid sebenarnya berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada yuwahhidu. Secara etimologis, tauhid berarti peng-esa-an. Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa/Tunggal/Satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu "keEsaan Allah"; mentauhidkan berarti mengakui ke-Esaan Allah; meng-Esakan Allah". Kata tauhid tidak tercantum dalam Al-Quran kecuali dalam hadits nabi, yaitu pada saat Rasulullah mengirim Mu'adz ibn Jabal sebagai Gubernur di Yaman.
Inti dari ajaran tauhid adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan Selain Allah. Penegasan akan keesaan Allah banyak sekali dinyatakan dalam Al Quran, seperti dikutip dibawah ini :
"Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (Q.S. Al Ikhlas:1-4)
“Maha suci Tuhan, Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (Q.S. Az Zumar:4)
Keesaan Allah juga terdapat pada Al-Qur’an Surat An-Nisa' ayat 171, Surat Al- Maidah ayat 73, Surat Al-Anbiya ayat 22, dan beberapa ayat-ayat lainnya, yang secara eksplisit maupun implisit menyebutkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia.
Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan pada zat-Nya, tapi Juga esa pada sifat dan perbuatan-Nya. Yang dimaksud dengan esa pada zat ialah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memerintah. Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT. Esa pada perbuatan berarti tidak ada seorangpun memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan Allah. la Maha Esa dan menyendiri dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan, dan membentuk sesuatu.
Tuhan yang tunggal ini bukanlah suatu wujud seperti diri kita, yang dapat kita indera namun terkadang tidak kita pahami eksistensinya. Dan Allah telah berkehendak untuk membuat diri-Nya diketahui. Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman kepada Muhammad : "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi; Aku ingin dikenal. Kemudian Aku ciptakan alam agar Aku bisa dikenal. Dengan merenungkan tanda-tanda alam dan ayat-ayat Al-Quran, kaum Muslim dapat memperoleh kilasan aspek keilahian yang telah dituangkan di alam semesta.
Islam menekankan bahwa manusia hanya bisa melihat Tuhan melalui aktivitasnya, yang menyesuaikan wujudnya yang tak terlukiskan itu dengan pemahaman kita yang terbatas. Al Quran memerintahkan kaum Muslim untuk menanamkan kesadaran yang tak terputus tentang Zat Tuhan yang melingkupi mereka dari semua sisi: Ke manapun engkau berpaling, maka disanalah Allah. Al-Quran memandang Tuhan sebagai yang mutlak, pemilik eksistensi sejati, dan semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tuhan tetap kekal selamanya, dan Tuhan mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Di dalam Al Quran, juga disebutkan sembilan puluh sembilan nama atau sifat Tuhan (Asmaul Husna). Ini menekankan bahwa Dia "lebih besar", sumber dari semua kualitas positif yang kita jumpai di alam semesta. Dengan demikian, dunia menjadi ada hanya karena Dia yang adalah Al-Ghani (kaya dan tak terbatas); memberi kehidupan (Al-Muhyi); mengetahui segala sesuatu (Al-Alim), berbicara (Al-Kalim); tanpa Dia, takkan ada kehidupan, pengetahuan, atau kata-kata. Ini merupakan penegasan bahwa hanya Allah yang memiliki eksistensi yang sejati dan nilai positif. Nama-nama Tuhan memainkan peran sentral dalam peribadatan Muslim: nama-nama itu dibaca, dihitung pada bulir-bulir tasbih, dan diucapkan untuk mempertajam kemampuan lain, selain logika, berupa mata hati yang sanggup mengenalkan manusia kepada penciptaNya. Semua ini mengingatkan kaum Muslim bahwa Tuhan yang mereka sembah tidak bisa dicakup oleh kategori-kategori manusia dan mengelak dari definisi yang sederhana.
Rukun Islam yang pertama adalah sahadat, pengakuan keimanan seorang Muslim : "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah." Ini bukan sekedar penegasan atas eksistensi Tuhan tetapi sebuah pengakuan bahwa Allah merupakan satu-satunya realitas sejati, satu-satunya bentuk eksistensi sejati. Dia adalah satu-satunya realitas, keindahan, atau kesempurnaan sejati. Mengucapkan penegasan ini menuntut kaum Muslim untuk mengintegrasikan kehidupan mereka dengan menjadikan Allah sebagai fokus dan prioritas tunggal mereka. Intinya, dalam ajaran tauhid menegaskan bahwa Allah tidak mau disamakan, dibanding-bandingkan, atau diduakan dengan dewa-dewa, patung-patung berhala, matahari, api, bulan, bintang, atau apapun namanya yang ada di alam semesta ini, termasuk juga Yesus, Bapa, atau Roh Kudus. Perhatikan ketegasan Firman Allah berikut ini :
”Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? Firman Yang Maha Kudus.” (Yesaya 40:25)
Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya.” (Q.S. As Syura:11)
Sahadat Yesus
Sewaktu seseorang ingin menjadi muslim (pemeluk agama Islam), maka syarat mutlak pertama yang harus ia penuhi adalah mengucapkan 2 (dua) kalimat sahadat. Kalimat sahadat ini berbunyi : (Asyhadu an laa ilaa ha illallah. Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah) yang artinya “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah semata. Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”. Ucapan tersebut menunjukkan bahwa seseorang itu sudah resmi dan sah menjadi pemeluk agama Islam. Sahadat merupakan bukti ucapan seseorang yang telah mempercayai Tauhid atau Keesaan Tuhan.
Para nabi dan rasul-rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad, juga mengajarkan sahadat yang sama kepada masing-masing pengikutnya, namun dengan kalimat yang berbeda pada baris keduanya. Pada zaman Nabi Nuh, kalimat sahadatnya berbunyi : “Tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Nuh adalah utusan Allah”, sementara itu pada zaman Nabi Musa kalimat sahadatnya berbunyi : “Tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Musa adalah utusan Allah” dan seterusnya.
Sahadat adalah operasionalisasi dari rukun iman. Jika kita sudah percaya dan memiliki keimanan terhadap adanya Tuhan yang Esa, yang tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak sama dengan makhluk ciptaan-Nya, maka langkah yang harus dilakukan adalah mengucapkan ikrar sahadat secara tegas dan membuktikannya di depan orang banyak.
Dalam Alkitab, ucapan sahadat yang secara tegas mengikrarkan diri kepada Keesaan Tuhan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Tauhid (Sahadat) Nabi Musa.
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia (Ulangan 4:35). Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! (Ulangan 6:4) Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku (Ulangan 32:39).
2. Tauhid (Sahadat) Nabi Daud.
Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami (II Samuel 7:22). Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah. Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu. Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya (Mazmur 86:8-12)
3. Tauhid (Sahadat) Nabi Sulaiman.
Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit, lalu berkata: "Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu (I Raja-Raja 8:22-23)
4. Tauhid (Sahadat) Nabi Yesaya.
"Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman Tuhan, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku. (Yesaya 43:10-11) Beginilah firman Tuhan, Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. (Yesaya 44:6) Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, (Yesaya 45:5-6) Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, (Yesaya 46:9)
5. Tauhid (Sahadat) Nabi Yesus.
Jawab Yesus : "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa (Markus 12:29). Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku (Yohanes 5:30). Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yohanes 17:3).
Jadi terbukti bahwa semua nabi dan para rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW mengajarkan kalimat sahadat yang didalamnya terkandung ajaran Tauhid, yakni “Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah”. Semua nabi dan rasul sebenarnya hanya mengulang-ulang saja perkataan para nabi dan rasul pendahulu mereka. Begitupula dengan Yesus, beliau mengajarkan kepada murid-muridnya tentang kalimat Tauhid yang sama seperti yang pernah diajarkan oleh Nabi Musa pada tahun 1400 SM sebelum Yesus lahir kedunia.
Umat Kristen Tidak Mengakui Tauhid
Seperti kita ketahui, bahwa umat Kristen dari zaman Paulus sampai sekarang ini sangat mengagung-agungkan dan memuliakan Yesus setinggi langit, tapi ironisnya, para kristiani diseluruh dunia tidak pernah sekalipun mau mengucapkan kalimat sahadat (tauhid) buatan Tuhan yang diajarkan oleh Yesus, 2000 ribu tahun yang lalu. Umat Kristen di seluruh dunia justru lebih menyukai sahadat yang dibuat dan ditetapkan oleh Konsili Dewan Gereja di Nicea pada tanggal 20 Mei 325M.
Sekedar mengingatkan kembali kepada para pembaca bahwa Konsili Nicea ini diadakan atas prakarsa Kaisar Romawi bernama Constantine, yang mengundang 220 uskup di Nicea tahun 325. Sebagian besar mereka berasal dari Gereja bagian Timur yang mendukung paham Athanasius yang menuhankan Yesus. Setelah melalui perdebatan sengit, Konsili Nicea akhirnya memutuskan untuk mengutuk paham Arius yang mengesakan Tuhan dan mengumumkan kredo (creed) anti Arian yang dikenal dengan nama "the Creed of Nicea". Dalam konsili inilah lalu diterbitkan “Surat Keputusan tentang Ketuhanan Yesus” dan sejak saat itu Yesus diresmikan sebagai Tuhan, bahkan sekaligus ditetapkan sebagai Tuhan yang sesungguhnya (true God), 300 tahun setelah Yesus tiada. Dalam konsili inilah Kaisar Romawi, Constantine, menetapkan bahwa Yesus satu zat dengan Allah (Homoousios).
"Jesus is God from God, Light from Light and true God from true God" (Yesus adalah Tuhan yang berasal dari Tuhan, Cahaya yang berasal dari Cahaya, dan Tuhan sesungguhnya yang berasal dari Tuhan yang sesungguhnya)
Sejak Konsili Nicea itulah, Keesaan Tuhan yang diajarkan Yesus dirubah menjadi dua yakni Tuhan Allah dan Tuhan Yesus. Untuk itulah umat Kristen dituntut agar mempercayai bahwa kedua Tuhan mereka bersatu padu dalam satu zat (homoousios) sebagaimana yang diputuskan oleh Kaisar Romawi.
Adapun Sahadat Nicea yang lebih disukai dan amat dibangga-banggakan oleh umat Kristen itu tertulis sebagai berikut :
SAHADAT NICEA (SAHADAT PANJANG)
Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang kelihatan dan tidak kelihatan
Dan akan Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari Allah, terang dari terang
Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa
Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya
Ia turun dari sorga untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita
Dan Ia menjadi daging oleh roh kudus
Dari Perawan Maria dan menjadi manusia
Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus
Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan
Pada hari ketiga Ia bangkit, menurut kitab suci
Ia naik ke sorga dan duduk disisi kanan Bapa
Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati
Kerajaan-Nya takkan berakhir
Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan
Ia berasal dari Bapa (dan Putra)
Yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi
Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katholik, dan apostolik
Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan kehidupan di akhirat. Amin.
Sahadat Nicea memang kelihatannya sangat indah dipandang dan enak didengar, namun ternyata sangat aneh secara logika dan mengandung ambivalensi (sikap mendua). Mengapa? Pada satu sisi, sahadat tersebut mengatakan ada satu Tuhan (Bapa), namun disisi lain sahadat tersebut juga mengatakan ada 2 Tuhan tambahan, yakni Yesus dan Roh Kudus. Lalu kemudian sahadat tersebut mengatakan bahwa Tuhan Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus kemudian berkumpul menjadi satu. Inti dari Sahadat Nicea tersebut sebenarnya ingin mengatakan bahwa Tuhan bisa berubah-ubah menjadi tiga, dan berubah lagi menjadi satu. Atau secara perhitungan matematikanya adalah “1 + 1 + 1 = 1”. Sungguh sebuah perhitungan yang aneh secara logika dan anak-anak SD pun mungkin akan geleng-geleng kepala dengan perhitungan yang “nyentrik” tersebut.
Nah, dari ucapan sahadat saja, kita sudah dapat menilai bahwa Yesus bukanlah orang Kristen. Sahadat umat Kristen, bukanlah wahyu Tuhan, karena dibuat oleh manusia melalui Surat Keputusan (SK). Jelasnya, Yesus adalah manusia yang dilantik menjadi Tuhan oleh sekelompok manusia yang berkumpul di Nicea. Ini sama saja dengan ada orang yang dilantik menjadi Walikota oleh Pak Camat. Pantaskah seseorang yang lebih tinggi kedudukannya dilantik oleh pejabat yang lebih rendah pangkatnya? Seperti itulah yang terjadi pada Konsili Nicea. Alhasil, pelantikan Yesus sebagai Tuhan oleh sekelompok manusia itu menjadi tidak sah dan harus dibatalkan, sebab Allah sebagai pemegang kekuasaan Tertinggi, tidak pernah sekalipun mau menyetujui pengangkatan Yesus sebagai Tuhan di samping-Nya. Yesus sendiri sangat mengetahui bahwa Allah tidak suka dengan orang-orang yang berani mengaku-ngaku dirinya Tuhan, atau kepada orang-orang yang gemar menyekutukan-Nya. Allah tidak suka dengan orang-orang seperti itu, karena perbuatan mereka menunjukkan kesombongan dan kekurang-ajaran terhadap diri-Nya. Allah tidak sudi diri-Nya dipersekutukan atau dipersamakan dengan apapun juga. Bahkan Allah sendiri murka dan marah besar dengan ulah sekelompok manusia di Nicea yang tidak bertanggung jawab tersebut. Coba perhatikan bagaimana Allah mengancam dengan sangat keras terhadap orang-orang yang berani mengatakan ada Tuhan lain selain diri-Nya. Firman Allah :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah AI-Masih putra Maryam, padahal Al-Masih berkata : Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan-mu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (manusia dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (Q.S. Al-Maidah:72)
"Siapa yang menghujat nama Tuhan, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama Tuhan, haruslah dihukum mati." (Imamat 24:16)
Renungan :
Rasulullah SAW bersabda : “Perbanyaklah ucapan sahadat ‘laa ilaaha illallaah’ sebelum kematian menjemputmu.” (HR. Abu Ya’la)
Yesus Kristus bersabda : “Umat Muhammad SAW. adalah yang paling berat timbangannya di Mizan karena lidah-lidah mereka telah terbiasa dengan satu kalimat yang terasa berat bagi umat-umat sebelum mereka yaitu kalimat ‘‘laa ilaaha illallaah’.” (HR. Ashbahani)
BAB IV
YESUS MELAKSANAKAN SHOLAT, PUASA, DAN ZAKAT
”Jika kamu berdiri untuk berdo'a.” (Markus 11:25)
”Lalu ia (Yesus) berlutut dan berdo'a.” (Lukas 22:41)
”la (Yesus) maju sedikit, lalu sujud ke tanah dan berdo'a.” (Matius 26:39, Markus 14:35)
Gerakan yang menunjukkan ibadah sholat tersebut juga dilakukan oleh para nabi dan rasul sebelum Yesus, seperti Musa, Harun, dan Abraham, sebagai berikut :
”Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah.” (Keluaran 34:8)
“Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan Tuhan kepada mereka.” (Bilangan 20:6)
“Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak. Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya.” (Kejadian 17:2-3)
Apabila kita memakai bahasa Arab, yang tentunya lebih dekat kepada bahasa Aramaik yang digunakan Yesus, maka kata : berdiri, berlutut, sujud, serta berdo'a; akan menjadi qiyam, ruku', sujud, dan sholat. Dalam Arabic/English Bible yang diterbitkan oleh International Bible Society tahun 1999, kalimat berlutut dan berdoa tertulis “wa raka’a yushalli”. Raka'a berarti ruku' dan yushalli adalah sholat sebagaimana yang dipakai oleh kaum Muslim sekarang ini.
Alkitab umat Kristen telah menunjukkan secara meyakinkan bahwa tata cara peribadatan Yesus, Musa, Harun, Abraham, para nabi dan rasul-rasul Allah lainnya, ternyata sama persis dengan yang dilaksanakan oleh umat Islam, yaitu adanya gerakan berdiri, ruku', berlutut, sujud, dan berdoa yang jika semuanya dirangkai maka akan menjadi "sholat". Sholat merupakan suatu ibadah yang dianggap aneh oleh Umat Kristen, namun ternyata sudah biasa dilakukan oleh Yesus semasa hidupnya. Ironisnya, umat Kristen yang suka mengagung-agungkan nama Yesus, justru sama sekali tidak pernah melakukan ibadah sholat seperti yang dilakukan oleh Yesus. Sebaliknya umat Kristen, justru malah melakukan ibadah dengan cara berlutut dan berdoa seperti yang dicontohkan oleh Paulus. (Kisah Rasul 21:5, Kisah Rasul 9:40, dan Kisah Rasul 20:36)
Selama hidupnya Yesus melaksanakan sholat secara diam-diam. Yesus belum melembagakan perintah sholat kepada murid-muridnya. Jadi ketika Yesus ingin sholat, beliau minta izin (pamit) dulu kepada murid-muridnya untuk melaksanakan sholat. Kebanyakan, murid-murid Yesus tidak mengetahui bagaimana cara Yesus melakukan sholat. Hanya sebagian murid saja yang tahu tentang gerakan sholat Yesus, itu pun mereka hanya sebatas menyaksikan dari kejauhan. Baru pada saat Nabi Muhammad SAW diutus Allah ke bumi, maka perintah sholat mulai diwajibkan atas umatnya. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sholatlah kamu sebagaimana aku sholat.”
Sebelum melakukan sholat, tentu saja seorang muslim diwajibkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Berwudhu artinya mensucikan diri dengan cara membasuh muka, kepala, tangan, dan kaki. Dan Alkitab lagi-lagi membenarkan tatacara orang muslim ketika mereka akan masuk ke tempat suci dan menghadap Tuhan (sholat) harus berwudhu terlebih dahulu.
“Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan apabila mereka datang mendekat kepada mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan--seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa.” (Keluaran 40:31-32)
Selain berwudhu, orang Islam juga harus melepaskan alas kaki (mencopot sandal atau sepatu) ketika akan melakukan sholat. Lihat saja dimana-mana ada sandal, sepatu, bahkan “bakia” (sandal kayu) orang-orang Islam berjejer di halaman atau tangga masjid, karena memang tidak boleh dibawa masuk kedalam masjid. Tidak ada orang Islam yang sholat pake’ sandal atau sepatu, karena ia pasti akan “diomelin” dan dikatakan “kurang ajar” oleh para jemaah. Perbuatan orang-orang Islam yang mencopot “sandal” tersebut dibenarkan 100 % oleh Alkitab, sebagai berikut :
“Ia (Allah) berfirman : Janganlah datang dekat-dekat : tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, dimana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” (Keluaran 3:5)
Saat melakukan sholat, umat Islam diwajibkah menghadap kiblat (arah sholat yang telah ditetapkan oleh Tuhan). Pada zaman Musa, Daud, Salomo, Yohanes Pembaptis, hingga Yesus, kiblat sholat mengarah ke Bait Allah (Kuil Salomo) di Yerussalem (sekarang bernama Masjidil Aqsa). Sedangkan pada masa kedatangan Nabi Muhammad SAW, kiblat ke arah Yerussalem diganti dengan ketentuan Allah yang baru, yakni menghadap Ka’bah yang ada di Masjidil Haram, Saudi Arabia. Dalam Alkitab, ketentuan agar sholat dilaksanakan dengan menghadap kiblat, dapat dilihat sebagai berikut :
“.... Dan apabila mereka berdoa kepada Tuhan dengan berkiblat ke kota yang telah Kau pilih dan kerumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu, ...” (1 Raja-Raja 8: 44, 1 Raja-Raja 8:48, 2 Tawarikh 6:34-38, dan Mazmur 5: 8)
Kemudian setelah selesai melakukan sholat, Yesus berdoa sambil menengadahkan tangannya (Matius 14:19, dan 1 Timotius 2:8), persis seperti yang dilakukan umat Islam ketika berdoa. Namun sayangnya, ketentuan Allah tersebut tidak dipedulikan dan dilaksanakan lagi oleh umat Kristen sekarang ini.
Hikmah Gerakan Sholat
Orang mungkin bertanya-tanya mengapa gerakan sholat yang diajarkan oleh para nabi dan rasul ternyata sama? Banyak yang mencari hikmah dibalik gerakan sholat, namun alasan kenapa kita melakukan bukanlah karena hikmah tersebut, tapi yang pasti karena adanya perintah Allah untuk melakukan sholat dengan gerakan semacam itu. Namun demikian mencari hikmah dibalik bentuk gerakan sholat diharapkan dapat menambah keikhlasan kita dalam melakukan sholat.
Kami mencoba melihat dari sisi perlambang dari setiap gerakan pokok, yaitu : berdiri, ruku' dan sujud. Ketika seseorang dalam keadaan berdiri maka otak yang merupakan lambang akal dan logika berada di atas, sedangkan hati sebagai lambang kalbu berada di tengah. Pada saat ruku' maka otak dan hati berada pada posisi yang sama, melambangkan kesetaraan posisi akal dan kalbu. Dan ketika sedang sujud maka akal berada di bawah, sedang hati berada di atas.
Perlambang di atas, menggambarkan keadaan manusia dalam mencari Tuhannya. Saat awal pencarian maka akal adalah yang pertama kali dipergunakan, Nabi Ibrahim sendiri memulai dengan melihat bintang-bintang. Namun akal yang sering kali tertipu perlu dikuatkan dengan kalbu, seperti nasehat Rasulullah kepada Wabishah :
”Wahai Wabishah, tanyakanlah kepada kalbumu dan nafsmu (akalmu), tiga kali, kebaikan itu jika akal merasa tenang (ketika melakukan perbuatan-pen), dan kejelekan jika akal merasa bergolak sedang (kalbu) rnerasa ragu di dalam dada, walaupun seseorang atau semua manusia menasehatirnu.” (HR. Ahmad)
Keseimbangan antara kalbu dan akal akan mengantarkan manusia lebih mendekat kepada Penciptanya. Dan ketika sudah mendekat maka yang mampu menerima hanyalah kalbu, sedang akal dan indera materi manusia tidak mampu mengidera wujud Yang Maha Kuasa. Tidakkah kita lihat akal hanya mampu melihat perwujudan Allah melalui ciptaanNya, dan selalu terpeleset ketika mencoba menerobos hakekat-Nya, hingga ada manusia yang menyebutnya beroknum tiga, seperti dewa-dewa purbakala yang selalu `bertiga'. Itulah sebabnya maka tahap terakhir adalah sujud, ketika akal diletakkan sejajar dengan organ paling bawah ketika berdiri yaitu kaki. Sebagaimana nasehat Rasulullah : "Sedekat-dekatnya seorang hamba dari Tuhannya ketika dia sedang sujud, maka perbanyaklah do'a." (HR. Muslim)
Renungan :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan diri (dari dosa), dan ia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sholat." (Q.S. Al-A’la:14-15)
“Bertaubatlah kepadaNya dan takutlah kepadaNya, serta dirikanlah sholat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (Q.S. Ar-Rum:31)
Renungan :
Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku. Sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang. Aku rahasiakan (waktunya) agar setiap diri mendapat balasan sesuai dengan usahanya.” (Q.S. Thaha : 14-15)
Rasulullah SAW bersabda : "Yang pertama kali akan dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalannya. Dan jika sholatnya buruk, maka buruklah amalan-amalan lainnya.” (HR. Thabrani)
Yesus Melaksanakan Puasa
Sebagai seorang muslim, kita juga diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Kewajiban melaksanakan puasa ini juga telah diajarkan oleh para nabi-nabi terdahulu kepada umat mereka masing-masing, sebagaimana ajaran Musa dan Yesus berikut ini :
"Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman." (Keluaran 34:28)
“Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa.” (Imamat 16:29)
"Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus." (Matius 4:2)
“Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik." (Matius 6:16-18)
Puasa yang dilakukan oleh Nabi Musa di Sinai dan Yesus di Padang Gurun selama 40 hari merupakan bagian dari ritual penyepian atau pengasingan diri (Uzlah) mereka dari dunia luar dalam rangka mencari dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan mereka akhirnya berhasil menemukan Tuhan setelah menerima wahyu Ilahi yang dikirimkan kepada mereka melalui perantaraan roh kudus (Malaikat Jibril). Apa yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Yesus itu, sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpuasa di gua Hira’ selama 40 hari. Pengasingan diri (Uzlah) masih banyak dilakukan oleh para salik (pencari Tuhan) hingga hari ini.
Kembali kita melihat dalam ayat Alkitab tersebut diatas, Yesus diceritakan berpuasa selama 40 hari 40 malam, dan lalu ia merasakan lapar. Nah, apakah contoh berpuasa yang diajarkan Yesus itu sudah diikuti dengan baik oleh umat Kristen. Ternyata tidak! Umat Kristen memang berpuasa, tapi boleh makan sepuasnya. Mereka hanya dilarang makan daging atau makanan kesukaan lainnya, jadi tidak merasakan lapar. Padahal inti dan hakekat dari puasa adalah merasakan penderitaan, baik berupa lapar, menahan pandangan, menahan pembicaraan yang sia-sia, nafsu sahwat, dan amarah. Berbeda dengan umat Islam yang merasakan lapar dan dahaga ketika berpuasa. Lapar dan haus yang dirasakan Umat Islam sama dengan lapar dan haus yang dialami oleh Musa, Yesus, dan Nabi Muhammad SAW ketika berpuasa. Apakah umat Kristen lapar ketika berpuasa? Ternyata tidak! Mereka justru kenyang, bisa minum dan makan, kecuali makan daging, atau makanan kesukaan lainnya.
Mengapa umat Kristen tidak melakukan puasa seperti yang dilakukan oleh Yesus selama 40 hari 40 malam? Karena memang mereka tidak sanggup dan sangat memberatkan!? Adakah manusia di zaman modern ini yang sanggup melakukan puasa 40 hari 40 malam tanpa makan-minum? Tentu saja tidak ada, karena pasti banyak orang akan mati kelaparan dan kehausan.
Jadi, Islam kemudian mengatur pelaksanaan puasa secara lebih realistis dan rasional yang sesuai dengan kebutuhan manusia modern sekarang ini, yakni berpuasa selama 30 hari (bukan 30 hari 30 malam). Puasa hanya dilakukan pada waktu paruh hari, sejak imsak (kira-kira pukul 04.00 dinihari) sampai terbenam matahari (kira-kira pukul 19.00), sedangkan malamnya dibolehkan makan-minum. Dengan cara puasa seperti ini, maka semua umat Islam sanggup melaksanakannya. Tidak pernah kita mendengar ada orang Islam yang mati karena melakukan puasa.
Semua umat di zaman nabi dan rasulnya masing-masing telah diberi ketentuan (syariat) serta jalan sendiri-sendiri oleh Allah. Seperti Yesus yang diberikan ketentuan berpuasa 40 hari 40 malam. Sementara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah puasa paruh hari selama 30 hari. Namun pertanyaannya adalah sejauh mana masing-masing umat dapat menjalankan syariat itu dengan benar, tanpa mengurangi apalagi mencampurkan kebatilan di dalamnya? Sekali lagi mohon diingat bahwa hakekat puasa itu adalah menahan hawa nafsu. Jadi, kalau ada orang yang berpuasa tapi masih bisa makan-minuman yang lain, hanya tidak boleh makan daging dan makanan kesukaan, apakah dapat dikatakan mereka telah berusaha menahan hawa nafsu? Ternyata tidak! Nah, umat Islam-lah yang justru lebih dekat dengan ajaran Yesus, karena Yesus memang adalah seorang muslim.
Selain puasa wajib, umat Islam juga disunahkan melakukan puasa setiap minggu dua kali, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Dan lagi-lagi Alkitab membenarkan puasa sunah yang dilakukan oleh umat Islam. Perhatikan ayat ini : "Aku berpuasa dua kali seminggu, ...." (Lukas 18:12).
Sekali lagi sangat mengherankan, karena kebanyakan umat Kristen tidak pernah memelihara tradisi berpuasa dua kali seminggu, seperti yang dicontohkan dalam Injil Lukas 18:12? Justru umat Islam yang senang dan selalu memelihara tradisi berpuasa seminggu dua kali tersebut? Dalam Alkitab sekarang ini, hari Senin dan Kamis memang sudah dihilangkan, sehingga yang ada hanya tulisan “berpuasa seminggu dua kali”. Tapi dalam Ensiklopedia Alkitab, ternyata yang dimaksud dengan puasa seminggu dua kali tersebut, jatuh pada hari Senin dan Kamis.
Nah, karena dalam Alkitab banyak Firman Tuhan yang sudah dirubah dan diedit tidak karuan oleh tangan-tangan jahil, maka Allah mewahyukan kembali kepada Nabi Muhammad SAW, dalam Al Qur'an segala yang benar yang pernah diwahyukan-Nya dalam kitab-kitab suci terdahulu, termasuk ketentuan puasa.
Yesus Melaksanakan Zakat
Dalam Al Qur'an, zakat diwajibkan hanya setahun sekali atas barang-barang yang telah dimiliki selama satu tahun penuh, yang nilainya telah mencapai batas-batas ukuran yang disebut nisab.
Jenis yang harus dizakati antara lain, emas dan perak (At Taubah 34), hasil pertanian (Al An'aam 141), laba perniagaan (Al Baqarah 267), tambang (Al Baqarah 267) dan ternak.
Besarnya zakat, hampir semuanya berlaku 2,5 % saja, itupun jika sudah sampai nisab dan haulnya. Jadi segala sesuatu sudah ada aturan mainnya. Yang diberlakukan zakat 10% hanya dari hasil pertanian saja, itupun masih bersyarat.
Dalam Taurat yang dimuat dalam Alkitab, perintah berzakat juga diturunkan, namun hanya untuk hasil pertanian saja, sebagai berikut :
“Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik Tuhan; itulah persembahan kudus bagi Tuhan. Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan." (Imamat 27:30-32)
Dari bunyi ayat di atas, jelas bahwa persepuluhan itu hanya untuk jenis pertanian dan peternakan saja. Apabila kesulitan dalam menyalurkan persepuluhan tersebut karena tempatnya jauh, maka boleh diberikan berupa uang senilai barang yang dihitung menurut persepuluhan, sesuai dengan ayat berikut
"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. Di hadapan Tuhan, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan Tuhan, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati Tuhan, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih Tuhan untuk menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih Tuhan. Allahmu." (Ulangan 14:22-25)
Ketentuan Taurat yang termuat dalam Alkitab tidak mengatur lebih jauh soal persepuluhan dari uang tunai baik berupa gaji, deposito, emas, perak serta barang dagangan lainnya selain daripada hasil pertanian dan peternakan. Untuk itulah Al-Qur’an diturunkan guna melengkapi kekurangan dan memperbaiki perubahan akibat ulah tangan-tangan jahil manusia yang terjadi pada kitab-kitab suci sebelumnya.
Pertanyaannya : apakah Yesus melaksanakan perintah zakat tersebut? Tentu saja beliau melaksanakannya dengan sangat baik, karena beliau selalu setia menjunjung tinggi dan mematuhi ajaran taurat dengan sungguh-sungguh. Perhatikan bagaimana taatnya Yesus terhadap ketentuan hukum Taurat, sebagai berikut :
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku (Yesus) datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17)
“Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius 5:18)
“Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:19)
“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:20)
Al-Qur’an juga mengamini pernyataan Yesus yang dimuat dalam Alkitab tersebut diatas. Allah berfirman :
“Dan (aku, Yesus, datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta'atlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." (Q.S. Ali ‘Imran:50-51)
BAB V
YESUS BERCITA-CITA KE MEKKAH
Ibadah Haji Para Nabi TerdahuluHaji itu sama artinya dengan ziarah. Maka umat yang melakukan ibadah haji itu sama artinya mereka melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bersejarah dalam rangka melakukan perintah agama, sekaligus melihat langsung kebesaran Allah yang ada di sana. Ziarah atau haji ini dilakukan disebuah tempat yang bernama Mekkah atau Paran atau Haran atau Petra, yang terletak di negara Saudi Arabia. Sejak dahulu Mekkah/Paran/Haran/Petra terkenal sebagai tempat suci para nabi dan rasul. Beberapa peristiwa penting yang terkait dengan keberadaan Mekkah/Paran/Haran/Petra, antara lain : Nabi Adam turun dari sorga, dan menjejakkan kakinya pertama kali dibumi yang bernama Mekkah/Paran/Haran/Petra. Hajar, istri Abraham, melahirkan Ismail dan menemukan sumber mata air (sekarang terkenal dengan nama sumur zam-zam) ditempat yang bernama Mekkah/Paran/Haran/Petra. Kemudian Abaraham mendirikan Rumah Tuhan pertama kali dimuka bumi di tempat yang bernama Mekkah/Paran/Haran/Petra, dan masih banyak peristiwa suci dan penting lainnya ditempat tersebut.
Sejak dahulu semua nabi dan rasul-rasul Allah sangat mengidam-idamkan untuk dapat pergi haji dan melembagakan ibadah haji di Baitullah (Rumah Allah) yang ada di Mekkah, Saudi Arabia. Ada beberapa nabi dan rasul yang sempat melembagakan ibadah haji kepada para pengikutnya, namun ada juga yang belum. Salah satu nabi sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW yang pernah melembagakan ibadah haji kepada pengikutnya, antara lain Yakub, seperti dikutip dalam Alkitab berikut ini :
“Bermula ketika Nabi Yakub dalam suatu perjalanan dari Bersyeba menuju Haran (Mekkah). Karena merasa lelah, dia beristirahat pada suatu tempat sambil mengambil sebuah batu menjadi bantalnya. Saat itu Tuhan memberikan mimpi kepadanya, bahwa dari bumi tempat dia bermalam itu ada didirikan tangga yang ujungnya menjulang sampai ke langit. Dan pada tangga tersebut para malaikat Tuhan naik-turun. Ketika Nabi Yakub terbangun dari tidurnya, ia merasa takut dan berkata: "Sesungguhnya Tuhan berada di tempat ini tanpa aku ketahui, dan sungguh dahsyat tempat ini. Tempat ini pasti rumah dari Allah, dan pasti daerah inilah pintu gerbang menuju sorga". Ketika Nabi Yakub bangun pagi-pagi, diambilnya batu tersebut, dituangkan minyak wangi pada batu itu, kemudian diambilnya batu tersebut, lalu mendirikannya sebuah tugu tanda peringatan sebagai rumah Allah. Maka tempat itu dinamakannya Betel (Baitullah) yang artinya rumah Allah.” (Kejadian 28:10-19)
Lama setelah berlalunya kejadian tersebut, Allah lalu berfirman kepada Yakub :
“Bersiaplah, pergilah ke Bethel, tinggallah disitu, dan buatlah disitu mezbah bagi Allah...” (Kejadian 35:1)
“Kemudian Yakub mendirikan tugu batu, ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak diatasnya. Yakub menamai tempat itu, Betel.” (Kejadian 35:14-15)
Apa yang dialami oleh Nabi Yakub hampir 40 abad yang lalu adalah mukjizat besar, sebab batu hitam yang dituangi minyak oleh Yakub tersebut sampai saat sekarang ini masih tetap wangi. Batu hitam tersebut dikenal oleh Umat Islam dengan nama Batu Hajar Aswad.
Nah, karena tempat dimana Nabi Yakub pernah bermimpi tersebut adalah merupakan pintu gerbang menuju sorga, maka Abraham (Nabi Ibrahim) lalu mewajibkan umat dan keturunan-keturunannya untuk berziarah ke sana setiap tahun bagi yang mampu. Sebab dengan berziarah ke tempat tersebut, akan bisa dilihat langsung kebesaran Allah SWT, antara lain :
1. Ka'bah (Baitullah), merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Abraham (Nabi Ibrahim as).
2. Sumur Zam-Zam, bukti kebesaran Allah atas Nabi Ismail.
3. Batu hitam Hajar Aswad yang masih tetap wangi sampai sekarang sebagai bukti kebesaran Allah atas Nabi Yakub as.
4. Maqam (tanda telapak kaki) Nabi Ibrahim ketika membangun Baitullah.
5. Makam (kuburan) Nabi Muhammad SAW. bersama sahabat-sahabatnya yang masih terpelihara sampai sekarang, dan lain-lain.
Khusus terhadap batu hitam Hajar Aswad, Nabi Muhammad SAW dulunya sempat menciumnya, karena beliau ingin merasakan bau wangi yang keluar dari batu tersebut. Dengan mencium batu tersebut, Nabi Muhammad SAW sedang terkesan menikmati akan kebesaran Allah SWT, karena atas kehendak Allah SWT, batu hitam tersebut tetap wangi sampai saat ini. Dengan bisa memegang dan mencium harumnya batu hitam tersebut, orang yang tadinya ragu-ragu dan bertanya-tanya, akhirnya menjadi sangat yakin, bahwa Allah telah menunjukkan mukjizatnya kepada Nabi Yakub untuk diperlihatkan kepada kita yang hidup sekarang ini. Oleh karena itu memegang, meraba dan mencium batu hitam Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad SAW, sekedar disunnahkan saja, bukan diwajibkan.
Ibadah haji ini adalah ajaran agama langit yang yang diajarkan oleh Abraham (Nabi Ibrahim), dan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang telah mampu menjalankan, baik fisik maupun materi. Umat Islam yang menunaikan ibadah Haji ke Bait Allah, yang didirikan oleh Ibrahim dan Isma'i, bisa saling berkenalan, dan saling mempererat tali persaudaraan, segala perbedaan dan diskriminasi yang bagaimanapun di kalangan umat Islam itu harus hilang. Mereka harus merasa, bahwa dihadapan Allah mereka itu sama, tidak perduli presiden atau para peminta disekitar masjid al-Haram.
Dalam Al-Quran Allah mewajibkan ibadah haji, sebagaiman firman-Nya sebagai berikut :
"Sesungguhnya rumah (untuk ibadah) yang mula-mula dibangun bagi manusia ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Didalamnya terdapat tanda-tanda yang nyata (yaitu) tempat berdirinya (maqam) Ibrahim; dan barangsiapa masuk ke dalamnya amanlah dia; mengerjakan ibadah haji adalah wajib bagi manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sudah dapat mengadakan perjalanan kesana.” (Q.S. Ali ‘Imran:96-97)
Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus membawakan risalah Islam, ibadah haji ini telah dirusak oleh orang-orang kafir atau orang jahiliyah di Mekah, akibat penyimpangan mereka yang terlalu jauh dari syariat yang dibawakan Nabi Ibrahim AS. Tetapi setelah masa kerasulan Nabi Muhammad SAW maka ibadah haji ditegakkan kembali.
Nabi Muhammad pada tahun 632, sebelum beliau wafat telah memantapkan bentuk-bentuk haji yang dipertahankan dalam Islam. Haji telah menempati posisi yang penting dalam peribadatan Islam, karena mencakup semua peribadatan yang ada dalam Islam, seperti sholat, puasa, dan zakat, baik itu secara ruhani maupun fisik. Setelah masa ini, peribadatan dalam haji terfokus secara lebih tajam. la bersifat intertribal tidak lagi karena ia menghimpun berbagai berhala dari semua suku, tetapi karena sistem peribadatannya mengatasi suku apapun - bahkan suku Quraisy sendiri. Umat Islam mencium Hajar Aswad (Batu Hitam) di sudut Ka'bah yang tidak lagi sebagai penjelmaan beberapa dewa, tetapi sebagai tindak simbolis kesetiaan pada Allah, yang telah mengutus Nabi Ibrahim dan juga Nabi Muhammad untuk membimbing umat manusia. Sahabat Umar bin Khattab mengatakan :
“Dari ibn 'Umar, bahwa Umar ra. mencium hajar aswad kernudian berkata: "Saya tahu bahwa kamu adalah batu, kalau bukan karena aku melihat Rasulullah saw. menciummu maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Imam Ahmad)
Haji merupakan peribadatan dan ajaran yang diwasiatkan Allah kepada para nabi dan rasul terdahulu. Caranya dan ketentuan haji yang dilaksanakan para nabi dan rasul terdahulu itu sama, karena dasarnya juga sama, yakni bersumber dari satu, Allah Tuhan Yang Esa. Semua nabi dan rasul terdahulu diberi pengetahuan tentang risalah dan tata cara ibadah haji bagi pengikutnya dan umat lainnya dimasa mendatang setelah mereka. Tuhan secara khusus menyampaikan Firman-Nya kepada Nabi Daud yang meramalkan tentang akan ramainya orang yang akan menunaikan ibadah haji dimasa mendatang (tepatnya di masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang). Perhatikan ayat Alkitab yang memuat ramalan Nabi Daud berikut ini :
1. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu : Gitit. Mazmur Bani Korah.
2. Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
3. Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
4. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
5. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu yang terus-menerus memuji-muji Engkau.
6. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
7. Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.
8. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
9. Ya Tuhan, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga ya, Allah Yakub.
10. Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kau urapi!
11. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik kami berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemahkemah orang fasik.
12. Sebab, Tuhan Allah adalah matahari dan perisai, kasih dan kemuliaan ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak tercela.
13. Ya Tuhan semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!" (Mazmur 84:1-13)
Nubuat atau ramalan di atas, sangat jelas menerangkan Bait Allah (Ka’bah) yang ada di Makkah (Masjidil Haram), dan sedikit menyinggung Bait Allah yang ada di Yerussalem, Palestina, seperti keterangan berikut :
1. Ayat 1-3 : menerangkan bahwa rumah Tuhan (Bait Allah) itu selalu dirindukan setiap orang untuk menziarahinya.
2. Ayat 4 : mengisyaratkan masing-masing utusan Allah mendapatkan tempat bagi umatnya. Burung pipit mengisyaratkan adanya seorang nabi termuda dalam kerajaan Allah yaitu nabi Muhammad, sedang burung layang-layang adalah para nabi Bani Israel yang telah lebih dahulu mendapat tempat di Bait al-Maqdis Yerussalem.
3. Ayat 5-6 : menerangkan keutamaan orang yang berada di dalam bait Allah dan mereka yang berkeinginan untuk ziarah ke tempat tersebut. Rasulullah Muhammad menyabdakan bahwa ziarah yang disunnahkan adalah ke tiga tempat: masjid al-Haram, masjid Nabawi, dan masjid al-Quds (di Yerussalem). (Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. 2, hal. 71)
4. Ayat 7 : tidak lagi isyarat, tapi menunjuk nama lain Makkah yaitu Bakka, dengan ciri khasnya sumur zam-zam yang tidak pernah kering hingga saat ini.
5. Ayat 8, 9, 10 : mengisyaratkan adanya ibadah yang dilakukan sambil berjalan, seperti sa'i dan tawaf serta perjalanan ke masyairal-muqaddasah (wilayah-wilayah suci) hingga sampai ke masy'ar, yang kita sebut 'Arafah, untuk ibadah pamungkas dalam ritual haji yaitu wukuf. Masy'ar, adalah kata bahasa Arab dalam bentuk kata tempat atau menunjuk tempat, dari akar kata sy`a-ra yang memiliki makna ritual (syi'ar). Maka masy'ar adalah tempat ritual, atau tempat suci. Hal ini dikuatkan dengan penambahan al-Muqaddasah yang memang berarti suci). Kata masya'ir di sini, menurut hemat kami, sangat identik dengan kata Sion atau Zion. Baik Yahudi maupun Kristen menggunakan kata Sion sebagai simbol untuk Jerussalem, yang pada tempat lain kata Sion merujuk pada suatu bukit terletak di barat daya Jerussalem.
6. Ayat 11 : mengisyaratkan keunggulan sholat di bait Allah yang nilainya 1000 kali lebih baik dibanding tempat lain. Sebagaimana sabda Rasulullah : "Sholat di masjidku (masjid Madinah) seribu kali lebih baik dari lainnya kecuali masjid al-Haram". Hadits-hadits yang menyebut angka tentang keunggulan sholat di tiga tempat, Al-Haram, An-Nabawi, dan Al-Aqsha, menggunakan bahasa hiperbol untuk menunjukkan keutamaan tempat tersebut. Ayat ini juga menunjukkan keutamaan tempat di depan pintu bait Allah (Ka'bah), yang kita kenal dengan sebutan multazam.
7. Ayat 1 hingga 6 : mengupas bait Allah secara umum - yang ada di Makkah dan Yerussalem-, sedang selebihnya lebih terfokus kepada bait Allah yang ada di Makkah. Dalam beberapa edisi Alkitab, beberapa kata dari mazmur ini sering kali disamarkan, khususnya kata Bakka. Dalam Alkitab edisi Internasional dalam bahasa Arab, menerjemahkan Bakka, dengan bukaa’ (tangisan), sementara yang dalam bahasa Inggris tetap memakai Bacca. Dalam Alkitab edisi Indonesia, tempatan Gedeon (1976), menerjemahkan Bakka dengan "pokok kertau". Sedang Alkitab edisi milenium (2000) tetap menuliskan "Bakka".
Yesus Ingin Melembagakan Ibadah Haji
Pertanyaannya adalah apakah Yesus selama hidupnya pernah berkeinginan untuk pergi haji ke Mekkah dan melembagakan ibadah haji kepada umatnya? Tentu saja, iya! Yesus ternyata juga ingin sekali berangkat ke Mekkah dan memperkenalkan ibadah haji kepada murid-muridnya. Coba perhatikan apa yang dikatakan Yesus kepada Petrus tentang keinginannya tersebut :
“Dan Aku pun berkata kepadamu : Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku ….” (Matius 16:18)
Perhatikan ayat bergaris bawah yang tertulis : “di atas batu karang”. Kata tersebut, dalam Alkitab aslinya yang berbahasa Yunani tertulis “di Petra”. Nah, yang menjadi kekeliruan para penterjemah Kristen disini adalah bahwa mereka telah semena-mena menterjemahkan kata “di Petra” menjadi “di atas batu karang”. Sehingga umat Kristen lalu mengartikan bahwa diatas batu karang itu kita harus mendirikan gereja. Dan akhirnya tersebarlah jutaan gereja di seluruh penjuru dunia.
Padahal bukan pendirian gereja seperti itu yang dimaksudkan oleh Yesus, tetapi Yesus berkata : “…di Petra Aku akan mendirikan jemaatku”. Apakah Petra itu? Kata “Petra” sebenarnya merupakan nama sebuah tempat atau lokasi yang tidak bisa diterjemahkan secara langsung, sebab nama tempat memang harus ditulis dengan nama aslinya. Kita tidak mungkin menulis tempat bernama “Cipanas” menjadi Ci-Hot
(panas) dalam bahasa Inggris. Bisa-bisa orang-orang Cipanas nanti panas (marah) semua gara-gara nama wilayah mereka berubah menjadi Ci-Hot. Kata “Petra” ya, harus tetap ditulis dengan “Petra”. Kata “Cipanas”, ya tetap ditulis dengan “Cipanas”. Tidak boleh diubah-ubah!
Nah, lalu “Petra” itu ada dimana? Coba perhatikan peta kemah dunia pada zaman Yesus. Disebutkan dalam peta tersebut nama-nama tempat, posisi dan arah dari suatu tempat tersebut. Seperti Antioph yang berada di sebelah utara, Romawi yang berada di sebelah barat, Babilonia yang berada disebelah timur, dan Alexandria yang berada di sebelah selatan. Lalu Petra ada dimana? Ternyata tempat bernama “Petra” itu berada di sebelah tenggara Palestina. Dan satu-satunya wilayah yang tepat berada di sebelah tenggara Palestina ternyata adalah Negara Kerajaan Saudi Arabia, yang didalamnya terdapat kota suci bernama Mekkah. Jangan lupa, dalam Bible Dictionary (kamus alkitab) yang menjadi rujukan Umat Kristen, kata “Petra” tidak pernah ditemukan dalam bentuk huruf “P” atau “G” (Gereja) dalam kamus tersebut. Kata “Petra” pada kamus tersebut justru tertulis dibawah huruf N (Nebayot). Tahukah anda, siapakah Nebayot tersebut? Nebayot adalah putera sulung dari Nabi Ismail. Sedangkan Nabi Ismail sendiri adalah Mbah Buyut Kakungnya atau Nenek Moyang dari Nabi Muhammad SAW. Nebayot artinya kambing jantan, ia mempunyai adik bernama Kedar. Nabi Ismail, Nebayot, dan Kedar tinggal di Petra. Jelasnya, Petra adalah nama kuno dari Mekkah, merupakan Ibukota keturunan Nebayot dan Kedar di masa lalu. Di Mekkah terdapat bangunan suci bernama Ka’bah yang terletak didalam komplek Masjidil Haram, Saudi Arabia.
Mengapa Mekkah dulunya dikenal dengan sebutan “Petra”? Karena di sana terdapat sebuah batu berharga yang sangat dimuliakan oleh penduduknya. Batu itu bukanlah intan, emas, berlian, zamrud, atau permata. Ia hanyalah sebongkah batu biasa berwarna hitam, yang bentuknya tidak lebih menarik dari batu-batu lain yang dapat kita temukan disekitar kita. Kelebihan batu hitam tersebut hanyalah karena ia mempunyai nilai historis dan mukjizat yang sangat tinggi. Batu tersebut konon dulunya merupakan bongkahan batu sorga yang dikirimkan Allah kepada Nabi Ibrahim As. (Abraham), guna dipakai oleh beliau untuk merampungkan pekerjaan pembangunan Ka’bah-Baitullah (Betel) yang belum diselesaikan. Sebagai bukti kemukjizatan batu ini, orang-orang yang pernah berhaji dapat merasakan adanya bau harum yang terhembus dari batu tersebut, padahal batu tersebut tidak pernah diberi wangi-wangian oleh manusia. Bau harum pada batu tersebut tidak pernah berubah atau berkurang, baunya masih tetap sama seperti yang pernah dirasakan oleh para Nabi dan Rasul-Rasul Allah terdahulu, seperti yang dapat dilihat dalam Alkitab Kejadian 28:17-19, 35:4, dan 14-15. Batu ini juga pernah dicium oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, bukan dalam arti menyembahnya, tetapi hanya sekedar untuk bernostalgia mengingat leluhurnya, Nabi Ibrahim as, serta ungkapan rasa kagum beliau atas mukjizat yang diturunkan Allah tersebut. Batu mulia tersebut dikenal oleh umat Islam dengan nama “Hajar Aswad” yang sekarang ini masih tetap berbau harum dan tersimpan dengan baik di dalam bangunan suci Ka’bah.
Sangat jelas, Yesus ternyata ingin sekali mengajak pengikutnya pergi ke Mekkah dan melaksanakan ritual Haji di tempat tersebut. Namun sayang, cita-cita Yesus tersebut belum kesampaian, karena beliau keburu disalib oleh musuh-musuhnya. Hanya dengan izin Allah semata, Yesus akhirnya diselamatkan dari percobaan pembunuhan ditiang salib tersebut. Setelah itu Yesus kemudian diam-diam pergi mengungsi keluar dari Yerusalem untuk menghindari kejaran musuh-musuhnya, sekaligus sambil melanjutkan tugas dakwah untuk mencari kesepuluh suku Israel yang hilang yang tersebar diluar Yerusalem.
BAB VI
PENYEBAB MUNCULNYA PERBEDAAN AGAMA
Dalam Al Qur’an, Surat Al-A'raf:172, Allah telah menginformasikan bahwa sebelum dilahirkan, manusia itu telah berjanji dan membuat pernyataan kepada Allah, sebagaimana firman-Nya : Alastu birabbikum (bukankah aku ini Tuhanmu)? Tanya Allah kepada manusia sebelum ia dilahirkan. Kemudian dengan tegas dijawab: "Bala Syahidna (Betul, kami bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan kami). Dari sini kita ketahui bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia, sebelumnya telah dibekali dengan tauhid oleh Allah Sang Maha Pencipta.
Namun, setelah lahir kedunia, maka sang bayi tersebut kemudian terpengaruh oleh dua hal yang mengakibatkan ia terlupa atau teringat kembali akan janji “tauhid” yang diucapkannya dulu kepada Tuhan. Dua hal yang mempengaruhi seorang bayi hingga ia dewasa nantinya, adalah pengaruh orangtua (keluarga) dan pengaruh lingkungan di sekitar tempat ia hidup dan bersosialisasi. Rasulullah SAW bersabda :
"Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), kedua orangtuanya-lah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi.”
Seorang anak itu ibarat kertas kosong yang belum dicorat-coret. Kertas kosong ini adalah tauhid (mengakui ke-Esa-an Allah). Kemudian orang tuanya dan lingkunganlah yang nantinya akan mencorat-coret kertas kosong tersebut. Apakah ia akan diisi dengan paham Hindu, Budha, Konghucu, Sinto, Kristen, Katolik dan lain sebagainya.
Saat seseorang masih kanak-kanak, wajar ia dulunya ikut-ikutan dengan agama yang dianut orangtuanya, karena belum memiliki kemampuan berpikir dan menalar dengan baik. Namun alangkah bodohnya, ketika seseorang telah dewasa ternyata ia masih tidak mampu merubah pola pikir kanak-kanaknya, dengan terus saja mengikuti tradisi agama nenek moyangnya, tanpa pernah mengetahui, apakah agama yang dianutnya itu benar atau tidak.
Kemalasan Berpikir
Salah satu sebab yang membuat kebanyakan seseorang tersesat adalah keyakinannya bahwa apa yang dilakukan "sebagian besar" manusia adalah benar. Manusia biasanya lebih cenderung menerima apa yang diajarkan oleh orang-orang disekitarnya, daripada berpikir untuk mencari sendiri kebenaran dari apa yang diajarkan tersebut. Ia melihat bahwa hal-hal yang pada mulanya kelihatannya janggal seringkali dianggap biasa oleh kebanyakan orang, atau bahkan tidak terlalu dipedulikan. Maka setelah beberapa lama, ia kemudian menjadi terbiasa juga dengan hal-hal tersebut.
Sebagai contoh : sebagian besar dari masyarakat di sekitarnya tidak berpikir bahwa suatu hari mereka akan mati. Mereka bahkan tidak membiarkan satu orang pun berbicara mengenai masalah ini untuk mengingatkan tentang kematian. Seseorang yang berada dalam lingkungan yang demikian akan berkata,"Karena semua orang seperti itu, maka tidak ada salahnya jika saya berperilaku sama seperti mereka." Lalu orang tersebut menjalani hidupnya tanpa mengingat kematian sama sekali. Sebaliknya, jika orang-orang di sekitarnya bertingkah laku sebagai orang yang takut kepada Allah dan beramal secara sungguh-sungguh untuk hari akhir, sangat mungkin orang ini akan juga berubah sikap.
Kebanyakan manusia memang jarang yang mau mempergunakan pikirannya untuk meneliti sebuah kebenaran. Hal ini disebabkan adanya kemalasan mental yang dialami seorang. Akibat kemalasan mental tersebut, manusia cenderung melakukan segala sesuatu sebagaimana yang pernah mereka saksikan dan terbiasa mereka lakukan. Untuk memberikan sebuah contoh dari kehidupan sehari-hari: cara yang digunakan para ibu rumah tangga dalam membersihkan rumah adalah sebagaimana yang telah mereka lihat dari ibu-ibu mereka dahulu. Pada umumnya tidak ada yang berpikir, "Bagaimana membersihkan rumah dengan cara yang lebih praktis dan hasil yang lebih bersih" dengan kata lain, berusaha menemukan cara baru. Demikian juga, ketika ada yang perlu diperbaiki, manusia biasanya menggunakan cara yang telah diajarkan ketika mereka masih kanak-kanak. Umumnya mereka enggan berusaha menemukan cara baru yang mungkin lebih praktis dan berdaya guna. Cara berbicara orang-orang ini juga sama. Cara bagaimana seorang akuntan berbicara, misalnya, sama seperti akuntan-akuntan yang lain yang pernah ia lihat selama hidupnya. Para dokter, banker, penjual…..dan orang-orang dari latar belakang apapun mempunyai cara bicara yang khas. Mereka tidak berusaha mencari yang paling tepat, paling baik dan paling menguntungkan dengan berpikir. Mereka sekedar meniru dari apa yang telah mereka lihat.
Cara pemecahan masalah yang dipakai juga menunjukkan kemalasan dalam berpikir. Sebagai contoh : dalam menangani masalah sampah, seorang manajer sebuah gedung menerapkan metode yang sama sebagaimana yang telah dipakai oleh manajer sebelumnya. Atau seorang walikota berusaha mencari jalan keluar tentang masalah jalan raya dengan meniru cara yang digunakan oleh walikota-walikota sebelumnya. Dalam banyak hal, ia tidak dapat mencari pemecahan yang baru dikarenakan tidak mau berpikir.
Dalam Al-Qur'an, Allah mengkritik keadaan orang-orang yang tidak mau berpikir atau terbiasa berpikir dangkal :
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya". (Q.S. Ar-Ruum:7-8)
Sudah pasti, contoh-contoh di atas dapat berakibat fatal bagi kehidupan manusia jika tidak ditangani secara benar. Padahal masih ada masalah yang lebih penting dari itu semua, yakni kepercayaan terhadap suatu agama. Doktrin pengajaran suatu agama adalah sesuatu yang wajib dipikirkan oleh manusia. Jika tidak, maka akan mendatangkan kerugian yang besar dan kebinasaan bagi manusia, padahal agama adalah urusan yang menyangkut keselamatan setiap manusia kelak. Penyebab kerugian tersebut adalah kegagalan seseorang dalam berpikir tentang tujuan keberadaannya di dunia; ketidakpedulian akan ajaran Tuhan yang benar, ketidakpedulian akan kematian sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari; dan kepastian akan hari kiamat dan pertanggungjawaban setelah mati. Dalam Al-Qur'an, Allah mengajak manusia untuk merenungkan fakta yang sangat penting ini :
"Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?" (Q.S. Huud:21-24)
"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran." (Q.S. An-Nahl:17)
Alasan Manusia Diciptakan
Harap untuk diketahui bahwa manusia itu diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah semata, dan bukan kepada tuhan-tuhan lain. Firman Allah :
“Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat:56)
Seperti disebutkan dalam ayat tersebut, keberadaan manusia di bumi ini semata-mata untuk menjadi hamba Allah, untuk menyembah-Nya dan untuk memperoleh ridha-Nya. Penghambaan manusia kepada Allah merupakan batu ujian selama ia hidup di muka bumi. Allah sengaja menguji manusia di muka bumi untuk memisahkan antara mereka yang beriman kepada tauhid dan mereka yang tidak beriman kepada tauhid, serta untuk menentukan siapa yang terbaik amal perbuatannya. Oleh karena itu, pengakuan seperti “aku beriman” tanpa bukti tindakan yang sesuai dengan kehendak dan ketentuan yang diinginkan Allah, tidaklah cukup. Di sepanjang hayatnya, manusia diuji dalam hal keimanan dan keta’atannya kepada Allah, termasuk kegigihannya dalam memperjuangkan agama Allah. Pendek kata, kita semua diuji dalam ketabahan sebagai hamba Allah dalam berbagai kondisi dan lingkungan yang dikehendaki-Nya. Firman Allah :
“Dia Yang Mematikan dan Menghidupkan untuk menguji siapa di antara kamu yang terbaik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al Mulk:2)
Lalu bagaimana cara manusia mengabdi kepada Allah? Tentu saja dengan cara yang dinginkan dan disukai oleh Allah sendiri. Ibadah yang disukai Allah ialah ibadah seorang manusia yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk tujuan mencapai kehendak dan ridha Allah, takut kepada Allah, dan mengarahkan seluruh pikiran dan perkataan serta perbuatan untuk tujuan tersebut. Firman Allah :
“Katakanlah : Sesungguhnya sholatku dan ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am:162)
Manusia Itu Sebenarnya Beragama Satu
Manusia sejak ia belum diciptakan, rohnya sudah berjanji bahwa ia akan mengesakan Tuhan yang satu, yakni Allah Azza Wajalla, Tuhan Penguasa Jagat Raya. Bahkan untuk mengawal dan mengingatkan akan janji manusia tersebut, Allah telah mengutus para nabi dan rasul sebagai pembimbing, penguat, dan penunjuk jalan yang lurus yang harus dilalui oleh manusia terkait dengan janji mereka tersebut.
Nabi pertama dan manusia pertama yang diberi tugas untuk mengawal dan menjadi pengawas janji manusia akan keesaan Tuhan itu adalah Nabi Adam as. Namun apa yang terjadi selanjutnya adalah bahwa ternyata anak Nabi Adam as. yang bernama Qabil melanggar janjinya dan melakukan perbuatan jahat untuk merusak ajaran Tauhid yang dibawa oleh orangtuanya.
Lama setelah masa Nabi Adam as., manusia tidak lagi memiliki seorang pengawas yang membimbing mereka, hingga timbullah perselisihan, kekacauan, dan keributan. Dengan kata lain muncul rasa egois diantara manusia yang inginnya mau menang sendiri dan mau benar sendiri. Ajaran tauhid yang ditinggalkan Nabi Adam kemudian “diutak-atik” dan ditafsirkan sesuai dengan selera dan kepentingan masing-masing orang, sehingga ajaran tersebut menjadi rusak, lalu kemudian muncullah beraneka ragam kepercayaan hasil kreasi sekelompok masyarakat atau individu yang akhirnya menimbulkan perselisihan yang semakin tajam antara satu dengan yang lainnya. (Lihat Q.S. Yunus :19)
Karena kekacauan dalam masyarakat sudah sedemikian luas akibat rusaknya ajaran agama dan moral, maka kembali diutuslah para nabi dan rasul berikutnya sebagai penengah, pemberi peringatan, dan pembawa kabar gembira untuk memberi keputusan dan menyampaikan Firman Tuhan yang benar sekaligus meluruskan ajaran agama tauhid yang telah diselewengkan oleh masyarakat kebanyakan. (Lihat Q.S. Al-Baqarah:213)
Namun apa yang terjadi, para nabi dan rasul yang diutus itu akhirnya mendapatkan caci maki, penghinaan, dan pelecehan sedemikian rupa dari segolongan masyarakat yang tidak suka ajaran hasil kreasi mereka diganggu gugat. Penolakan terhadap ajaran para nabi dan rasul ini lebih keras dilancarkan oleh para tokoh dan pemuka masyarakat setempat, sebab mereka khawatir otoritas kepemimpinan mereka terancam dengan keberadaan para nabi dan rasul-rasul Allah tersebut. Hal ini dapat dimaklumi, sebab mereka sebelumnya adalah pemegang kekuasaan dalam masyarakat yang punya hak penuh untuk mengontrol, mempengaruhi dan memaksa masyarakat dengan pengaruh mereka, baik itu pengaruh kepercayaan, adat-istiadat, politik, budaya, dan lain-lain. Para pemegang kekuasaan dalam masyarakat ini cenderung sangat konservatif dan otoriter, karena mereka menutup celah untuk merubah adat kebiasaan yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan tidak boleh dirubah lagi, walaupun ternyata hal tersebut dianggap salah dan menyesatkan oleh para nabi dan rasul-rasul Tuhan. Penolakan mereka terebut cenderung hanya didasarkan pada rasa dengki dan iri hati semata, karena mereka takut tersingkir dan tersaingi oleh para nabi dan rasul-rasul Tuhan. Padahal tidak seharusnya mereka berpikir dan memperlakukan para nabi dan rasul-rasul Tuhan seperti itu, karena para nabi dan rasul-rasul Tuhan bukanlah pesaing, tetapi mereka adalah mitra sahabat yang bisa diajak bekerja sama untuk menyuarakan kebenaran. Seandainya hal itu memang sebuah kebenaran, mengapa kita semua harus takut akan kebenaran. Walaupun pahit, kalau itu benar ... ya kita akui saja. Iya khan?
Jadi manakala manusia telah berbuat penyelewengan yang sedemikian luas dengan merusak ajaran agama tauhid, maka Allah mengutus para nabi dan rasul untuk mengingatkan mereka agar kembali ke jalan yang lurus. Sebagai contoh, saat Nabi Musa as. diutus kepada umatnya, Bani Israel, mereka dengan setia mengikuti kepada ajarannya. Namun ketika beliau wafat, salah seorang pengikutnya bernama Samiri bersama kawan-kawannya berulah dengan mengutak-atik ajaran Nabi Musa as yang sudah benar, dengan semaunya sendiri. Samiri dan kawan-kawannya ini kemudian mempengaruhi dan mempropokasi masyarakat banyak dengan ajaran hasil kreatifitasnya tersebut, sehingga akhirnya banyak dikalangan umat Israel menjadi tersesat lagi dan menyeleweng dari jalan Tuhan yang benar.
Sampai beberapa ratus tahun kemudian, diutuslah Nabi Yesus as. kepada umat Israel untuk meluruskan cara dan perilaku beragama orang-orang Israel yang sudah sedemikian jauh terjerumus kedalam kesesatan yang sangat parah. Ajaran Tauhid dan Taurat yang diajarkan Nabi Musa as. kepada mereka tidak dilaksanakan dengan benar sebagaimana yang telah diperintahkan kepada mereka dahulu. Nabi Yesus as. bahkan harus “pontang-panting”, berkeringat dan bersimbah darah untuk mengingatkan umatnya agar kembali kepada ajaran Tauhid Musa yang benar. Namun begitu, umatnya tetap “ngeyel” dan bahkan berusaha untuk membunuhnya ditiang salib. Untungnya Nabi Yesus as. berhasil selamat atas izin Allah dan beliau lalu mengungsi keluar dari Palestina. Sepeninggal beliau, terjadi kekacauan dan kekisruhan di Palestina akibat ulah seorang “nabi palsu” bernama Paulus yang “mengaku-ngaku” sebagai murid Yesus, meskipun Yesus sendiri tidak pernah bertemu langsung dengannya. Paulus ini dengan daya khayal dan imajinasinya yang luar biasa kemudian menafsirkan ajaran Yesus sedemikian rupa dan mendramatisir peristiwa penyaliban Yesus secara berlebih-lebihan, sehingga banyak orang yang terpengaruh dan tersesat dengan doktrin pengajarannya yang aneh dan bertentangan dengan ajaran Yesus yang asli.
Akibat ajaran baru Paulus ini, kemudian muncul lagi perselisihan di kalangan masyarakat Yahudi-Israel. Paulus ditentang oleh orang-orang Yahudi gara-gara mengubah ajaran Taurat dan lalu mengajarkannya kepada orang-orang asing (Yunani). Contoh pertentangan yang paling sengit terjadi antara Paulus, yang nekad merubah Taurat dan mengkultuskan Yesus sebagai Tuhan, dengan murid Yesus, bernama Yakobus yang menentang segala bentuk pelecehan terhadap Taurat dan menentang pengatributan Yesus sebagai Tuhan. Selanjutnya perselisihan lainnya juga terjadi antara golongan Athanasius yang menuhankan 3 pribadi, yakni Bapa, Yesus, dan Roh Kudus menjadi Tuhan yang satu dengan golongan Arius yang mengajarkan Ketuhanan Yang Maha Esa secara mutlak, dan seterusnya. Pertentangan tersebut berlangsung selama ratusan tahun yang akhirnya dimenangkan oleh Paulus, Athanasius, dan pendukung-pendukungnya yang dalam sejarah tercatat paling banyak melakukan pembantaian terhadap jutaan anggota kelompok pengikut Yakobus dan Arius.
Yesus, Yakobus, dan Arius seperti para nabi dan rasul-rasul Allah terdahulu selalu menyuarakan ajaran tauhid dan mengajarkan keesaan Tuhan, tetapi ajaran yang benar tersebut justru akhirnya dirusak oleh Paulus dan para pengikutnya. Ajaran Yesus yang “Islami” akhirnya terpinggirkan, dan kini diganti dengan ajaran Paulus yang kita kenal dengan nama “Kristen”.
Sepeninggal Yesus, keadaan dunia dimasa itu sudah sangat memperihatinkan dan kacau balau. Kebanyakan manusia akhirnya tersesat lagi, karena mereka tidak lagi menemukan mana ajaran tauhid yang benar dan yang asli. Sehingga Allah kemudian mengutus seorang nabi dan rasul terakhir untuk seluruh dunia yang bernama Nabi Muhammad saw. Maksud kedatangan Nabi Muhammad saw. diutus kedunia sama persis dengan maksud kedatangan para nabi dan rasul sebelum beliau, yakni guna meluruskan dan mengingatkan kembali kepada seluruh manusia agar berpegang teguh kepada ajaran tauhid atau kembali mengikrarkan keesaan Tuhan.
Anjuran Nabi Muhammad saw. ini akhirnya banyak diikuti oleh umat manusia dari berbagai bangsa hingga saat ini. Namun masih banyak juga yang menolak dan mengingkari ajaran tauhid yang dibawa oleh beliau. Padahal kita semua tahu bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sama saja dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Adam, Abraham, Musa, Yakub, Daud, Salomo, Zakaria, Yohanes Pembaptis, Yesus as, dan nabi-nabi lainnya. Semuanya mengajarkan ajaran tauhid yang kini dikenal dalam sebuah agama bernama “damai sejahtera” yang dibahasa-arabkan menjadi “Islam”.
Mengapa Allah Membiarkan Manusia Terpecah Kedalam Berbagai Agama?
Sebenarnya Allah bisa saja turun tangan langsung menyelesaikan berbagai perselisihan agama diantara manusia tersebut dan membuat seluruh manusia dimuka bumi ini beriman kepada-Nya. Allah berfirman :
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya." (Q.S. Yunus:99)
Namun Allah tidak mau bersikap otoriter dan memaksa manusia. Allah itu sangat demokratis, sehingga Allah memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada manusia untuk memilih apakah mereka benar-benar mau beriman atau mengingkari. Firman Allah :
"Beritahukan wahai Muhammad, kebenaran itu berasal dari Tuhan kalian, barangsiapa mau beriman silahkan dan barangsiapa mau ingkar juga silahkan." (Q.S. Al-Kahfi:29)
Jadi manusia itu mau beriman atau ingkar terhadap Allah dan kebenaran yang ada, sangat banyak dipengaruhi oleh pilihannya sendiri. Dalam diri mereka telah dilengkapi dua potensi besar yang saling berhadapan, yakni potensi untuk melakukan kebajikan (beriman) dan potensi untuk melakukan kejahatan (ingkar dan maksiat).
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa (manusia) itu, kecenderungan kefasikan dan ketaqwaan." (Q.S. As-Syams:8)
Sikap fasik dan sikap taqwa ini sepanjang sejarah umat manusia terus-menerus berhadapan, bukan hanya antar individu dengan individu lain, akan tetapi juga dalam satu individu itu sendiri. Kenyataan seperti ini terus berlanjut hingga kini, baik dalam skala kecil maupun besar, bahkan termasuk antar bangsa, antar ideologi, antar filsafat, dan terutama antar budaya.
Karena kebebasan memilih itu sudah diberikan Allah seluas-luasnya kepada manusia, maka Allah juga di hari perhitungan nanti (hari kiamat) pasti juga akan memilih dan memilah-milah siapa saja diantara hamba-hambanya yang memilih dengan hati yang mantap akan petunjuk-Nya yang benar atau memilih kesesatan. Antara kedua pilihan itu sudah Allah jodohkan dengan 2 pilihan juga, yakni tempat bernama surga dan neraka. Siapa saja yang akan menempati surga dan siapa saja yang akan menempati neraka akan tergantung dengan bagaimana pilihan manusia selama hidupnya didunia, apakah mereka akan memilih jalan yang benar atau jalan yang sesat. Semoga kita senantiasa diberikan hidayah, bimbingan dan petunjuk oleh-Nya. Amien.
BAB VII
YESUS MENIKAH
Isyarat Al Qur’an Tentang Pernikahan Yesus
Banyak orang yang mengira selama hidupnya Yesus tidak pernah menikah atau membujang seumur hidup, namun ternyata ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya mempunyai istri, bahkan Yesus bukan hanya memiliki seorang istri, tapi malah mempunyai lebih dari satu istri.
Dalam Al Qur’an, Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa para nabi dan rasul-Nya yang laki-laki, termasuk Yesus, semuanya menikah, beristri, dan mempunyai keturunan. Perhatikan Firman Allah berikut ini :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar-Ra’d:38)
Pesta Pernikahan Yesus : Mencurahkan Minyak Wangi
Beberapa penyelidikan terhadap naskah laut mati oleh para ahli teologi dan ilmuan sejarawan menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan tentang Yesus yang menikah dan mempunyai istri lebih dari satu. Salah satu guru besar teologi dan alkitab dari Universitas Sydney Australia bernama Prof. Dr. Barbara Thierings (dalam Sanihu Munir) yang melakukan penelitian ilmiah secara mendalam terhadap naskah laut mati selama kurang lebih 20 tahun dan menghubungkannya dengan ayat-ayat Alkitab, menemukan bukti bahwa Yesus melakukan pernikahan dan mempunyai istri, bahkan Yesus mempunyai lebih dari seorang orang istri.
Namun umat Kristen kebanyakan, bahkan beberapa di kalangan umat Islam awam tidak mengetahui informasi tentang pernikahan Yesus. Sebab informasi tentang adanya pernikahan Yesus dan mempunyai istri tersebut berusaha disembunyikan dan dikaburkan oleh pihak gereja yang takut akan terjadi kegemparan besar dalam keyakinan Kristen yang mereka ajarkan selama ini.
Upacara pernikahan Yesus dapat dilihat pada Alkitab Perjanjian Baru yang tertulis sebagai berikut :
“…. Datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. .…” (Markus 14:3)
“…. Datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakinya lalu membasahi kakinya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakinya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. ….” (Lukas 7:37-38)
“Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, dan bau minyak semerbak diseluruh ruangan rumah itu.” (Yohanes 12:3)
Siapakah perempuan bernama Maria tersebut? Jawabannya mudah dan semua umat Kristen pasti sepakat mengatakan bahwa perempuan itu tidak lain adalah Maria Magdalena.
Nah, cerita tentang seorang wanita bernama Maria Magdalena yang datang membawa minyak wangi narwastu lalu dicurahkan ke atas kepala laki-laki bernama Yesus, kemudian Maria Magdalena berdiri di belakang Yesus, mencium kaki Yesus, dan meminyakinya dengan minyak wangi
Peristiwa yang mengisyaratkan upacara pernikahan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dihubungkan dengan ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab Perjanjian Lama sebagai berikut :
“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah…” (Kidung Agung 1:2-3)
Ingat, pada Injil Markus 14:3 dan Lukas 7:37-38, Maria Magdalena diceritakan datang mencium Yesus dan mencurahkan minyak wangi ke atas kepala Yesus. Nah, berdasarkan Kidung Agung itu artinya adalah sebuah upacara pernikahan. Ingat, Kidung Agung adalah Kitab tentang pernikahan. Semua orang-orang Yahudi dimanapun mereka berada pasti mengakui bahwa cerita tersebut memang merupakan tradisi upacara pernikahan di kalangan para bangsawan Yahudi dan masih berlaku hingga sekarang. Harap diketahui bahwa Yesus adalah seorang bangsawan Yahudi, dari keturunan dinasti Daud, Raja Yahudi terkemuka. Begitupula dengan Maria Magdalena, ia adalah wanita bangsawan Yahudi dari Suku Benyamin (salah satu dari 12 suku Israel).
Memang jika kita membaca keseluruhan Markus 14:3, Lukas 7:37-38, dan Yohanes 12:3 yang menceritakan kedatangan Maria Magdalena tersebut. Ada kesan seakan-akan cerita tersebut akan mengarahkan pembaca untuk menuduh bahwa Maria Magdalena adalah seorang wanita pelacur yang berdosa lalu datang meminta ampun kepada Yesus. Dan kebanyakan umat Kristen berpikir dan meyakini bahwa Maria Magdalena itu adalah perempuan berdosa yang minta ampun kepada Yesus.
Sesungguhnya pola pikir kita yang menganggap Maria Magdalena itu perempuan pelacur dan pendosa itu adalah keliru. Sebab Gereja-lah yang menyebabkan kita berpikir seperti itu. Institusi Gereja berusaha menutupi informasi pernikahan Yesus tersebut dengan mencoba mengaburkan dan merubah jalan cerita pernikahan Yesus tersebut menjadi cerita tentang Maria Magdalena yang berdosa dan minta ampun kepada Yesus. Sebab Gereja tidak mau konsep mereka yang menuhankan Yesus sebagai sosok Tuhan yang sempurna jadi berantakan gara-gara ada informasi tersebut. Apa jadinya jika ternyata Yesus yang mereka anggap Tuhan itu kemudian menikah dan punya anak. Sudah tentu Tuhan mereka akan mempunyai istri dan punya anak cucu dan cicit. Nah, informasi tentang pernikahan Yesus ini harus ditutup-tutupi dengan rapat oleh Gereja, sebab konsep mereka tentang Ketuhanan Yesus, kematian Yesus ditiang salib, dan Trinitas akan kacau balau nantinya.
Kita kembali kepada perilaku Maria Magdalena yang datang membawa minyak wangi dan mencium Yesus tersebut. Coba dipikir, apakah wajar seorang wanita datang membawa minyak wangi berharga mahal lalu ditumpahkan begitu saja keatas kepala laki-laki dan mencium laki-laki tersebut, hanya untuk meminta pengampunan dosa kepada laki-laki tersebut? Apakah begitu cara kita memohon pengampunan dosa dengan cara menumpahkan minyak wangi berharga mahal dan mencium laki-laki? Aneh khan?
Kita harus melihat fakta sejarah, bahwa Yesus itu sejatinya adalah orang Yahudi. Nah. dalam ajaran dan tradisi Yahudi, jika ada seorang perempuan menyentuh dan mencium laki-laki yang bukan merupakan suaminya, maka perempuan tersebut harus dihukum mati. Tapi mengapa Maria Magdalena tidak dihukum mati karena mencium Yesus? Karena Maria Magdalena adalah istri dari Yesus, dan siapapun tidak ada yang berhak melarangnya mencium Yesus, sebab Yesus adalah suaminya yang sah. Jadi penjelasan yang masuk akal adalah bahwa perbuatan Maria Magdalena yang mencurahkan minyak wangi dan mencium Yesus tersebut adalah peristiwa upacara pernikahan yang menunjukkan salah satu prosesi pernikahan, yakni mempelai wanita datang menghormat kepada calon mempelai laki-laki sebagai simbol ketaatan dan pengabdian istri kepada suami.
Harap diketahui bahwa menurut kepantasan sosial pada zaman Yesus tersebut, jelas terlarang bagi seorang lelaki Yahudi untuk tidak menikah. Menurut adat istiadat Yahudi, tidak menikah itu adalah terkutuk, dan kewajiban orangtua Yahudi adalah mencarikan istri yang pantas bagi anak laki-lakinya. Seandainya kita menganggap Yesus tidak pernah menikah, paling tidak salah satu kitab injil akan mengatakannya dan memberikan beberapa penjelasan tentang kelajangannya yang tidak biasa. Tapi nyatanya, semua injil tidak ada yang mengatakan bahwa Yesus telah membujang seumur hidupnya. Justru yang dikisahkan adalah peristiwa pernikahan Yesus, meskipun samar-samar.
Yesus Adalah “Rabbi” yang Harus Menikah
Selama hidupnya, Yesus sering dipanggil dengan sebutan “Rabbi” oleh para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang Yahudi. “Rabbi” adalah sebutan buat orang terhormat yang dianggap sebagai guru yang bijak atau tuan dalam masyarakat Yahudi. Seorang “Rabbi” Yahudi haruslah menikah agar mereka dapat dihormati dan disegani dikalangan masyarakatnya. Seorang laki-laki yang tidak menikah, tidak dapat dipanggil “Rabbi”. Yesus adalah seorang “Rabbi”, dan hampir dipastikan ia telah menikah. Ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Yesus adalah keturunan dari dinasti Nabi Daud yang mewarisi tahta kerajaan Yahudi. Dan sudah pasti ada tuntutan bagi semua keturunan pewaris tahta Daud untuk menikah. Sebab kalau tidak menikah, bagaimana mungkin tahta kerajaan akan diwariskan, kalau bukan kepada keturunan sendiri, iya khan?
Kisah Lazarus
Kemudian dalam kisah tentang Lazarus pada Injil Yohanes 11:1-44, dan Kisah Marta dan Maria Magdalena pada Lukas 10:38-42, maka anda akan menemukan beberapa fakta samar-samar, terkait dengan status kedekatan hubungan Yesus dengan Maria Magdalena. Kita tidak mengetahui kedekatan status suami-istri antara Yesus dengan Maria Magdalena dalam ayat-ayat tersebut secara jelas. Ini karena gereja telah melakukan pengaburan informasi dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Tetapi kita akhirnya mengetahui bahwa ayat-ayat tersebut sebenarnya telah diubah sedemikian rupa untuk mengaburkan informasi tentang status hubungan suami-istri antara Yesus dengan Maria Magdalena. Cerita Lazarus, Marta, dan Maria Magdalena yang benar sesungguhnya terdapat dalam Injil Markus. Injil ini adalah injil tertua yang mengilhami penulisan injil-injil lainnya, seperi Matius, Lukas, Yohanes, dan lain-lain. Seorang Profesor Sejarah Kuno di Colombia University pada tahun 1958 telah menemukan bukti sepucuk surat dari uskup Clement dari Alexandria (150M - 215M) yang ditulis untuk rekannya Theodore. Dalam suratnya tersebut Clement mengatakan bahwa beberapa ayat dari Injil Markus tersebut harus dihilangkan, karena tidak sesuai dengan ajaran gereja. (dalam Lunn : 158-159)
Ayat yang dimaksudkan oleh Clement tersebut adalah kisah tentang Lazarus, yang oleh gereja sekarang ini dikatakan secara ajaib bangkit dari kematiannya. Ia (Lazarus) menangis dari dalam kuburnya, supaya diketahui bahwa dia tidak mati ketika Yesus melihatnya. Keadaan yang sebenarnya, yang dilihat oleh Clement, adalah, Lazarus sesungguhnya hanya dikucilkan, dan itu dianggap sebagai setara dengan mati. Masa pengucilan itu berlangsung selama 4 hari. Pada hari ketiga Martha dan Maria Magdalena (saudaranya Lazarus) mengirimkan pesan kepada Yesus, mengatakan bahwa Lazarus dalam keadaan sekarat kena kutukan. Lalu Yesus kesana untuk memulihkan kesehatannya kembali. Ketika kedatangan Yesus dirumah tempat Marta dan Maria Magdalena tinggal, tempat Lazarus dibaringkan. Maria Magdalena keluar dari rumah Martha untuk menyambut Yesus, tetapi para murid Yesus menyuruhnya untuk kembali kedalam. Alasannya adalah, sebagai istri Yesus, dia hanya diperbolehkan keluar rumah atas izin suaminya.
Nah, oleh Clement, kisah tersebut direkomendasikannya kepada gereja agar dihilangkan saja. Dan akhirnya kisah tersebut benar-benar dihilangkan dari Injil Markus oleh gereja. Sekarang kita hanya bisa membaca kisah Lazarus versi Yohanes yang telah menghilangkan bagian cerita tentang : “keluarnya Maria Magdalena dari rumah Marta dalam rangka menyambut kedatangan suaminya, dan perintah para murid Yesus untuk menyuruh Maria tetap tinggal dalam rumah Marta”. Kisah tersebut berubah menjadi, “yang keluar rumah itu Marta, dan bukannya Maria Magdalena.”
“Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkannya. Tetapi Maria (Magdalena) tinggal dirumah.” (Yohanes 11:20)
Kedekatan Maria Pasca Penyaliban
Bukti lain tentang kedekatan hubungan Yesus dengan Maria Magdalena sebagai pasangan suami-istri dapat dilihat juga pada peristiwa saat Yesus diturunkan dari tiang salib, lalu tubuhnya yang terluka dibawa dan disembunyikan ke dalam gua. Nah, siapakah orang yang menjaga dan memijiti tubuh Yesus yang lagi terluka dan terbaring lemas tak berdaya didalam gua tersebut? Jawabannya adalah Maria Magdalena! Lalu siapakah yang pada hari Minggu pagi-pagi sekali menengok gua tempat tubuh Yesus sebelumnya dibaringkan, tapi ternyata ia tidak menemukan tubuh Yesus? Jawabannya adalah Maria Magdalena! Pertanyaannya adalah mengapa Maria Magdalena selalu berada dekat dengan Yesus dalam peristiwa tersebut? Mengapa ia malah perhatian sekali terhadap Yesus? Jawaban logisnya adalah karena ia memang merupakan keluarga terdekat dari Yesus, yakni selaku istrinya.
Pada masa itu, mustahil seorang wanita yang tidak berhubungan keluarga dengan seorang laki-laki, berani mendekati laki-laki tersebut dan menyentuhnya (mengurapi) tubuh laki-laki tersebut. Sebab ada larangan bagi seorang wanita Yahudi mendekati laki-laki yang bukan muhrimnya (bukan suaminya, bukan ortunya, bukan anaknya), sebab hukumannya berat bagi yang ketahuan, yakni hukuman mati atau hukuman cambuk. Maria Magdalena bukanlah orang asing bagi Yesus, karena ia adalah istrinya, jadi wajar kalau ia memperhatikan nasib suaminya begitu rupa.
Yesus Mencintai Maria Magdalena
Untuk mengetahui tentang sosok Maria Magdalena sebagai istri Yesus, kita dapat melihat lebih jelas dalam gulungan naskah laut mati yang ditemukan oleh para arkeolog dan sejarawan pada tahun 1950 di sebuah gua dekat Qumran di gurun Yudea, Palestina. Gulungan naskah laut mati tersebut merupakan catatan Kristen paling awal dan lebih dahulu muncul dari tulisan Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Dalam gulungan naskah laut mati pada bagian Injil Philipus (Gnostik Gospel) dikatakan tentang bagaimana cintanya Yesus kepada Maria Magdalena sebagai berikut :
“Dan teman akrab Sang Juru Selamat adalah Maria Magdalena. Kristus mencintainya lebih daripada cintanya kepada seluruh muridnya, dan Yesus sering mencium bibirnya. Murid-murid yang lain tersinggung karenanya, dan mengungkapkan ketidaksetujuan mereka. Mereka (Petrus) berkata kepada Yesus, Mengapa engkau lebih mencintainya daripada kami semua?” (dalam Dan Brown:341)
Kata “teman akrab” pada ayat tersebut di masa Yesus hidup, secara harfiah lazim diartikan sebagai pasangan hidup atau suami-istri. Begitu juga dengan adanya adegan “mencium mulut”, yang diartikan sebagai tindakan yang hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Dan semua sarjana Aramaic dan para sejarawan mengakui pengertian tersebut.
Baiklah kita kembali kepada Injil Philipus tersebut diatas, ketika Petrus yang tersinggung bertanya kepada Yesus : “Mengapa engkau lebih mencintainya daripada kami semua?”. Menanggapi pertanyaan Petrus tersebut, Yesus tersenyum lalu menjawab sebagai berikut :
“Hai Petrus, mengapa saya mencintai Maria Magdalena lebih daripada kalian? Karena kalau seorang yang melihat dan seorang yang buta berada di dalam kegelapan adalah sama. Tapi kalau yang melihat dan yang buta berada di dalam terang adalah berbeda.” (dalam Munir)
Lalu apa arti perkataan Yesus tersebut? Artinya adalah bahwa orang yang melihat dan orang yang buta kalau berada ditempat gelap pasti sama-sama nggak bisa melihat, tapi coba kalau orang yang melihat dan orang yang buta berada di tempat yang terang, pasti hasilnya berbeda, yakni orang buta tetap nggak bisa melihat dan orang yang melihat pasti bisa melihat dengan jelas. Nah, Yesus sebenarnya ingin membuat perumpamaan saja dengan membanding-bandingkan orang buta dengan orang yang bisa melihat. Coba kalau ada wanita cantik lalu tersenyum menawan, apakah orang buta bisa melihatnya? Jelas tidak bisa. Jadi hanya orang yang bisa melihat saja yang bisa mengenali dan melihat wanita itu cantik dengan senyumannya yang menawan. Dan, Yesus adalah orang yang bisa melihat sesuatu. Ehm …, melihat Maria Magdalena yang cantik tentunya? (dalam Munir)
Petrus Cemburu Terhadap Maria Magdalena
Kisah kecemburuan Petrus terhadap Maria Magdalena tersebut juga dapat dilihat pada Injil Magdalena sebagai berikut :
“Dan Petrus berkata, Apakah Sang Penyelamat betul-betul berbicara dengan seorang perempuan tanpa sepengetahuan kami? Apakah kami akan berpaling padanya dan semua mendengarkannya? Apakah dia lebih menyukai dia daripada kami?” (dalam Dan Brown:343)
“Dan Levi menjawab, Petrus, kau selalu tidak sabar. Sekarang aku melihatmu menentang perempuan itu seakan seorang musuh. Jika Sang Penyelamat menghormati dia, siapa sebenarnya kau hingga berani menolak perempuan itu? Pastilah Sang Penyelamat mengenalnya dengan baik. Karena itulah dia mencintainya lebih daripada kita.” (dalam Dan Brown:343)
BAB VIII
KRONOLOGIS PERNIKAHAN YESUS
Setelah pernikahan tersebut, mereka belum diperbolehkan berhubungan intim suami-istri. Hubungan seks baru diperbolehkan 3 bulan kemudian, pada bulan Desember. Maksudnya agar kelak ketika si istri hamil, maka ia bisa melahirkan bayinya tepat pada bulan September tahun depan yang bertepatan dengan hari perdamaian (Atonement). Pada bulan Desember, Yesus akhirnya bisa “berkumpul” dengan istrinya, Maria Magdalena. Selanjutnya Maria Magdalena pun mengandung.
Hanya sebulan Yesus tinggal bersama istrinya, lalu ia pun kemudian pergi ke Qumran dan hidup menyendiri disana, beribadah untuk mencari Tuhannya. Kalau orang sekarang bilang Yesus itu sedang bertapa atau beruzlah! Ini mirip dengan keadaan Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyendiri di Gua Hira’
Setelah puas menyendiri dan berhasil mendapatkan petunjuk dari Tuhannya, Yesus pun kemudian pulang untuk mengadakan pesta pernikahan yang kedua dengan istrinya, Maria Magdalena. Pesta pernikahan Yesus-Maria Magdalena yang kedua ini, yang biasa kita sebut sebagai resepsi, diadakan pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 33 M, bertempat di Kana. Dalam resepsi pernikahan ini, Maria Magdalena telah dalam keadaan hamil tiga bulan. Resepsi pernikahan ini disiarkan secara luas kepada masyarakat Yahudi pada waktu itu. Suasana resepsi pernikahan Yesus yang kedua ini dapat dilihat pada Injil Yohanes 2:1-11.
Pada saat resepsi pernikahan Yesus tersebut, banyak tamu undangan yang datang. Karena banyaknya tamu, sampai-sampai persediaan arak (tapi arak yang diminum tidak bikin teller lho?) untuk para tamu-tamu tersebut mulai habis. Banyak tamu yang belum kebagian untuk mencicipi arak tersebut. Nah, melihat keadaan darurat tersebut, Ibunya Yesus, Bunda Maria lalu menemui Yesus dan berkata : “Hai, Yesus, lihat tuh persediaan arak sudah habis. Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?” Melihat ibunya panik, konon katanya, Yesus kemudian mengeluarkan mukjizatnya yang pertama kali, yakni merubah air menjadi arak. Alhasil, persediaan arak pun menjadi bertambah dan tamu-tamu undangan semuanya dapat mencicipi arak hasil mukjizat Yesus tersebut.
Umat Kristen pasti menolak adanya resepsi pernikahan Yesus yang merujuk pada Yohanes 2:1-11, sebab menurut mereka, ayat tersebut menceritakan acara pernikahan orang lain dimana Yesus dan ibunya hanya merupakan tamu undangan dalam resepsi tersebut. Pandangan umat Kristen ini patut kita pertanyakan. Mengapa? Karena sesungguhnya Bunda Maria merupakan tuan rumah dalam resepsi pernikahan tersebut. Dan yang menikah adalah Yesus, anak kesayangannya.
Coba dipikir, kalau ia (Bunda Maria) bukan selaku tuan rumah resepsi pernikahan, buat apa ia harus merepotkan dirinya dengan urusan habisnya arak dalam resepsi tersebut, lalu bolak-balik menemui pelayan didapur? Apakah tamu undangan harus disibukkan dengan urusan pemilik resepsi? Ingat, sebagai tamu undangan itu tugas kita adalah datang, duduk, dengerin kata sambutan, dan melahap menu hidangan yang disajikan tuan rumah, dan bukannya ikut-ikutan ribut keluar masuk ke dapur pemilik resepsi untuk mengurus hidangan para tamu undangan lainnya. Jadi, penjelasan yang masuk akal adalah bahwa kesibukan Bunda Maria mengurus arak dan bertemu para pelayan itu menunjukkan bahwa ia memang adalah tuan rumah dan penyelenggara resepsi pernikahan tersebut.
Umat Kristen masih membantah dan mengatakan mungkin saja Bunda Maria sengaja mau merepotkan dirinya atas dasar permohonan atau permintaan dari tuan rumah resepsi. Namun alasan itu juga tidak berdasar, nyatanya dalam Yohanes 2:1-11 itu tidak ada ayat yang menyebutkan permintaan dari tuan rumah resepsi kepada Bunda Maria untuk merubah air menjadi arak. Inisiatif untuk merubah air menjadi arak itu datang dari Bunda Maria sendiri yang kemudian menyuruh anaknya, Yesus melakukan itu.
Tapi begitulah, gereja memang berusaha menutup-nutupi kebenaran peristiwa tersebut dengan cara mengaburkan dan memutarbalikkan informasi.
Dari hasil pernikahan Yesus dengan Maria Magdalena tersebut, beberapa tahun kemudian tepatnya pada tanggal 14 Juni 37, lahirlah anak pertama yang diberi nama Yesus Justus (dalam Munir). Isyarat tentang kelahiran anak Yesus yang pertama ini secara samar-samar dapat kita temukan pada Alkitab Kisah Para Rasul versi Indonesia sebagai berikut :
“Firman Allah makin tersebar (bertambah), …” (Kisah Para Rasul 6:7)
Dalam Alkitab versi berbahasa Inggris ayatnya berbunyi : “Firman Allah makin menyebar”. Sedangkan dalam Holy Bible Authorized English Version berbunyi : “Firman Tuhan makin bertambah.” Adapun terjemahan yang benar adalah terjemahan menurut Holy Bible Authorized English Version tersebut diatas. Penafsiran yang dapat diberikan dari terjemahan ayat tersebbut adalah bahwa perkataan “Firman Allah” dapat diartikan sebagai “Yesus”. Sedangkan kata “makin bertambah” tidak bisa diartikan lain kecuali : beranak pinak atau mempunyai keturunan yang semakin bertambah.
Kemudian pada tanggal 10 April 44, lahirlah anak Yesus yang ketiga, namun tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan tentang siapa namanya. Sedangkan kelahiran anak kedua Yesus juga tidak dicatat secara jelas.
Selanjutnya pada malam selasa tanggal 17 Maret 50, Yesus menikah lagi untuk kedua kalinya dengan wanita bernama Lydia. Jadi, Yesus memiliki dua orang istri yang sah. Sampai disinilah bukti-bukti pernikahan Yesus yang dapat disampaikan dalam catatan sejarah Kristen. Catatan tentang fakta-fakta kehidupan Yesus lainnya dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen sejarah yang tersebar di kalangan bangsa-bangsa Arab dan Yahudi yang berada di Palestina, Turki, Irak, Iran, Semenanjung Arabia, Afghanistan, Pakistan, India, Tibet, dan Khasmir.
BAB IX
GEREJA MENUTUPI INFORMASI PERNIKAHAN YESUS
Padahal kalau kita melihat kenyataan sejarah, justru perilaku gereja yang menuhankan Yesus tersebut ditentang oleh masyarakat luas pada waktu itu, sebab tidak sesuai dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya adalah manusia biasa seperti kebanyakan manusia lainnya yang lahir, makan, minum, tidur, mengeluh, menangis, tertawa, memiliki pekerjaan, mempunyai istri, mempunyai anak, dan meninggal diusia tua. Jadi, persoalannya adalah gara-gara banyaknya cerita tentang Yesus yang manusiawi sekali yang diketahui oleh masyarakat! Maka gereja yang didukung oleh kekuasaan kekaisaran Romawi kemudian mengambil tindakan yang ekstrim dengan memusnahkan ribuan dokumen (baca: Injil-Injil Apokripa) yang menceritakan kehidupan Yesus yang sangat manusiawi. Pada waktu itu, siapa saja yang masih memiliki dokumen-dokumen yang dilarang oleh Konstantin tersebut, maka orang yang kedapatan itu akan dihukum mati atau dibakar hidup-hidup. Begitu pula dengan orang-orang yang pada waktu itu menolak ketuhanan Yesus, maka mereka akan dihukum mati (inkuisisi) oleh Gereja.
Tapi orang-orang terdahulu yang menentang Gereja dan Kaisar Romawi tidak kehilangan akal. Mereka ternyata diam-diam dapat menyembunyikan beberapa dokumen-dokumen yang dilarang oleh gereja tersebut Dan, Puji Tuhan, kita yang hidup di zaman modern sekarang ini dapat menemukan beberapa dokumen-dokumen tentang kehidupan Yesus yang pernah disembunyikan tersebut. Penemuan gulungan-gulungan laut mati pada tahun 1950 di sebuah gua dekat Qumran di gurun Yudea Palestina dan gulungan Koptik pada tahun 1945 di Nag Hammadi akhirnya membuktikan bahwa Yesus ternyata bukan Tuhan. Ia tidak mati ditiang salib dan Ia ternyata menikah dan punya keturunan hingga saat sekarang ini.
Alhasil, doktrin Gereja Vatikan Roma harus dipertanyakan kembali. Sebab terbukti, Yesus bukanlah Tuhan sebagaimana yang gembar-gemborkan selama 2000 tahun oleh gereja. Bagaimana mungkin Tuhan bisa menikah dan punya anak? Kecuali kalau ia adalah manusia biasa seperti kita juga. Namun kebenaran ini masih belum tersiar luas kepada masyarakat awam, kecuali hanya beberapa orang saja yang tahu, yakni dari kalangan sejarawan, ahli teologi dan pakar alkitab, pendeta, penginjil, dan pastor kaliber internasional, ahli kristologi, cendekiawan Islam, kalangan akademisi, muallaf (orang Kristen yang berpindah ke agama Islam), dan Gereja Vatikan Roma.
Tapi mengapa umat Kristen tidak mengetahuinya? Karena Gereja Vatikan Roma memang sengaja tidak mau mengungkap hal tersebut kepada umatnya, sebab mereka khawatir umatnya akan mempertanyakan kembali doktrin Trinitas, ketuhanan Yesus, kebangkitan Kristus, dan ajaran Paulus yang sudah menjadi barang suci yang tidak boleh diganggu gugat oleh umat Kristen. Intinya, Gereja Vatikan Roma takut dan khawatir kehilangan pengaruh dan kekuasaan mereka sebagai satu-satunya kerajaan Gereja dimuka bumi ini yang harus ditaati oleh umat Kristen, walaupun akhirnya banyak orang yang mengetahui bahwa doktrin gereja sering bertentangan dengan ajaran dan fakta kehidupan Yesus yang sebenarnya. Tapi itulah yang namanya kekuasaan. “Siapa yang berkuasa dialah yang berhak menulis dan mengubah sejarah, walaupun sejarah itu diputarbalikkan
Terimakasih artikelnya mas..tambah wawasan
BalasHapussama-sama mas
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTidak Kurang Lebih Dari 72 Pakar Kristolog Meyakini Bahwa Alkitab Injil Tidak Sepenuhnya Firman Allah Tetapi Sudah Tercampur Dengan Tangan - Tangan Manusia Tidak Sesuai Dengan Yang Diajarkan Yesus
BalasHapusBetul. Tapi anehnya masih banyak umat kristen yang begitu bodohnya meyakini seratus persen ajaran alkitab yang sudah ga 100% murni bahkan melecehkan ajaran islam dan nabi Muhammad saw tanpa mereka sadari bahwa mengingkari satu nabi sama saja mengingkari seluruh nabi dan rasul yang artinya mereka mengingkari nabi Muhammad saw sama saja mereka mengingkari Yesus Kristus juga
Hapus